Sophie Paris, sebuah bisnis ritel dengan konsep direct selling (atau social selling), mulai banting setir ke dunia digital. Meskipun demikian, mereka mengungkapkan akan tetap mengandalkan strategi pemasaran yang sama karena dinilai mendorong orang untuk menjadi pengusaha digital.
VP of E-Commerce Sophie Paris Alice Destandau menuturkan kendati sudah sepenuhnya digital, Sophie Paris akan tetap menganut strategi pemasaran lama lantaran fokus perusahaan yang ingin menawarkan peluang bisnis kepada anggotanya. Platform digital hanya sebatas amunisi perusahaan untuk mempercepat perluasan jaringan anggota.
“Agar bisa membeli barang di situs, sebelumnya harus mendaftar jadi anggota Sophie Paris. Mereka akan mendapat diskon hingga 30% dan bonus bulanan. Jadi bisnis inti kami masih menawarkan peluang bisnis kepada anggota,” terangnya kepada DailySocial.
Destandau melanjutkan strategi yang dipilih ini untungnya belum dilakukan pesaing Sophie Paris yang sama-sama bergerak di bisnis direct selling. Penawarannya tersebut diklaim lebih atraktif bagi perempuan yang ingin menjadi pengusaha digital.
Di sisi lain, sistem keagenan yang dipilih platform e-commerce semisal Bukalapak ataupun Sale Stock, hanya menawarkan peluang bisnis sangat terbatas. Ini dinilai tidak cukup bagi perempuan untuk mencari tambahan penghasilan.
“Jadi kami sangat yakin dengan daya tarik dari tawaran bisnis kami di lanskap digital. Dan saat ini kami jadi satu-satunya merek fesyen yang memiliki penawaran bisnis seperti itu.”
Dalam konsep social selling, anggota Sophie Paris dapat bergabung dan saling bertukar link referral untuk permudah proses bergabung ke komunitas. Mereka dapat memilih dan berbelanja berbagai produk tanpa harus lewat katalog setebal 240 halaman.
Setiap penjualan yang sukses, anggota akan mendapat bonus hingga 20% dan ditransfer langsung ke rekening bank masing-masing. Diklaim penghasilan tambahan yang diterima anggota rata-rata mencapai Rp7 juta per bulan dari setiap bonus yang diterima.
Rencananya dalam waktu dekat, Sophie Paris akan menyediakan dompet digital untuk mempermudah anggota memeriksa bonus dan menarik uang hasil bonus ke rekening bank.
Diungkapkan saat ini perusahaan telah memiliki 250 ribu member aktif dengan 1500 leader untuk memasarkan produk. Setiap bulannya terdapat sekitar 200 ribu pengiriman paket ke seluruh Indonesia.
Saat ini Sophie Paris belum memiliki aplikasi. Properti digitalnya baru tersedia dalam bentuk desktop dan mobile site. Diklaim kontribusi transaksi dan traffic dari mobile mencapai 90% dibandingkan desktop.
Disebutkan setiap bulannya situs Sophie Paris menghasilkan 1,5 juta kunjungan, durasi kunjungan rata-rata melebihi 10 menit, 15 tampilan halaman per kunjungan, dan tingkat bounce rate di bawah 35%.
Bangun pabrik sendiri
Dalam hal produksi barang dalam platform, CEO dan Founder Sophie Paris Bruno Hasson menuturkan sepenuhnya dirancang tim desainer perusahaan asal Perancis ini. Kemudian hasil rancangan akan diproduksi secara lokal di Indonesia. Seluruh produk tersebut akan hadir secara eksklusif di situs dengan 200 stok baru yang ditambahkan setiap bulannya.
Sementara untuk distribusi produk, perusahaan bekerja sama dengan 400 pusat bisnis di seluruh Indonesia. Pusat bisnis ini dikelola oleh para anggota tanpa ada investasi dari Sophie Paris.
Dalam model bisnisnya, perusahaan akan mengirim produk dalam jumlah besar dan anggota yang menjadi pemilik pusat bisnis tersebut akan mengirimkan barang ke pelanggan di wilayah mereka. Sebagai alternatif, pelanggan juga bisa mengambil sendiri.
“Kami ingin membangun social shopping company dan tidak ada pihak lain di Indonesia yang bisa melakukannya karena kami memiliki aset sosial. Brand kami kuat dan basis pelanggan kami sangat loyal. Kami adalah perusahaan kreatif yang nyata dan memiliki portofolio produk yang menarik. Inilah yang membuat kami beda,” tutur Hasson dalam keterangan resmi.
Secara terpisah, dikutip dari Kontan, Sophie Paris telah menggelontorkan investasi sebesar $2 juta untuk banting setir ke platform digital sejak dua tahun terakhir. Anggaran tersebut sebagian akan dipakai untuk bangun pabrik berlokasi di Sentul, Bogor dengan luas satu hektar.
“Tanah satu hektar itu investasinya sekitar $1 juta. Kami sedang urus izinnya untuk bikin plant baru dan sebagainya.”
Saat ini perusahaan baru memiliki satu pabrik di Ciamis, Jawa Barat, namun sifatnya masih sewa lahan. Pabrik tersebut akan digunakan untuk produksi kosmetik, parfum, krim, masker, dan produk kecantikan lainnya. Sedangkan untuk produk fesyen belum akan ada di pabrik karena sejauh ini telah bekerja sama dengan produsen lokal.
“Saat ini utilisasi pabrik kami hampir 100% dan memang itu masih sewa, sehingga kecil [kapasitasnya].”