Peluncuran shopping cart dari Multiply tinggal menunggu waktu, ini bisa terlihat dari survei yang dilakukan oleh David Hersh, admin Multiply Sellers.
Setelah sebelumnya Multilpy melakukan survei pada penjual dari Indonesia tentang tentang bank asal Indonesia apa yang paling populer atau paling sering digunakan oleh penjual dari Indonesia, kini mereka kembali melakukan survei untuk menentukan bentukan model shopping cart seperti apa yang akan mereka terapkan untuk marketplace dari Multiply.
Multiply menawarkan dua solusi untuk model shopping cart, The Inventory Model dan The Invoice Model. The Inventory Model merupakan model shopping cart yang intinya keseluruhan transaksi terjadi tanpa campur tangan dari penjual sama sekali. Jadi misalnya seorang pembeli mampir ke ‘toko’ Anda, dia melihat produk, membeli dengan menambahkannya pada keranjang belanja mereka lalu melakukan checkout. Penjual akan mendapatkan notifikasi dari pesanan tersebut dan kemudian memenuhi permintaan yang ada.
Dari model ini nantinya Multiply akan melakukan check pada stok gudang dari jualan Anda setelah sebelumnya penjual memberitahukan jumlah stok barang yang ada. Ketika semua barang telah terjual maka nantinya Multiply akan ‘menyembunyikan’ produk tersebut dari daftar yang ada sebelum penjual menambahkan stok.
Untuk model ini, Multiply masih melakukan survei juga untuk menentukan apakah manajemen inventori akan dipegang oleh Multiply atau oleh penjual atau ada opsi untuk keduanya.
Sedangkan untuk model yang kedua, The Invoice Model, diperuntukkan untuk penjulan yang menjual layanan bukan barang jadi dan tidak memiliki stok barang, misalnya penjual yang menawarkan jasa pembuatan kue sesuai pesanan. Di model ini Multiply tidak akan menyediakan ‘add to cart’ button tetapi akan menyediakan button yang dinamakan ‘place order’ atau ‘inquire’.
Jadi nantinya pembeli akan diarahkan pada form terkustomisasi yang akan diisi oleh pembeli dan menjadi bahan informasi bagi penjual dalam membuat pesanan. Form khusus ini akan ‘terikat’ pada tema pesanan tertentu sehingga memudahkan untuk dilacak. Setelah semua kesepakatan pesanan diselesaikan, akan ada link khusus untuk membuat invoice, lalu diarahkan pada keranjang belanja pembeli, proses selanjutnya seperti di Inventory Model. Model kedua ini juga mungkin bisa digunakan untuk penjual yang melakukan sistem dagang dengan sistem pre-order.
Sampai saat ini Multiply masih terus melakukan survei pada para penjual yang ada di marketplace Multiply dan tentu saja masih bisa berubah konsep sesuai dengan kebutuhan penjual yang menjadi titik sentral layanan marketplace. Tapi sepertinya model yang akan dijalankan nanti tidak akan jauh berbeda dari dua model diatas.
Salah satu hambatan dari Multiply adalah, orang luar tidak bisa melakukan komentar secara langsung, jadi anda harus terdaftar di layanan tersebut, yang berarti jualan di Multiply hanya terbatas atas komunitas yang ada di sana, pembeli dari luar bisa melihat barang namun tidak bisa langsung berkomentar atau melakukan post di halaman penjual tertentu, apakah ini juga akan berpengaruh dengan shopping cart yang ada? Jika iya, mungkin akan membuat hambatan tersendiri bagi penjual.
Tapi diluar itu semua, saya sendiri sangat tertarik dengan model shopping cart dari Multiply ini, dan ingin melihat dampaknya bagi dunia jual-beli lewat internet, terutama di Indonesia yang menjadi salah satu pangsa terbesar dari Multiply.
Bagaimana menurut anda, dari dua model diatas, mana yang paling cocok untuk ekosistem jual-beli internet di Indonesia? Jika diluncurkan oleh Multiply, apakah ini akan berpengaruh besar bagi pengguna Multiply di Indonesia? Bagaimana pendapat Anda?