Kalau kita perhatikan pilpres 2014 kali ini lebih menarik dibanding pilpres-pilpres sebelumnya. Trend media sosial tentu menjadi salah satu faktor yang membuat persaingan menuju RI1 kali ini menjadi lebih seru. Tak hanya dua tokoh yang bertarung disebut-sebut punya elektabilitas yang bagus, dua-duanya punya pendukung yang hampir sama vokalnya di media sosial.
Di tengah hingar-bingar persaingan dua presiden, menarik juga untuk membicarakan hal lain yang terkait dengan pergantian kepemimpinan Indonesia tetapi belum banyak dibicarakan publik: Soal menteri-menteri baru. Dan khususnya untuk urusan dunia teknologi, menteri yang paling terkait tentu saja Menteri Komunikasi dan Informatika.
Untuk itu, DailySocial mengumpulkan beberapa pendapat dari penggiat industri internet, mencari tahu sosok dan kualitas Menteri Komunikasi dan Informatika seperti apa yang ideal untuk kondisi Indonesia Indonesia saat ini.
Ternyata untuk menjawab pertanyaan ini diakui kalangan startup dan entrepreneur bukanlah hal yang mudah, bahkan ada di antara mereka yang mengeluarkan pernyataan “no comment buat yang satu ini”. Meski beberapa nama muncul, nama-nama tersebut tidak keluar dengan mudah penuh kepastian.
Intinya, setelah banyak bertanya kepada beberapa pihak dapat disimpulkan satu hal. Siapa pun menterinya nanti tentu semua berharap yang ditunjuk adalah orang yang memiliki kualitas dan dapat menelurkan kebijakan yang membuat industri internet kita menjadi lebih baik. Ini dia beberapa harapan para praktisi akan calon Menteri Kominfo yang akan datang.
Punya Visi dan Ambisi Global
“Yang punya visi mampu membawa tech startup Indonesia bersaing di kancah global. Ambil contoh Cina. Pemerintahnya menyadari akan bedanya kualitas SDM sehingga awalnya melakukan insentif yang mendorong investasi masuk ke Cina, sehingga tech startup di sana dapat menggunakan pendanaan yang masuk untuk membangun talenta terbaik dan transfer know how dari negara yang sudah lebih maju sisi kualitas SDM nya,” cetus William Tanuwijaya, co-founder Tokopedia.
Menurut William proses ini penting karena sumber daya utama tech startup ada di talent pool nya. “Tech startup Indonesia sebenarnya tidak hanya butuh capital (modal kerja), tech startup Indonesia juga butuh know how dan talent. Di mana kedua hal terakhir ini justru yang minim adanya, sehingga instead of invest ke startup lokal, banyak raksasa dari luar memilih untuk langsung masuk saja ke Indonesia membawa brand, technology, dan talent sehingga praktis Indonesia hanya menjadi pasar tanpa dapat banyak mengambil manfaat darinya.” Kementerian harus memikirkan cara mendorong proses transfer ilmu dan peningkatan kualitas di Indonesia.
“Saya membayangkan satu hari nanti Indonesia punya gelombang tech company yang IPO dengan sorotan dunia seperti flooding IPO internet company asal Cina beberapa bulan terakhir ini,” William berandai-andai.
Punya Kemampuan Teknis Untuk Memperbaiki Infrastruktur Internet di Indonesia
“Menteri mendatang harus mengerti hal teknis. Mampu mengurus infrastruktur koneksi internet di Indonesia. Harus bisa mengusahakan internet cepat dan gratis di sebagian besar wilayah Indonesia. Mampu berdialog. Menjalin hubungan kerjasama dengan negara2 yg maju untuk membantu kita membangun R&D. Cekatan dan mau mendengarkan input dan masukan dari rakyat Indonesia Muda atau berjiwa muda dan mampu merangkul generasi muda serta menumbuhkan potensi mereka,” menurut Aulia Halimatussadiah, CTO Nulisbuku, penulis, dan entrepreneur muda.
Lebih fokus, apakah ada nama yang bisa memenuhi kriteria itu?
“Dari semua orang di industri IT yang saya tahu dan kenal (ngga banyak), mungkin kandidat yang paling cocok buat jadi Menkominfo adalah Bp. Gatot S. Dewabroto,” ujar Andry Suhaili, CEO PriceArea.
Alasannya, beliau salah satu yang memiliki jejak karir di postel dan sudah lama di jajaran kementrian kominfo sebagai juru bicara jika ada situasi yang tidak diterima oleh masyarakat.
“Selain itu beliau terbukti mendukung kegiatan startup dengan menghadiri di acara ITeC (Indonesia Top eCommerce) yang pernah saya selenggarakan tahun 2012 lalu. Saya melihat Pak Gatot punya visi misi yang jelas untuk membangun internet Indonesia,” Andry membeberkan.
Sarat Pengalaman
Ferry Tenka, CEO Bilna menambahkan, Menteri mendatang harus punya cukup pengalaman di dunia teknologi. “Kalau tentang karakternya, menurut saya harus seseorang yang memang pernah bekerja atau punya pengalaman di perusahaan berbasis teknologi yang extensive, perferably di negara maju. Karena menurut saya, sangat penting untuk Menkominfo memiliki pemikiran yang terbuka, luas dan memiliki passion di bidang teknologi,”jelas Ferry.
Tegas dalam Penegakan Hukum
Menteri Kominfo terpilih juga diharapkan bisa tegas dalam penegakan hukum guna menyelesaikan berbagai masalah yang ada saat ini.
“Tentunya Menteri terpilih juga akan mendukung net neutrality dan juga membuat hukum cyber yang lebih jelas untuk segala macam penipuan, plagiarisme dan pelanggaran hak cipta di dunia maya. Sebagai tambahan –mungkin ini bukan full tanggung jawab menkominfo–tapi ada baiknya juga untuk mendukung small-medium business dengan insentif pajak yang lebih menarik,” ujar Aria Rajasa, co-founder Tees Indonesia.
Mampu Mengayomi
Terakhir, kualitas calon menteri yang diharapkan praktisi bisnis teknologi, adalah mampu mengayomi dan mendidik demi kemajuan kualitas para pelaku dunia teknologi.
“Menurut saya pribadi, Menteri Kominfo sebaiknya orang dengan kualifikasi pendidik, sehingga tidak hanya memahami cara mengendalikan informasi, tetapi sekaligus juga memahami informasi mana yang akan diperbanyak demi meningkatkan pengetahuan, memperkuat karakter, menumbuhkan semangat kompetitif dan memperdalam keikhlasan,” founder Qbaca Adrian Syam berharap.
Hal ini juga dituturkan oleh Arip Tirta, CEO Urbanindo. “Pendidikan dan pengembangan (yang) didasarkan pada teknologi yang diimpor tidak akan dapat berkompetisi dengan penyedia asal teknologinya. Investasi dalam sumber daya manusia (pendidikan) akan menjadi kunci untuk mengubah Indonesia menjadi negara berteknologi maju dan mobilitas sosial ke taraf yang lebih tinggi.”
Arip juga mengaribawahi soal adopsi teknologi. Menurut penjelasan Arip, di negara-negara maju penelitian dan pengembangan (R&D) merupakan pendorong utama untuk kemajuan teknologi dan perubahan struktural yang sangat dibutuhkan di negara berkembang. “R&D di negara berkembang masih sangat terbatas karena itu difusi teknologi dari negara maju sangat penting untuk “technology transfer” ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia,” ujar Arip.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]