Startup e-commerce fesyen Sorabel dipastikan akan hentikan operasional efektif per 30 Juli 2020. Kabar ini menambah jajaran startup yang gulung tikar akibat hantaman pandemi covid-19 yang belum kunjung mereda.
Dalam salinan surat yang DailySocial terima, yang dikirimkan pimpinan Sorabel kepada karyawan, dijelaskan bahwa perusahaan telah melakukan usaha terbaik untuk menyelamatkan perusahaan. Namun dengan berat hati harus menempuh jalur likuidasi.
Likuidasi adalah pembubaran perusahaan oleh likuidator, sekaligus pemberesan dengan cara penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, dan penyelesaian sisa harta atau utang terhadap para pihak yang terlibat.
“Oleh karena proses likuidasi yang ditempuh, maka hubungan kerja harus berakhir di tahap ini untuk semua orang tanpa terkecuali, tepatnya efektif di tanggal 30 Juli 2020. Saya yakin tidak ada 1 pun orang yang berharap hal ini untuk terjadi,” tulis surat tersebut.
Manajemen memastikan hak-hak karyawan yang timbul sehubungan dengan likuidasi ini, termasuk tunjangan hari raya akan tetap diakui sebagai bagian dari hutang perusahaan. Dipastikan pula, perusahaan akan tunduk terhadap proses likuidasi dan keputusan likuidator yang sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan.
Oleh karenanya, karyawan diharapkan untuk mengembalikan seluruh aset perusahaan (untuk dijual kembali) dan diproses oleh likuidator. Manajemen juga menjamin dengan jaringan lebih dari 10 investor yang memiliki lebih dari 100 perusahaan, akan dibantu untuk mendapatkan pekerjaan pengganti.
“Mungkin ini adalah akhir dari perjalanan kita bersama dengan Sorabel. Saya harap teman-teman bisa tetap mengingat memori baik yang sudah kita lewati bersama di sini. [..] Perusahaan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya sudah berjuang bersama-sama hingga titik ini,” tutupnya.
Sebelum resmi tutup, unit bisnis Sorabel yang ada di Filipina dengan brand Yabel sudah mengumumkan penutupannya di akun media sosial mereka per Februari kemarin.
Perjalanan Sorabel
Perusahaan mengawali diri tepatnya pada 2014 dengan brand Sale Stock, sebelum rebrand menjadi Sorabel. Perjalanannya cukup panjang dengan beragam inovasi yang diklaim berhasil memperkenalkan diri kepada konsumen yang belum pernah berbelanja online, misalnya melalui fitur “Coba Dulu Baru Bayar.”
Sempat juga perusahaan mengambil langkah efisiensi dengan mengurangi jumlah karyawan sekitar 200 orang pada 2016. Meski keputusan tersebut, tak lama dibarengi dengan penggalangan pendanaan Seri B+ yang dipimpin Meranti ASEAN Growth Fund. Menurut versi iPrice per kuartal II 2020 mengungkapkan jumlah karyawan perusahaan sebanyak 375 orang.
Co-Founder Sorabel Lingga Madu sempat mengatakan model bisnis perusahaan tergolong tersehat dibandingkan pemain e-commerce di Indonesia, bahkan pada 2018 diklaim hampir mencapai titik impas (break even point/BEP) dan siap mencetak laba. Ia menyejajarkan unit economics Sorabel dengan pemain e-commerce fesyen di luar negeri seperti Asos dan Revolve.
Perjalanan Sorabel kian agresif pasca rebranding pada awal tahun lalu. Perusahaan mulai melancarkan ekspansi untuk mewujudkan ambisinya untuk memberi akses fesyen berkualitas dan harga terjangkau untuk “next billion user.” Yabel adalah salah satu ambisi perusahaan pada saat itu, bahkan sempat sesumbar juga untuk masuk ke Timur Tengah dan Uni Emirat Arab.
Dalam wawancara terakhir bersama DailySocial, disebutkan perusahaan tengah memproses pendanaan seri C yang di dalamnya diikuti oleh Kejora Ventures dan Ncore Ventures. Beberapa nama investor lainnya yang berpartisipasi dalam putaran sebelumnya, ada OpenSpace, Shift, Gobi Partners, MNC Media Investment, SMDV, Golden Equator Capital, dan Convergence Ventures.