Dark
Light

[Simply Business] Mengapa Anda Mau Berbelanja Online?

2 mins read
March 28, 2012

Sebagai pemilik usaha di bidang e-commerce, saya merasa malu untuk mengakui bahwa saya tidak terlalu sering berbelanja online. Proses membeli barang secara online dalam kehidupan saya bisa dihitung dengan jari. Saya adalah tipe orang yang agak kuno untuk kegiatan berbelanja. Saya suka menyentuh barang yang ingin saya beli dan saya suka momen jalan-jalan ketiga berbelanja. Saya pikir sebagian besar orang Indonesia memiliki perilaku yang sama, terutama mereka yang lebih tua.

Sebelum membeli barang, saya biasanya mencari informasi tentang harga dan lokasi terdekat yang menjual barang yang ingin saya beli terlebih dahulu. Saya membenci membayar biaya pengiriman, meskipun itu hanya sebesar Rp 5000 dan saya juga tidak suka menunggu barang dikirimkan, meski itu cuma satu hari. Saya lebih memilih pergi ke toko offline/fisik untuk melihat dan mendapatkan langsung barang yang saya inginkan pada hari yang sama daripada membeli secara online, dan menunggu barangnya sampai hari berikutnya atau bahkan lebih lama, apalagi ada kemungkinan saya kecewa karena tidak memenuhi ekspektasi saya.

Tetapi saya pernah membeli barang secara online. Saya ingat membeli beberapa barang seperti ponsel Google Nexus pertama, sebuah TV 32″, perangkat blu-ray, satu set Guitar Hero Band (gitar, drum dan mic) untuk Wii serta Twelvesouth BookBook untuk iPhone. Alasan saya membeli beberapa barang ini ada dua: harganya lebih murah dan tidak tersedia di tempat lain.

Kaskus muncul di pikiran saya ketika mencari barang dengan harga murah. Saya tahu saya bisa membeli TV di toko elektronik manapun tetapi bayangan harus membawa barang yang cukup berat dan membawanya pulang (selain dari perbandingan harga) terbukti cukup merepotkan. Saya menemukan TV yang saya inginkan dengan harga lebih murah Rp 200.000 di Kaskus dibandingkan dengan toko elektronik terdekat. Awalnya saya agak ragu tetapi saya lega barang tersebut seusai yang saya inginkan. Saya juga membeli perangkat pemutar blu-ray di penjual yang sama dengan harga sekitar lebih murah 1 juta dari toko retail. Saya tidak pernah menanyakan bagaimana penjual ini bisa menjual dengan harga yang lebih murah, lebih baik saya tidak tahu.

Jadi, jika barang tersebut lebih murah (secara signifikan), maka saya akan membeli secara online.

Alasan selanjutnya saya lebih memilih untuk membeli barang secara online karena saya tidak bisa menemukannya di tempat lain. Saya menemukan kasus ini ketika saya mencari Twelvesouth BookBook case untuk iPhone. Saya sangat suka dengan keunikan case tersebut dan saya tidak suka jika ponsel saya sama dengan milik orang lain. Saya menginginkan barang tersebut dan tidak ada satu pun toko di Jakarta yang menjualnya, oleh karenanya pilihan saya jelas, beli secara online. Untungnya, teman baik saya, Zeddy Iskandar, yang tinggal di Dubai, memiliki alamat pengiriman A.S. jadi saya tidak perlu membayar untuk biaya pengiriman. Ia juga baik hati untuk membawanya ketika pulang ke Jakarta. Ok, saya melantur, mari kembali ke topik tulisan.

Saya membeli barang online karena saya tidak bisa menemukannya di tempat lain.

Selain dari dua alasan ini, ada satu lagi alasan lain yang disebutkan oleh teman saya Nico Alyus di Twitter. Meski ini bukan pengalaman saya sendiri namun tetap masuk akal.

Nico mengatakan alasan lain mengapa orang membeli secara online adalah ketika mereka merasa terlalu malu untuk membelinya secara langsung (offline). Teori ini benar ketika menyangkut Victoria Secret (Yes! Saya baru saja mencantumkan tautan Victoria Secret di Dailysocial!).

Berikut kutipan dari halaman Wikipedia dari Victoria Secret:

Victoria’s Secret was founded in San Francisco, California, in 1977 by Tufts University and Stanford Graduate School of Business alumnus Roy Raymond, who felt embarrassed trying to purchase lingerie for his wife in a department store environment. He opened the first store at Stanford Shopping Center in Palo Alto, and quickly followed it with a mail-order catalog and three other stores.

Ya, hal ini berasal dari era sebelum internet, tetapi cara kerja mail-order mirip dengan apa yang terjadi di e-commerce.

Sebagai kesimpulan, ada tiga alasan mengapa orang membeli barang secara online: lebih murah, tidak tersedia di tempat lain, dan terlalu malu untuk membelinya secara langsung.

Aria Rajasa adalah CEO dari GantiBaju.com, startup di bidang busana yang tidak berbeda dengan Threadless tetapi dengan sentuhan lokal Indonesia, GantiBaju juga memiliki komunitas desain yang sangat kuat. Semangat Aria di dunia wirausaha membuatnya mendirikan beberapa perusahaan setelah lulus kuliah.

5 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Still from Rocket Internet, Here Comes foodpanda

Next Story

Pair Gets 50 Thousand Users and a Million Messages in Four Days

Latest from Blog

Don't Miss

NFT Collectors: An Ancient Dream to Directly Support Creators

Before NFT happens, the appreciation form for an artist’s or
DailySocial mencoba menjaring pendapat para kolektor lokal terkait prospek NFT di Indonesia

Kolektor NFT: Impian Lama Mendukung Kreator Secara Langsung

Sebelum NFT hadir, bentuk menghargai suatu karya seniman atau kolektor