Januari lalu, tepatnya di acara CES 2020, Sony memamerkan sebuah prototipe mobil elektrik bernama Vision-S. Kabar itu tentu sangat mengejutkan, sebab selama ini memang tidak pernah terpikirkan bagaimana perusahaan elektronik seperti Sony bisa terjun ke industri otomotif dan menjual mobil bikinannya sendiri.
Namun kenyataannya tidak serumit yang kita bayangkan. Setidaknya untuk sekarang, Sony tidak punya sedikit pun keinginan untuk memproduksi Vision-S secara massal dan menjualnya ke publik. Seperti yang kita tahu, Sony juga tidak sendirian dalam menggarap Vision-S. Mereka dibantu oleh Magna Steyr, perusahaan Austria yang pabrik perakitannya sudah sering digunakan oleh merek-merek kenamaan seperti Mercedes-Benz, BMW, Audi maupun Aston Martin.
Lalu apa sebenarnya tujuan Sony menciptakan Vision-S? Sebagai medium untuk mengumpulkan beragam data, dengan tujuan akhir untuk menyempurnakan teknologi sensor-sensor otomotif yang mereka buat. Ya, selain memproduksi sensor kamera untuk smartphone, Sony selama ini juga menyuplai beberapa pabrikan otomotif, meski memang pangsa pasarnya tidak terlalu besar, apalagi kalau dibandingkan dengan supplier sekelas ON Semiconductor.
Vision-S sendiri akhirnya sudah tiba di Jepang dan siap menjalani berbagai pengujian di jalanan publik menjelang akhir tahun fiskal nanti (kemungkinan di bulan September). Selain di Jepang, sedan empat pintu ini juga akan diuji di jalanan di Eropa dan Amerika Serikat. Berhubung tujuannya adalah untuk mengumpulkan data, tentu saja pengujian harus dilakukan di lebih dari satu lokasi dan meliputi iklim yang berbeda.
Vision-S tidak akan dijual. Oke, perkara ini sudah jelas. Lalu bagaimana dengan ke depannya? Apa rencana Sony setelah ini? Well, berdasarkan laporan Nikkei, Sony juga sedang mengembangkan prototipe mobil kedua yang akan dilengkapi lebih banyak sensor. Sekadar mengingatkan, Vision-S sendiri mengemas total 33 sensor di sekujur tubuhnya.
Pengujian Vision-S di jalan umum tentu bakal menghasilkan banyak insight buat Sony, dan ini pasti bakal mereka manfaatkan dalam pengembangan prototipe mobil keduanya. Mematangkan sensor-sensor ini krusial seiring tren industri otomotif yang semakin mengarah ke sistem kemudi otomatis, dan Sony percaya mereka bisa ikut memegang andil dalam bidang ini.
Satu hal yang dari dulu mengganjal di benak saya adalah, Sony sebenarnya tidak perlu sampai membangun prototipe mobilnya sendiri kalau memang tujuannya hanya sebatas memamerkan teknologi sensor otomotif yang mereka punyai. Mereka bisa saja memakai mobil paling laris yang dijual di masing-masing negara yang menjadi lokasi pengujian, lalu menyematkan deretan sensor bikinannya ke mobil tersebut.
Namun kenyataannya tidak demikian. Sony dengan serius menciptakan prototipe mobil elektriknya sendiri, dan sekarang, mereka malah punya niatan merancang prototipe mobil kedua. Semoga saja ke depannya ada pabrikan yang bisa bernegosiasi dengan Sony dan akhirnya mewujudkan visi Sony ini menjadi tunggangan yang bisa dinikmati oleh konsumen secara luas.
Sumber: Nikkei.