Menapaki jalan setapak di dunia startup untuk mengejar mimpi kesuksesan saat ini adalah hal yang lazim dilakukan para pendiri pemula. Sayangnya, tak semua pendiri tersebut juga memahami inti dari merintis sebuah perusahaan dari bawah. Bukan bermaksud menggurui, pengalaman dari co-founder Gusto Joshua Reeves yang terbit di The Macro mungkin bisa menjadi acuan tentang apa itu startup sukses yang benar.
Joshua Reeves adalah penduduk lokal Amerika yang lahir dan besar di San Fransisco. Pun begitu, kedua orang tua Joshua bukanlah penduduk lokal San Fransisco. Ayah Joshua berasal dari Pittsburgh dan Ibunya adalah orang yang harus belajar kembali bahasa Inggris karena berasal dari Bolivia.
Sebelum mendirikan layanan payroll Gusto, Joshua sempat mengenyam pendidikan di universitas setempat di bidang teknik elektro. Selain itu, ia juga pernah mendirikan sebuah perusahaan app publisher platform di tahun 2008. Meski berhasil meraih sukses dengan perusahaan tersebut, Joshua merasakan ada yang salah dengan kesuksesan tersebut.
Kewirausahaan dan pola pikir
Salah satu faktor Joshua memilih untuk membangun startup adalah latar belakang orang tuanya yang merupakan imigran. Selain itu, latar belakang pendidikan yang diambilnya juga sedikit banyak mempengaruhi pola pikir dan filosofi Joshua terhadap startup.
Joshua mengatakan:
“Ketika saya berpikir tentang kewirausahaan, saya menganggapnya sebagai sebuah pola pikir. Ini tidak selalu tentang membangun sebuah perusahaan. Ini tentang tidak bisa menerima cara hal-hal bekerja sekarang, dan bukannya memikirkan bagaimana itu bisa bekerja.”
“Saya pikir orang tua saya baik pindah ke tempat baru selalu inspirasi besar bagi saya. Orang yang pindah ke tempat baru bisa diartikan sama saja telah siap mengambil lebih banyak risiko. Pilihan tersebut, untuk membangun kehidupan baru di suatu tempat, harus didorong oleh keyakinan untuk mengubah sesuatu. […] Bagi saya, itu berarti memulai sebuah perusahaan,” lanjutnya.
Selain itu, latar belakang pendidikan Joshua di bidang teknik elektro juga mempengaruhi pembentukan filosofinya terhadap startup. Menurut Joshua, membangun startup tak ubahnya seperti pemrosesan sinyal, yaitu bagaimana mengubah yang kompleks menjadi sederhana.
Joshua menyampaikan:
“Hati dan jiwa dari sebuah startup itu memiliki banyak hal yang harus dilakukan dan mencari tahu beberapa yang paling penting.”
Belajar dari pengalaman dan menikmati setiap proses pebelajaran
Gusto yang dinahkodai oleh Joshua dan kawan-kawannya bukanlah startup pertama yang didirikannya. Tahun 2008 silam, Joshua pernah mendirikan perusahaan app publisher platform. Meski meraih sukses dan diakuisisi pada tahun 2010, Joshua merasa ada yang salah dengan itu.
Joshua menyampaikan, “Tapi, itu tidak terasa benar. Hari ini saya menyadari bahwa karena itu bisnis reaktif, bukan proaktif. Tujuan akhir kami tidak jelas. Kami hanya mengoptimalkan untuk membuat lebih banyak uang. Metrik utama kesuksesan kami adalah pendapatan. Tidak ada rasa. Apa dampak nyata pada dunia, atau mengapa ini penting?”
“Jangan salah, dengan itu semua kami sangat beruntung dan itu adalah pengalaman hebat dalam banyak cara. Tetapi harusnya terasa lebih sukses. Jelas ada sesuatu yang hilang,” tambahnya.
Dari pengalaman tersebut, Joshua mencoba mengubah struktur hidupnya dan memaksa dirinya mengambil langkah mundur untuk evaluasi. Hasilnya terkatalisasi menjadi startup yang kini dinahkodai bersama kawan-kawannya, Gusto.
Joshua mengatakan:
“Untuk satu hal, saya menyadari bahwa startup yang baik ada untuk memperbaiki sesuatu. Masalah-masalah mendasar yang diperhatikan pendiri begitu dalam dan terobsesi untuk diperbaiki yang [sampai pada satu titik] harus memulai sebuah perusahaan untuk melakukannya. “
Yang perlu dicatat pendiri juga harus menikmati apa yang sedang dibangunnya. Seandainya si pendiri diminta menggambarkan apa yang dilakukan perusahaan hingga 10.000 kali pun, ia pasti tetap bersemangat.
Menjaga perusahaan untuk tumbuh dengan cepat
Melihat traksi dan dampak yang diberikan oleh Gusto, satu hal yang disadari oleh Joshua adalah menjaga kualitas. Termasuk ketika dirinya mempekerjakan tenaga baru. Toh pada akhirnya, Gusto harus mampu untuk tumbuh dengan cepat agar tetap kompetitif dan berkelanjutan.
Joshua mengatakan, “Ketika Anda mempekerjakan seseorang, biasanya Anda melakukannya dalam dua tahap. Pertama, umumnya berbicara tentang kehidupan, pekerjaan , gairah, motivasi, dan keterampilan. Kemudian tahap kedua lebih menyelam jauh ke dalam, bagaimana hal-hal akan bekerja dan melakukan uji kelayakan.”
“Kami tahu bahwa ketika kami menambahkan orang baru untuk tim, kami harus bekerja sangat keras untuk tetap memberikan cara yang sama, yang terbaik, yang kita bisa,” tambahnya.