Sepanjang kurang lebih 2 tahun belakangan, sistem poin telah disepakati sebagai format standar kompetisi game bergenre Battle Royale terutama PUBG (PC) dan PUBG Mobile. Dalam sistem poin, Chicken Dinner tidak secara pasti menentukan kemenangan tim.
Sebagai gantinya, setiap tim yang mencapai posisi tertentu akan diganjar sejumlah poin sesuai dengan pencapaiannya (semakin tinggi peringkat semakin besar poin dan sebaliknya). Selain Chicken Dinner, perolehan Kill juga jadi hal lain yang diganjar poin. Dalam satu kondisi, poin perolehan Kill bahkan bisa menyalip poin dari tim Chicken Dinner yang didapatkan tim.
Dalam sistem poin, tim bertanding selama belasan ronde untuk mengumpulkan poin. Tim dengan akumulasi poin terbanyak akan dianggap sebagai pemenang. Hybrid.co.id sempat membahas lengkap soal ragam format kompetisi esports Indonesia, sistem tersebut adalah salah satunya yang kami sebut sebagai “Battle Royale System.”
Pertanyaan tersebut tidak muncul secara ajaib di kepala saya. Pertanyaan tersebut muncul karena beberapa waktu lalu skena esports PUBG PC memunculkan wacana perubahan sistem.
Mengutip dari laman resminya, Krafton ingin menghilangkan sistem poin dan mengubahnya jadi hanya menghitung total perolehan Chicken Dinner yang didapat saja. Apabila jadi diubah, maka tim peringkat 2, 3, atau di bawahnya tidak akan mendapat apapun. Perolehan Kill juga tidak akan terlalu dianggap, kecuali sebagai sarana penentu peringkat saat terjadi tiebreaker (ketika tim yang punya total perolehan Chicken Dinner sama).
Masih dari laman resmi PUBG (PC), penjelasan Krafton atas rencana perubahan tersebut adalah demikian. “Kami ingin Chicken Dinner bisa lebih berarti lagi. Kami berpikir demikian karena tim yang menang tidak selalu jelas dengan sistem saat ini mengingat penghitungan skor yang rumit. Dengan sistem yang baru, kami ingin memastikan pemenang pertandingan jadi lebih jelas setelah pertandingan selesai. Kami juga berpikir bahwa momen seru menonton pertandingan esports PUBG seharusnya adalah ketika suatu pertandingan selesai, bukan pada saat scoreboard muncul.” Lebih lanjut Krafton menjelaskan bahwa mereka membuka diskusi dengan komunitas terkait perubahan yang mereka usulkan tersebut.
Krafton sudah mencoba menerapkan sistem tersebut pada PUBG Global Invitational.S 2021. Turnamen tersebut mepertandingkan sebagian fase turnamen dengan cara tersebut, tepatnya pada babak Weekly Survival. Babak tersebut mirip dengan babak Weekdays pada PMPL Indonesia.
Bedanya seleksi dilakukan berdasarkan Chicken Dinner yang didapatkan. Dari total 32 tim yang diundang, 16 tim akan tanding di setiap ronde sementara 16 tim lainnya menunggu giliran.
Pemenang Chicken Dinner di satu ronde akan langsung melaju ke babak Weekly Finals (Semacam Super Weekend) dan tidak perlu bertanding lagi di babak Weekly Survival. Untuk menggantikan tim yang lolos, satu dari 16 tim yang ada di daftar tunggu akan ikut bertanding di ronde berikutnya babak Weekly Survival.
Penerapan tersebut ternyata terbukti membuat esports PUBG jadi menarik lagi. Mengutip data Esports Charts. PUBG Global Invitational.S 2021 berhasil mencatatkan 25 juta lebih total hours watch, walau jumlah peak viewers-nya hanya 200 ribu, masih kalah dari PUBG Global Invitational 2018 yang mencatatkan 700 ribu lebih peak viewers. Masih dari Esports Charts, catatan 25 juta lebih total watch hours tersebut adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah esports PUBG PC.
Lalu, apabila sistem tersebut diterapkan di esports PUBG Mobile, kira-kira akan bagaimana dampaknya? Apakah sistem tersebut cocok atau tidak? Redaksi Hybrid.co.id menanyakan pendapat Agus “JuniorJr” Suharwan, sosok analis di tayangan pertandingan PMPL Indonesia. Membuka pembahasan, Agus mengatakan bahwa dirinya tidak setuju apabila benar ada sistem seperti demikian. Namun, Agus sendiri mengakui disparasi poin pada sistem sekarang cenderung kurang adil.
“Gue kurang setuju semisal hanya tim yang mendapat WWCD yang dihitung menang. Menurut gue, esports Battle Royale itu bukan soal bertahan hidup di satu game saja, tetapi konsistensi tim dari satu pertandingan ke pertandingan lain juga seharusnya menjadi tolak ukur.” Ucapnya memberi pendapat.
Terkait sistem poin saat ini, Agus juga menambahkan. “Sistem poin saat ini mungkin tergolong kurang fair sih, terutama antara tim yang dapat peringkat paling atas dengan tim yang dapat peringkat paling bawah. Kalau boleh jujur, gue tetap setuju dengan sistem poin, tapi sistem poin seperti PUBG di Korea. Maksudnya sistem poin seperti PUBG Korea adalah poin baru diberikan kepada tim yang mendapat 4 besar, dengan pembagian berupa 3 poin untuk WWCD, 2 poin untuk peringkat 3, dan 1 poin untuk peringkat 3 dan 4.” Ujar Agus menjelaskan.
Menutup pembahasan, redaksi Hybrid.co.id juga bertanya soal bagaimana perubahan sistem akan berdampak kepada kualitas pertandingan?
“Menurut gue tergantung region juga mungkin sih. Kalau membicarakan PUBG Mobile di Indonesia, sistem yang hanya menghitung WWCD mungkin jadi enggak seru. Kenapa? Karena seperti yang kita ketahui, Bigetron RA adalah tim yang paling dominan untuk mendapatkan Chicken Dinner. Karena hal tersebut, dampaknya bisa jadi pertandingan akan kurang seru, penonton bisa jadi bosan karena merasa ‘paling juga Bigetron RA yang dapat Chicken Dinner.’ Jadi kalau menurut gue, sistem poin sebetulnya sudah oke. Tetapi memang tetap diperbaiki sistem poinnya agar tim papan bawah punya kesempatan untuk menyaingi tim papan atas.” jawab Agus.
Dari pembahasan di atas, satu hal yang tidak bisa dipungkiri memang adalah posisi esports game Battle Royale yang masih tetap tergolong sebagai satu konsep baru. Karena konsepnya masih baru, maka penyelenggara turnamen juga sebenarnya harus lebih memikirkan lagi cara terbaik dan paling kompetitif untuk menentukan juara di dalam turnamen esports game Battle Royale seperti PUBG Mobile atau PUBG (PC).
Namun kembali lagi, perlu diubah atau tidak tetap tergantung dari tujuan penyelenggara turnamen (dalam konteks PUBG Mobile adalah Tencent). Dari sisi komersil sebuah liga esports, melihat perkembangan jumlah penonton esports PUBG Mobile, perubahan sistem yang drastis malah bisa jadi menghentikan atau malah merusak perkembangannya.
Tapi di luar dari itu, saya sebenarnya cukup setuju dengan pendapat Agus, yaitu untuk memikirkan kembali pembagian poin yang tepat agar tim papan bawah punya kesempatan lebih dalam menyaingi tim papan atas.
Pendapat Krafton pun tidak ada salahnya, bahwa keseruan rangkaian pertandingan PUBG (baik PC ataupun Mobile) seharusnya lebih menekankan kepada momen Chicken Dinner tim ketimbang pada saat scoreboard terpampang.
Bagaimana dengan pendapat Anda sekalian? Apakah esports PUBG Mobile perlu mengganti sistem poin dengan sistem baru? Atau mungkin sekadar mengubah sistem poin menjadi lebih imbang lagi?
Sumber Gambar Utama – PUBG Mobile Official.