Berawal dari sebuah diskusi santai ngalor ngidul dengan beberapa teman, akhirnya kami sampai kepada topik dan sebuah kesimpulan. Bahwa salah satu kunci orang sukses – di bidang apapun – adalah sifat resourceful. Agak sulit menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, dan inilah definisi yang saya dapat dari www.thefreedictionary.com
Able to act effectively or imaginatively, especially in difficult situations.
Kemampuan untuk bertindak secara efektif dan imajinatif (saya suka definisi ini!), terutama dalam situasi sulit.
Diskusi offline ini sempat berlanjut ke twitter, di mana para pakar psikologi dan edukasi (yang saya follow) sempat juga mengeluhkan bahwa terkadang manusia menjadi manja dan tidak resourceful karena sistem pendidikan. Apalagi sistem pendidikan Indonesia jaman dulu yang terkesan mencekoki para siswa yang cenderung pasif. Entah dengan kurikulum sekarang yang sering berubah-ubah itu.
Kenapa saya tertarik dengan hal ini? Saya merasa dari interaksi dengan banyak entrepreneur, makin terlihat benang merah dari mereka yang berhasil, salah satu yang utama adalah sifat resourcefulness ini. Teringat kembali salah satu prinsip Effectuation yang saya sempat bahas di artikel minggu lalu, adalah prinsip bird-in-hand. Seperti kata pepatah, jangan sampai “karena mengharap burung di langit, burung di tangan dilepas”. Mengutip kata-kata Prof. Sarasvathy:
Start with who you are, what you have and whom you know
Intinya adalah, dengan sumber daya yang terbatas, seorang entrepreneur handal akan mampu menembus semua kesulitan yang dihadapi. Inilah sifat resourcefulness.
Sangat sering saya bertemu dengan para pengusaha yang usahanya sudah berjalan beberapa tahun, tetapi masih bingung ketika ditanya, berapa sales per bulan? Berapa persen marginnya? Berapa besar fixed cost bulanan? Berapa profit rata-rata per bulan?
Masalah pertama, disiplin yang kurang. Kunci pertama keuangan bisnis adalah pemisahan total antara keuangan bisnis dan keuangan pribadi.
Kedua, kenapa bisnis sudah berjalan tetapi pencatatan keuangan masih belum jelas? Biasanya jawabannya adalah, karena tidak mengerti akuntansi. Kenapa tidak minta bantuan orang yang mengerti? Jawaban yang sering saya dapat adalah, tidak ada kenalan yang mengerti, atau tidak ada budget. Keduanya bukan alasan yang valid menurut saya. Kalau benar-benar niat, pasti bisa dicari kenalan yang punya kenalan yang bisa membantu. Networking seharusnya menjadi satu kebiasaan yang natural untuk seorang entrepreneur. Budget juga seharusnya tidak menjadi alasan.
Saya pernah bertemu dengan seorang pengusaha skala kecil yang dengan kreatifnya bekerjasama dengan SMK di daerahnya untuk para siswa bekerja praktek. Dengan budget yang terjangkau, it’s a win-win situation. Tentu hasil kerja para siswa SMK ini belum sebaik akuntan profesional, tetapi setidaknya pencatatan sudah lebih rapi dibanding dilakukan sendiri.
Banyak masalah lagi yang tentu sering kita temui dalam bisnis sehari-hari. Sebagai pemilik bisnis, menjadi kewajiban kita untuk mencari solusi sendiri dengan cara apapun. Jangan menunggu sampai masalah menjadi terlalu besar.
Memang bukan hal yang mudah jika tidak terbiasa. Waktu Kinara membuka program internship, kami sengaja hanya menulis sebuah blogpost penuh ambigu ini. Tentu bukan hal yang wajar karena lowongan pekerjaan biasanya mencantumkan job description, kualifikasi, meminta CV dan yang sengaja kami lewatkan, alamat kontak ke mana harus menghubungi. Kami sadar bahwa sebagai perusahaan kecil dan baru yang tidak dikenal orang, hal ini akan lebih menurunkan minat orang yang ingin bergabung. Dan yang berminat pun belum tentu akhirnya mau melamar karena proses yang dirasa sulit.
Benar saja, hanya 4 orang yang merespon, dan akhirnya kami menerima 2 interns sebagai Associate. Salah satu alasan utama mereka terpilih, karena mereka menunjukkan inisiatif yang tinggi dan tentunya, resourcefulness. Bahkan ada yang berhasil menemukan email pribadi saya yang biasanya isinya hanya junkmail dan subscription mailing list. Kami cukup punya harapan bahwa mereka suatu saat bisa menjadi entrepreneur sendiri dengan modal mental yang mereka miliki.
Di Twitter juga sempat dibahas apa padanan kata terbaik untuk resourcefulness dalam bahasa Indonesia. Untuk saya, padanan terbaik adalah ‘panjang akal’. Ya, persis seperti si kancil. Tapi mohon diingat, versi kancil yang cerdik keluar dari bahaya dimakan buaya, bukan kancil yang mencuri timun pak tani.
Setelah 12 tahun berkecimpung di dunia perbankan, Dondi Hananto mendirikan Kinara Indonesia, sebuah inkubator bisnis di Indonesia yang memiliki visi untuk membangun ekosistem kewirausahaan di Indonesia. Ia juga merupakan salah satu pendiri Wujudkan, sebuah platform crowdfunding untuk merealisasikan berbagai macam proyek kreatif di Indonesia. Anda dapat follow Dondi di Twitter, @dondihananto.
[Image by sorisoro on Flickr]