Dark
Light

[Simply Business] Hasil Menabur Benih Kolaborasi

3 mins read
November 13, 2013

Tulisan kali ini masih menyambung tulisan saya minggu lalu tentang ‘Paying Things Forward‘. Bagaimana semangat kolaborasi bisa mengalahkan ego dan tidak sekedar ingin ambil keuntungan dari orang lain yang baru kita kenal. Baru-baru ini saya mendengar langsung berita baik dari seorang teman, yang secara tidak disangka mendapat kesempatan yang luar biasa. Kesempatan tidak disangka-sangka yang datang dari niat baiknya membantu orang lain.

Teman saya ini saya kenal sebagai salah satu yang sangat aktif di ‘geek scene’ Indonesia. Pertama saya kenal, saya tahu dia sebagai pemilik sebuah kafe yang bertema science fiction dan karakter superhero. Sebagai seorang geekdad, pertama kali saya datang ke sana bersama anak saya, kami seperti masuk ke surga. Lantai kedua penuh dengan mainan (kebanyakan action figures), dan ada beberapa koleksi pribadinya.

Dari situ saya baru tahu bahwa ternyata dia dan beberapa rekannya juga sudah berkali-kali menyelenggarakan event yang berhubungan dengan science fiction, superhero dan mainan. Sebuah segmen pasar yang ternyata cukup besar di kota seperti Jakarta. Di situlah saya makin sadar, ada banyak lagi orang seperti saya yang seakan tidak mau menjadi dewasa dan masih senang dengan hal-hal yang biasanya dianggap ‘hanya untuk anak kecil’.

Kafe itu juga ternyata menjadi basis klub penggemar (fan club) sebuah franchise science fiction terbesar. Awalnya saya pikir fan club ini memang resmi bekerjasama dengan si pemilik franchise dari luar, ternyata tidak. Padahal setahu saya anggotanya di Indonesia cukup banyak, menyaingi Singapura atau Hong Kong, yang selama ini sering dianggap sebagai pasar besar Asia untuk bisnis entertainment oleh pihak Hollywood.

Ternyata menjalin kerjasama dengan si pemegang franchise tidak mudah, karena memang mereka belum melihat bahwa Indonesia menjadi pasar yang menarik. Menurut teman saya, pihak fan club di Indonesia pernah mencoba untuk menghubungi sang pemilik franchise namun tidak ada respon yang positif. Bekerjasama dengan sang pemilik franchise hanyalah sebatas mimpi untuk mereka. Yang menarik adalah, demi passion dan hobby, teman saya dan rekan-rekannya tetap dengan senang hati mengorganisir berbagai kegiatan demi kegiatan, bahkan skalanya makin besar dari tahun ke tahun. Komunitas ‘geek‘ ini pun makin tumbuh dan tidak hanya terbatas pada franchise tertentu saja. Hampir semua superhero memiliki fan base yang dirangkul bersama. Because good guys stick together 🙂

Tidak banyak yang tahu, sebuah studio besar di tahun 2009 sudah membeli sebuah franchise komik dan berbagai karakter di dalam dunia (universe) nya. Kolaborasi baru ini terbukti cukup ampuh: film-film berikut dari franchise itu tetap sukses besar dan produksi bisa berjalan lebih cepat karena adanya akses ke pendanaan dan distribusi film yang lebih besar.

Berita lebih besar muncul di penghujung tahun lalu, saat studio yang sama membeli franchise dan perusahaan pembuat double-trilogy science fiction dengan fan base terbesar di dunia. Sebuah deal yang mengundang banyak pro dan kontra. Tetapi sebagai seorang penggemar franchise tersebut, saya sangat senang karena berarti ada kesempatan untuk melihat film baru!

Singkat cerita, setelah konsolidasi, studio tersebut mulai mengeksekusi rencana ekspansinya. Segmen superhero dan science fiction yang baru dibeli ini sangat berbeda dengan segmen tradisional miliknya. Tentu mereka ingin mendapat insights dan situasi yang ada di beberapa negara yang dianggap sebagai pasar terbesar mereka. Rupanya mereka sudah mendengar bahwa Indonesia memiliki pasar yang potensial, dari beberapa kegiatan yang sudah dilakukan dan fan base (tidak resmi) yang cukup besar.

Perwakilan mereka di Indonesia tidak familiar dengan franchise baru ini, karena benar-benar berbeda dengan segmen tradisional yang sering dihadapinya. Mereka pun mencari pendapat dari orang-orang yang dianggap mengerti tentang dunia geek ini, salah satunya teman saya tadi.

Tanpa ekspektasi apa-apa, dia dengan senang hati membantu, menjelaskan seperti apa karakter superhero yang ada, seperti apa fan base-nya dan apa saja yang mungkin dilakukan untuk memperluas jangkauan pemasaran ke masyarakat yang selama ini belum mengenal kultur ini: merekrut geek baru (seperti yang saya lakukan kepada anak lelaki saya).

Kalau kita pikirkan, bisa saja dia menolak atau sekedar membantu setengah hati, karena bagi banyak orang, sering muncul pertanyaan, “what’s in it for me?” atau “apa untungnya buat saya?”. Tetapi ketulusan membantu ini ternyata berbuah manis. Mendengar pengalamannya, kantor pusat studio besar itu menganggapnya sebagai seorang ahli (expert) untuk dunia geek terutama di Indonesia. Seperti saya pernah singgung di artikel sebelumnya, pengetahuan mengensai pasar lokal selalu berharga bagi perusahaan asing sebesar apapun, karena mereka menyadari bahwa tidak semua negara memiliki karakter yang sama.

Tindakannya membantu pihak luar mengenal Indonesia adalah salah satu tindakan ‘paying things forward‘ yang paling mudah dan bisa dilakukan oleh siapapun dari kita yang memang mengenal karakteristik negara kita sendiri. Tak disangkanya, studio besar itu menawarinya untuk menjadi konsultan/ official partner di Indonesia untuk franchise superhero dan science fiction yang mereka miliki. Mendengarnya, tentu saya sangat senang bahwa tahun-tahun depan akan makin banyak aktifitas yang akan dilakukan di Indonesia. Bukan sekedar sebagai penonton film saja. Bahkan baru-baru ini sebuah film superhero diluncurkan pertama kalinya di Jakarta sebagai premiere Asia Tenggara.

Tetapi di luar kegembiraan saya sebagai geek, saya mendapat satu lagi contoh konkrit betapa tindakan kita membantu orang lain, tanpa mengharap balas budi, seringkali kembali ke kita sebagai berkah yang tidak disangka-sangka. Jadi tunggu apa lagi, teruslah berkolaborasi untuk menghasilkan karya terbaik, and may the force be with you all!

Setelah 12 tahun berkecimpung di dunia perbankan, Dondi Hananto mendirikan Kinara Indonesia, sebuah inkubator bisnis di Indonesia yang memiliki visi untuk membangun ekosistem kewirausahaan di Indonesia. Ia juga merupakan salah satu pendiri Wujudkan, sebuah platform crowdfunding untuk merealisasikan berbagai macam proyek kreatif di Indonesia. Anda dapat follow Dondi di Twitter @dondihananto.

Previous Story

Pemasukan Terbesar Line Didapatkan dari Game

Next Story

Twitter Sediakan Custom Timeline Bagi Aplikasi TweetDeck

Latest from Blog

Don't Miss

Pengembangan di sektor environmental impact di Indonesia butuh waktu lama sehingga berisiko terhadap komersialisasi produk dan investasi

Investor Tanggapi Kesenjangan Pendanaan Startup “Environmental Impact” di Indonesia

Industri startup Indonesia sebagian besar diisi model bisnis yang bersifat customer-centric. Terpopuler

Observing Vietnam as Indonesia’s Startup Destination for Expansion

The expansion success story is one of the benchmarks for