Dark
Light

[Simply Business] Filosofi Genchi Genbutsu

2 mins read
September 19, 2012

Salah satu buku yang sangat memengaruhi cara berpikir saya tentang bisnis adalah The Lean Startup, tulisan Eric Ries. Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk semua pebisnis terutama yang masih ada di level startup seperti saya sendiri. Ide pokok buku ini simpel: setiap startup, apapun bidang usahanya, adalah sebuah bisnis yang sedang mencari model yang bisa diperbesar (scale up). Sebelum sampai di level yang bisa di-scale up, cara berpikir sebuah startup harus berbeda dengan cara berpikir dan pengelolaan sebuah korporasi. Jangan karena titel ‘CEO’, seorang pebisnis startup bertindak seolah dia seorang CEO perusahaan terbuka.

Salah satu hal yang sangat dianjurkan untuk kita sebagai pebisnis startup adalah motto ‘Genchi Genbutsu‘. Anehnya, istilah ini justru datang dari sebuah korporasi mega-raksasa: Toyota, pemimpin pasar otomotif dunia. Sebuah korporasi yang sangat jauh dari kesan sebuah startup. Istilah ini sering disebut di dalam buku klasik tentang manajemen ala Toyota: The Toyota Way (sebuah buku yang saya sudah lama ingin baca tetapi belum pernah sempat)

Saya benar-benar jatuh cinta pada istilah ini. Pertama, terdengar sangat keren pada saat kita ngomong, “genchi genbutsu, my friend.” Seolah-olah kita menjadi Mr. Miyagi yang memberi nasihat pada Daniel sang Karate Kid (cue referensi film 80-an). Istilah Jepang manapun selalu terdengar bijaksana saat diucapkan oleh Mr. Miyagi, bahkan kalau dia bilang “unagi sushi” atau “tori karaage” pasti terdengar bijak.

Kedua dan tentunya lebih penting adalah filosofi di balik genchi genbutsu sendiri. Sangat sulit mengartikan istilah ini. Istilah ini datang dari dua kata: “genba” dan “genbutsu”. “Genba” berarti “tempat”, yang memiliki arti khusus di mana sebuah peristiwa terjadi (where the action happens). “Genbutsu” adalah semua obyek yang relevan. Arti literal yang tidak masuk akal, apa maksudnya?

Well, genchi genbutsu adalah sebuah kebiasaan untuk pergi ke ‘genba’ dan melihat atau mengecek sendiri segala hal yang berhubungan dengan bisnis kita. Sebenarnya tidak berbeda dengan gaya manajemen barat, semua keputusan strategis manajemen diambil setelah melihat data. Tetapi bedanya, manajemen barat membahas data di ruang meeting ber-AC, sementara manajemen Jepang lebih terbiasa melihat sendiri data yang ada di lantai pabrik.

Buku Lean Startup mengartikan secara sederhana bahwa ‘genchi genbutsu’ adalah kebiasaan untuk ‘get out of the building’ untuk mencari data mengenai bisnis kita. Apapun itu, kebiasaan calon pelanggan/user, keinginan mereka, persaingan di lapangan dengan kompetitor, harapan para supplier maupun distributor kita, dan lain lain.

Setelah mengadopsi filosofi genchi genbutsu, saya makin terpacu untuk lebih sering turun dan ngobrol langsung dengan para stakeholder dari bisnis yang sedang saya jalankan. Ditambah lagi kebiasaan untuk semakin disiplin dalam mengambil keputusan berdasarkan data, bukan sekedar asumsi. Saya sadar, alasan Eric Ries memilih frasa ‘get out of the building’ sebagai terjemahan ‘genchi genbutsu’ adalah ajakan untuk kita mencari fakta yang lebih detil, bukan hanya sekedar berasumsi. Kadang kita terlalu asyik dengan pekerjaan kita sendiri dan mengambil asumsi-asumsi, tanpa mengecek keabsahannya.

Apakah benar calon user kita mau mendownload satu lagi aplikasi di smartphonenya untuk mencoba?
Setelah mencoba, apakah mereka mau memakai lagi? Atau langsung menghapus aplikasi kita karena bikin smartphone mereka lemot?
Apakah benar calon user kita punya smartphone?
Apakah benar calon pelanggan kita rela membayar unuk jasa yang kita berikan? Apakah mereka rela membayar Rp. 10,000 atau Rp. 100,000? Atau bahkan Rp. 1,000,000?
Apakah para pengiklan mau beriklan di website kita?
Apakah benar biaya yang kita butuhkan untuk operasional bulanan sesuai dengan budget yang sudah kita sisihkan?
Apakah benar perusahaan besar itu mau bekerjasama dengan startup kita? Kenapa mereka mau?

Dan begitu banyak pertanyaan lainnya yang harus kita jawab. Tunggu, bukan kita yang menjawab. Fakta yang menjawab. Fakta yang hanya bisa didapat dengan pergi keluar kantor/rumah/kamar kos dan bicara langsung dengan mereka. Mendengarkan pendapat mereka. Bukan pendapat mereka yang disampaikan oleh orang lain, “KATANYA blah blah blah…”

So what are you waiting for? Get out of the building! Genchi genbutsu, my friend.

Setelah 12 tahun berkecimpung di dunia perbankan, Dondi Hananto mendirikan Kinara Indonesia, sebuah inkubator bisnis di Indonesia yang memiliki visi untuk membangun ekosistem kewirausahaan di Indonesia. Ia juga merupakan salah satu pendiri Wujudkan, sebuah platform crowdfunding untuk merealisasikan berbagai macam proyek kreatif di Indonesia. Anda dapat follow Dondi di Twitter, @dondihananto.

 

[Sumber gambar Flickr/jordan_tan]

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Google Maps Masuk ke Restoran dan Tempat Bisnis Lainnya

Next Story

Inilah Kenapa Intel Persenjatai Motorola RAZR i dengan Prosesor Single Core

Latest from Blog

Don't Miss

5 Prinsip dalam Lean Startup

5 Prinsip dalam Lean Startup

Sebelum membahas lebih jauh mengenai prinsip lean startup, pahami terlebih
Memahami Pengertian dari Lean Startup

Memahami Pengertian dari Lean Startup

Startup selalu menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan setiap waktu.