Startup p2p lending Amartha hari ini (24/2) mengumumkan perolehan pendanaan debt senilai $50 juta atau setara 704,4 miliar Rupiah (kurs USD ke IDR per 14.00 WIB) dari Lendable. Fokusnya untuk memberikan permodalan dan akses keuangan kepada pengusaha kecil yang diberdayakan oleh perempuan di Indonesia, bersamaan dengan inisiatif “2X Challenge”.
Melalui kerja sama ini, Amartha juga menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang menerima dana 2X Challenge. Sejauh ini di Asia Pasifik, inisiatif pendanaan untuk pengusaha mikro perempuan itu sudah menyalurkan dana hingga $747 juta.
Amartha memang memiliki concern lebih kepada pengusaha perempuan. Disampaikan oleh Andi Taufan Garuda Putra selaku Founder & CEO, perempuan adalah penggerak ekonomi mikro yang memiliki peran penting dalam pemulihan ekonomi nasional.
Segmen perempuan pengusaha mikro yang tidak memiliki akses ke perbankan dan lembaga keuangan di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 22 juta jiwa. Dengan memberikan akses permodalan dan pendidikan kewirausahaan kepada perempuan, Amartha mencatat bahwa Mitra Amartha dapat meningkatkan pendapatan 2 hingga 7 kali lipat dalam satu tahun.
“Kami bersyukur diberikan kepercayaan dari Lendable untuk mewujudkan 2X Challenge di Indonesia agar perempuan dapat meningkatkan perannya dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam konteks pemulihan pasca pandemi,” ujar Taufan.
Kombinasi pendana ritel dan institusi
Dalam wawancara terpisah, Taufan menyampaikan, hingga saat ini mereka telah menyalurkan dana hingga 3,22 triliun kepada 616 ribu mitra di Jawa, Sulawesi dan Sumatera. Kombinasi antara pendana ritel (masyarakat) dengan institusi turut mendorong kinerja dan penetrasi layanan Amartha.
“Secara year on year perbandingannya 55% institusi dan 45% ritel. Untuk pendana ritel, 68% didominasi oleh generasi milenial, kemudian disusul 19% oleh generasi X, 10% oleh generasi Z, dan 3% oleh baby boomers. Berdasarkan besaran nilai pendanaan, 44% didominasi oleh generasi X, kemudian 40% oleh generasi milenial, 10% baby boomers, dan 3% generasi Z,” jelas Taufan.
Terkait mitra institusi, Amartha juga telah bekerja sama dengan perbankan dan lembaga keuangan untuk menyalurkan pendanaan dengan skema channeling di antaranya Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Jatim, Bank Permata, Bank Ganesha, Indosurya, dan lain sebagainya.
Menyasar pengusaha mikro perempuan tentu memberikan tingkat risiko (pengembalian) yang lebih tinggi. Menjadi menarik untuk mengetahui strategi Amartha dalam meningkatkan persentase TKB90 di platformnya.
“Amartha telah memperketat monitoring portofolio, operasional, risiko, dan audit. Hal ini bertujuan untuk menyaring Mitra dengan kualitas terbaik, sekaligus mempertahankan kualitas pinjaman yang sedang berjalan. Selain itu, Amartha telah memperbarui sistem credit scoring dan menggabungkan penilaian kemampuan (ability), kemauan (willingness), dan histori pengembalian pembayaran sebelum adanya pandemi Covid-19,” imbuh Taufan.
Amartha juga memberikan pendampingan usaha secara langsung oleh tim lapangan, termasuk memberikan pelatihan alternatif usaha bagi mitra yang usahanya terdampak pandemi, sehingga mereka bisa memulai usaha baru atau mengembangkan usahanya. Diklaim, upaya tersebut mampu membuat iklim bisnis di ekosistem mitra Amartha kembali normal seperti sedia kala.
Pendanaan debt di Indonesia
Sebelumnya tahun lalu Lendable juga bergabung sebagai lender institusi KoinWorks, menggelontorkan dana $10 juta. Selain Lendable, ada beberapa lembaga lainnya yang juga memberikan dana serupa bagi fintech lending di Indonesia, misalnya Accial Capital untuk Pintek, Awan Tunai, dan Investree. Selain itu ada GMO Payament Gateway (Investree), Partners for Growth (Kredivo), dll.
Sebenarnya ada dua skema yang banyak diaplikasikan untuk menyalurkan dana dari institusi, yakni loan channeling dan venture debt. Skema pertama memang ditujukan bagi institusi seperti perbankan untuk menyalurkan dana kreditnya kepada UMKM melalui fintech lending. Banyak perbankan lokal yang mulai mengumumkan masuk ke ekosistem fintech lewat kerja sama ini. Terbaru ada BCA yang salurkan dana lewat iGrow.
Sementara venture debt/pendanaan debt sebenarnya sifatnya lebih strategis seperti untuk membiayai operasional dan growth – umumnya masuk berbarengan dengan pendanaan ekuitas dari pemodal ventura. Tapi tidak sedikit yang menggunakan dana yang diberikan untuk kembali disalurkan.
Selain yang sudah disebutkan, fintech lain yang sudah menerima pendanaan debt adalah Alami, Digiasia, Kredivo, Modalku, UangTeman, Akseleran, dan Modal Rakyat.