Para pengguna smartphone Xiaomi tentu saja sudah lama merindukan seri Mi untuk masuk di Indonesia. Hal ini dikarenakan selama ini Xiaomi kerap memasukkan seri Redmi dan seri Mi Android One saja ke Indonesia. Orang pun kerap menilai Xiaomi hanya menjual seri murah saja di Indonesia.
Di bawah kepemimpinan Alvin Tse, akhirnya Xiaomi meluncurkan smartphone flagship di Indonesia. Pada tanggal 4 Januari 2020 kemarin, Xiaomi meluncurkan Mi Note 10 Pro di Indonesia yang termasuk dalam flagship camera dari Xiaomi. Ini merupakan flagship kedua yang Xiaomi luncurkan setelah seri Blackshark 2.
Xiaomi Mi Note 10 Pro merupakan smartphone pertama yang menggunakan sensor kamera ISOCELL HMX dengan resolusi hingga 108 MP. Dengan menggunakan algoritma Quad Bayer, smartphone ini dapat menghasilkan gambar dengan resolusi 27 MP dengan melakukan pemilihan piksel terbaik secara hardware. Hal ini pula yang membuat Xiaomi digadang sebagai ponsel kamera terbaik kedua pada salah satu situs review.
Xiaomi Mi Note 10 Pro menggunakan spesifikasi sebagai berikut
Xiaomi Mi Note 10 | |
SoC | Snapdragon 730G |
CPU | 2×2.2 GHz Kryo 470 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 470 Silver |
GPU | Adreno 618 |
RAM | 8 GB |
Internal | 256 GB |
Layar | 6,47 inci AMOLED 2340 x 1080 Gorilla Glass 5 |
Dimensi | 157.8 x 74.2 x 9.7 mm |
Bobot | 208 gram |
Baterai | 5260 mAh |
Kamera | 108 MP/27 MP, 12 MP Tele 2x, 5 MP Tele 5x, 20 MP wide, 2 MP makro |
OS | Android 9 Pie MIUI 11 |
Xiaomi Mi Note 10 Pro dijual di Indonesia dengan harga Rp. 6.999.000. Alvin mengatakan bahwa harga ini memang terlihat mahal. Namun beliau mengatakan bahwa hal tersebut dikarenakan sensor baru tersebut juga memang mahal. Perangkat ini dijual pertama dengan cara pre order pada website Blibli dan Mi.com.
Iklan pada perangkat Mi Note 10 Pro
Tidak hanya pada perangkat Redmi saja, Mi Note 10 Pro juga memiliki iklan pada MIUI 11 nya. Bagi sebagian orang, pemasangan iklan pada perangkat Xiaomi cukup menyebalkan. Hal ini membuat tidak sedikit pengguna Xiaomi yang mencari cara supaya iklan tersebut tidak lagi tampil pada beberapa bagian aplikasi bawaan Xiaomi.
Alvin Tse pun membeberkan penggunaan iklan pada perangkat Xiaomi. Beliau mengatakan bahwa Xiaomi tidak hanya perusahaan pembuat smartphone. Xiaomi merupakan perusahaan internet dengan model bisnis internet. Model bisnis seperti ini seperti penggunaan iklan, keharusan untuk mendaftar seperti ojek online, internet finance, dan lain sebagainya.
Karena Xiaomi hanya mengambil untung 5% dari setiap smartphone mereka, tentu saja mereka harus mengambil cara lain untuk meraup keuntungan. Menurut Alvin, hal ini akan menjaga kelangsungan pemberian harga “jujur” pada setiap perangkat yang mereka hasilkan. Lagi pula, Xiaomi bukanlah perusahaan non profit.
Menurut Alvin, jika pengguna senang menggunakan perangkat mereka, pemasangan iklan tersebut seperti seseorang yang puas makan di restoran dan memberikan tip kepada pelayan yang ada di restoran tersebut. Hal tersebut membuat Xiaomi harus bekerja keras agar iklan yang ada harus personalized dan tidak ngawur.