Mendengar nama Shazam, Anda mungkin langsung teringat dengan musik (atau superhero). Maklum, selama bertahun-tahun Shazam telah menjadi aplikasi penebak judul lagu andalan jutaan konsumen. Akan tetapi di tahun 2017 ini, Shazam resmi melebarkan sayapnya ke ranah augmented reality (AR).
Keputusan ini bisa dikatakan sebagai kelanjutan dari teknologi visual image recognition yang Shazam rilis di tahun 2015. Mereka sekarang telah menggandeng perusahaan yang sangat berpengalaman di bidang pengembangan konten AR, Zappar, guna mematangkan platform AR ini beserta teknologi di baliknya.
Apa yang Shazam tawarkan sejatinya merupakan media pemasaran baru bagi pemilik brand. Salah satu brand yang sudah meneken kontrak dengan Shazam adalah Beam Suntory Inc., yang tidak lain merupakan produsen minuman keras ternama, Jim Beam.
Platform AR ini dirancang untuk ‘menghidupkan’ materi promosi apa saja hanya dengan memindai Shazam Codes. Shazam Codes ini nantinya akan disebar ke berbagai produk, contohnya pada kemasan botol tequila produksi Beam Suntory itu tadi, dimana setelah memindai konsumen dapat memainkan memory game interaktif berbasis AR.
Semuanya berjalan langsung dari aplikasi Shazam di Android maupun iOS, tanpa membutuhkan aplikasi terpisah. Inilah yang membuat platform Shazam AR terdengar menarik; mereka sudah punya pengguna dalam jumlah besar, dan hampir semuanya sudah terbiasa memanfaatkan Shazam sebagai alat bantu untuk menemukan informasi baru.
Saya membayangkan Shazam Codes dan konten AR ini nantinya akan menjadi pengganti “Cereal Box Syndrome”, sindrom dimana kita terbiasa membaca informasi yang terpampang pada kotak kemasan sereal, susu dan lain sebagainya. AR pada dasarnya dapat mengubah informasi apapun menjadi interaktif, dan boks sereal pun juga layak menjadi salah satu targetnya.
Sumber: Shazam.