Traveloka merupakan salah satu startup travel yang sedang naik daun. Berdiri dalam waktu kurang dari dua tahun, Traveloka menarik perhatian konsumen dengan kualitas layanan yang prima secara teknis untuk menjual tiket penerbangan dengan harga bersaing. DailySocial berbincang dengan Managing Director Traveloka Ferry Unardi tentang kondisi Traveloka saat ini dan rencana-rencana di masa mendatang.
Meski masih berusia sangat muda, ternyata Traveloka sudah memimpin pasar penjualan tiket pesawat untuk konsumen ritel (B2C). Menurut data industri yang dikutip oleh Ferry, Traveloka sudah memimpin segmen penjualan tiket penerbangan (untuk ritel) dengan perkiraan market share 2% dari total pasar. Industri tiket penerbangan di Indonesia mencapai angka $6 miliar di tahun 2013 dan diperkirakan meningkat sebesar 15% untuk tahun 2014 ini. Sebagian besar jumlah tersebut disumbang oleh rute penerbangan domestik.
Dengan banyaknya pemain di bisnis ini, baik yang berbasis online maupun offline, Traveloka yang saat ini memiliki 75 orang pegawai memfokuskan diri untuk memberikan kepuasan terbaik bagi konsumen (consumer experience). Mereka baru saja meluncurkan layanan pelanggan 24 jam melalui semua kanal, termasuk telepon, email, akun Facebook dan akun Twitter. Setiap harinya Traveloka memperoleh 150.000 kunjungan dengan konversi transaksi sekitar 2-3%. Di tahun 2014 ini mereka dapat meningkatkan perolehan dengan target kenaikan pendapatan 15% setiap bulannya.
Tentu saja mereka tidak ingin berhenti di situ. Tahun ini Traveloka bakal merambah segmen reservasi kamar hotel yang memiliki nilai industri tidak jauh berbeda dengan bisnis tiket penerbangan. Detil soal pengembangan bisnis ini bakal diinformasikan kemudian. Menurut Ferry, hingga saat ini belum ada pemain lokal di segmen ini yang mampu menyaingi Agoda dan Traveloka diharapkan mampu menjadi penantang serius di kemudian hari dengan pengalamannya di bisnis ini.
Segmen mobile commerce tidak luput dari pantauan Traveloka dan mereka juga berencana untuk meningkatkan kehadirannya di ranah mobile dengan membuat aplikasi mobile di sejumlah platform populer. Saat ini menurut Ferry ada 30% pelanggan Traveloka yang mengakses layanan melalui mobile dan menyumbang 10% transaksi — dan jumlahnya terus meningkat.
Traveloka juga tidak menepis kemungkinan untuk merambah pasar regional. Koneksinya dengan grup Rocket Internet, yang memberikan pendanaan Seri A melalui perusahaan investasinya Global Founders Capital, memberikan akses bagi Traveloka untuk melihat potensi ekspansi ke negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Rocket Internet sendiri tidak memiliki layanan yang terkait di bisnis penjualan tiket pesawat dan reservasi kamar hotel di kawasan ini. Pendanaan awal (seed funding) Traveloka sendiri diperoleh dari East Ventures.
Meskipun berkembang pesat, Ferry mengakui segmen bisnis ini tidak tanpa halangan. Inefisiensi akibat begitu banyak sistem dan pemain yang harus terhubung merupakan sesuatu yang harus dihadapi. Fakta bahwa hanya Garuda Indonesia yang terhubung dengan global distribution system macam Abacus membuat setiap layanan pembelian tiket penerbangan harus terkoneksi satu-satu dengan semua maskapai yang ada di Indonesia.
Traveloka didirikan oleh sekelompok anak muda yang memiliki pengalaman bekerja di perusahaan teknologi terkenal di Silicon Valley. Untuk mewujudkan pendirian Traveloka ini bahkan Ferry memutuskan untuk menghentikan kuliah master-nya yang baru berjalan di Harvard Business School (HBS).
Secara umum bisnis e-commerce di Indonesia tahun 2014 ini menurut Ferry sudah cukup matang. Hal ini sejalan dengan roadmap idEA yang menegaskan 2014 adalah tahun tinggal landas. Ferry menekankan bahwa bisnis yang secara fundamental sudah bagus bakal bisa memperlebar jarak, dalam hal pendapatan dan jumlah transaksi, terhadap kompetitornya.
Terkait wacana IPO yang didengungkan oleh sejumlah startup e-commerce, Ferry menegaskan mereka tidak berpikiran ke hal tersebut dalam waktu dekat karena justru menjadi pengganggu (distraction) Traveloka untuk fokus ke layanan utamanya. Menurutnya Traveloka dan startup lain pada umumnya harus berada pada posisi yang meyakinkan, misalnya nomor satu di bidangnya, supaya bisa memberikan jaminan kelanggengan bisnis dan keuntungan bagi calon investor awam.