Dark
Light

[Simply Business] Pabrik Foxconn: Sebuah Reality Check tentang upah di Indonesia

1 min read
March 1, 2012

Ada banyak kehebohan tentang bagaimana Apple memperlakukan mitra pabrik mereka, Foxconn, di Cina, tentang rendahnya upah yang dibayarkan kepada karyawan Foxconn, $1.78 per jam untuk membuat perangkat iPhone dan iPad yang harganya mahal.

Ini mengusik saya, apakah $1.78 per jam termasuk murah? Para karyawan bekerja 12 jam sehari, mari kita asumsikan mereka bekerja 5 hari dalam satu minggu. Maka mereka akan mendapatkan $1.78 x 12 jam x 20 hari sama dengan $427.2. Itu adalah jumlah upah yang lebih besar dari gaji pertama saya di sebuah perusahaan TI di tahun 2004! Belum lagi jumlah itu tetap masih lebih besar dari kebanyakan gaji perusahaan kecil di tahun 2011.

Mari kita bandingkan jumlah tersebut, upah sebesar $427.2, dengan para pekerja kerah biru di Indonesia. Upah minimun yang diharuskan pemerintah adalah 1.1 juta rupiah per bulan yang dalam dollar menjadi sekitar $120. Bayaran untuk pekerja outsource di PT Petrokimia Gresik adalah RP. 64.000 per hari (sekitar $7). Artikel berikut mengatakan hal yang lebih buruk, standar gaji untuk para pekerja kerah biru diklaim sebesar $0.33 per hari. Atau sebesar $0.6 per jam? Ya, bagaimanapun juga itu tetap saja suram.

Memang Cina memiliki PDB per kapita yang lebih besar. Menurut World Bank, PDB perkapita Cina ada di $4,428 sedangkan di Indonesia $2,946 (data 2010) yang berarti Cina memiliki PDB perkapita 1.5 lebih besar dari Indonesia. Sebuah prestasi yang cukup baik mengingat Cina memiliki populasi yang terbesar di dunia.

Jadi, hitungan perbandingan GDP secara kasar untuk gaji pekerja kerah biru di Indonesia jika dibandingkan dengan Cina adalah $427.2 x 2/3 yang berarti $284.8 atau sekitar 2.5 juta rupiah. Angka ini dua kali lebih besar dari upah minimum yang diijinkan oleh pemerintah, seperti yang disebutkan di atas, dan hampir sama besar dengan gaji awal programmer di Yogyakarta, Bandung dan area lain.

Saya kira sudah jelas bahwa kondisi di negara kita lebih buruk dari ‘standar paling buruk’ yang digunakan oleh dunia saat ini, sebuah kenyataan yang menyakitkan tetapi sebuah reality check yang perlu dilakukan.

Kembali ke Foxconn. Meskipun dengan kondisi yang ‘mengerikan’ dari para pekerja serta berbagai berita yang tersebar di Cina, 3000 orang masih antri untuk bekerja setiap minggunya di Foxconn. Bukan berarti mereka tidak peduli dengan kondisi kerja, namun dikarenakan alternatif yang ada juga tidak lebih baik.

Kenyataan memang menyakitkan, tetapi berpura-pura hal itu tidak ada tidak akan membuatnya hilang.

Ini adalah sebuah reality check.

Aria Rajasa adalah CEO dari GantiBaju.com, startup di bidang busana yang tidak berbeda dengan Threadless tetapi dengan sentuhan lokal Indonesia, GantiBaju juga memiliki komunitas desain yang sangat kuat. Semangat Aria di dunia wirausaha membuatnya mendirikan beberapa perusahaan setelah lulus kuliah.

8 Comments

  1. lebih banyak mereka dibanding kita emang, cuman di foxconn katanya kencing aja dimenitin 🙂

  2. Iya kalau dari sisi pengusaha mesti dihitung juga produktifitasnya, kalau ngga salah pekerja kerah biru di Cina hasilnya 5x lebih produktif dari pekerja di sini

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Event Report: Bancakan 2.0 10th Meetup + 2nd Anniversary

Next Story

Survei Agate: Indonesia Menyukai Game RPG, Strategi dan FPS

Latest from Blog

Don't Miss

NFT Collectors: An Ancient Dream to Directly Support Creators

Before NFT happens, the appreciation form for an artist’s or
DailySocial mencoba menjaring pendapat para kolektor lokal terkait prospek NFT di Indonesia

Kolektor NFT: Impian Lama Mendukung Kreator Secara Langsung

Sebelum NFT hadir, bentuk menghargai suatu karya seniman atau kolektor