Pembahasan soal kecerdasan buatan biasanya mengingatkan kita pada film-film fiksi ilmiah, tapi sebetulnya AI dapat Anda temukan di mana-mana, contohnya layanan penerjemah bahasa. Bagi Google, artificial intelligence bukanlah hal baru. Mereka sudah lama bermain-main di ranah itu, sempat mengakuisisi DeepMind Technologies demi memantapkan cengkramannya.
Di bulan Maret, Google dilaporkan memperoleh pencapaian membanggakan: super computer AlphaGo ciptaan DeepMind berhasil mengalahkan pemain Go legendaris, Lee Se-dol, dalam tiga dari empat pertandingan berturut-turut. Kemenangan tersebut memperlihatkan potensi besar di sektor pengembangan AI. Dan dari komentar Google, kecerdasan buatan tampaknya menjadi fokus mereka selanjutnya.
Menjawab pertanyaan seorang analis mengenai cara Alphabet – perusahaan induk Google – memimpin inovasi dan bukan sekedar adaptasi terhadap perubahan di dunia teknologi, CEO Sundar Pichai menguraikan apa yang akan mereka kerjakan selama 10 tahun ke depan. Ia mengakui bahwa VR merupakan tema terpanas saat ini, dan saat menutup penjelasannya, Pichai juga bilang, “Saya pikir kami akan berupaya mengevolusi computing dari mobile-first world ke AI-first world.”
Pichai menuturkan bagaimana kesukseskan AlphaGo menundukkan Lee Se-dol merupakan tonggak sejarah penting bagi artificial intelligence. Ia menyampaikan, “Momen tersebut adalah langkah besar dalam menciptakan AI yang bisa membantu kita mengerjakan tugas sehari-hari hingga hal-hal rumit seperti membantu menanggulangi perubahan iklim sampai mendiagnosis kanker.”
Sang CEO menjabarkan, Google dan seisi industri akan mengalihkan perhatian mereka dari lini mobile sebagai teknologi kunci menjadi bagaiamana mengupayakan AI agar dapat digunakan untuk meningkatkan layanan. Google telah berinvestasi besar di bidang tersebut dan machine learning, khususnya di area-area yang bisa memperoleh manfaat langsung. Namun selain itu, Pichai belum menerangkan lebih rinci pandangan mereka tentang ‘AI-first world‘.
Contoh lain penggunaan AI yang cukup familier ialah Google Now, dan tidak mengherankan jika Google mengusung Now sebagai basisnya. Tentu saja, ‘robot digital’ tetap membutuhkan tempat tinggal. Itu artinya, perangkat-perangkat bergerak masih dibutuhkan dan tak akan hilang di waktu dekat.
Perlu Anda ketahui, tak cuma Google yang terlihat tertarik dengan tool-tool berbasis artificial intelligence. Facebook mengungkap kemampuan bot di app Messenger sewaktu konferensi F8 dilaksanakan, lalu Microsoft juga sudah mengumumkan waktu ketersediaan Skype Bots.
Selain AI, Google juga mencoba menitikberatkan pengembangan ekosistem cloud. Boleh jadi semuanya disingkap lebih jelas dan lengkap di acara Google I/O 2016 bulan depan.
Sumber: Tech Radar & The Inquirer.