Selayang Pandang Tentang Ekosistem Esports Pokémon GO di Indonesia

Sejak fitur PvP dirilis di akhir 2018, ekosistem kompetitif Pokémon GO telah tumbuh pesat bahkan walau tanpa dukungan resmi developernya.

Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara, dengan jumlah penduduk mencapai 267 juta jiwa dan populasi pengguna internet 82 juta jiwa (data Newzoo 2018). Dengan jumlah pasar sebesar ini, potensi Indonesia sebagai pasar game kompetitif pun sangat luas. Tidak hanya judul-judul raksasa seperti Mobile Legends: Bang Bang atau PlayerUnknown’s Battlegrounds yang punya tempat, tapi juga komunitas untuk penggemar game yang lebih kecil.

Di tengah selera masyarakat gamer yang begitu majemuk, Pokémon GO menempati posisi yang cukup unik. Sempat menjadi fenomena global bahkan hingga taraf cukup mengkhawatirkan di tahun 2016, tiga tahun kemudian Pokémon GO seperti sudah tenggelam, hilang terlibas gelombang judul-judul baru yang lebih menonjol di masyarakat. Akan tetapi sejatinya game augmented reality karya Niantic ini belum mati.

Banyak penggemar berat di Indonesia

Superdata melaporkan bahwa Pokémon GO memiliki 147 juta pengguna aktif di bulan Mei 2018, angka yang masih sangat fantastis walaupun jauh dibanding total unduhannya yang mencapai 800 juta kali. Dalam sebuah wawancara dengan Vice, seorang penggemar berat Pokémon GO berkata bahwa game ini telah melalui fase “seleksi alam”, sehingga kini pemain-pemain yang tersisa adalah para pemain die-hard.

Bukti bahwa Pokémon GO masih banyak dimainkan di Indonesia dapat kita lihat dalam gelaran acara Piala Presiden Esports 2019, tanggal 30 – 31 Maret 2019 lalu. Di acara ini, komunitas Pokémon GO Indonesia mendapat undangan untuk menggelar turnamen eksibisi terbuka. Meski dengan persiapan yang sangat singkat serta publikasi minimal, turnamen ini berhasil menarik peserta hingga 243 orang, terbanyak di dunia! Sebelum eksibisi Piala Presiden ini, rekor peserta turnamen terbanyak dipegang oleh komunitas Pokémon GO negara Chili dengan 186 peserta.

Kemeriahan komunitas Pokémon GO di Piala Presiden Esports 2019 | Sumber: Dokumentasi Pokémon GO Indonesia

“Awalnya kami komunitas Jabodetabek yang suka Community Day bareng di Taman Suropati. Setelah event Tempest Cup kami diundang EO exhibition Piala Presiden buat isi acara di sana. Lalu langsung buat panitia kilat karena persiapan kami kurang dari satu minggu,” tutur Wahyu Widyantoro, salah seorang panitia turnamen Pokémon GO Indonesia, kepada Hybrid.

Wahyu melanjutkan, “Karena butuh hype yang tinggi, kami undang semua komunitas Indonesia untuk partisipasi dukung event ini. Akhirnya kita putuskan untuk buat satu payung untuk event nasional dengan nama Pokémon GO Indonesia, yang isinya koordinator wilayah dari komunitas-komunitas aktif bermain Pokémon GO se-Indonesia.”

Bersama dengan Mohamad Khaerul Fahmi sebagai ketua panitia, Vivi Aryani selaku panitia dan sponsor dari Club 40 Indonesia (perkumpulan pemain-pemain Pokémon GO yang telah mencapai level 40), Christopher Satriandaru sebagai ketua judge, serta banyak anggota panitia lainnya dari berbagai komunitas, Wahyu akhirnya berhasil menggelar turnamen eksibisi Piala Presiden dengan sukses. Ikbal Mappirewa keluar sebagai juara pertama, disusul runner-upNicholas Anderson, serta Frenky Simanjuntak di peringkat tiga.

Ramai namun tersebar

Tingginya antusiasme penggemar terhadap Pokémon GO tak lepas dari andil Niantic sendiri yang konsisten memberikan konten menarik. Wahyu bercerita bahwa setiap bulannya Pokémon GO selalu mendapatkan event rutin, di mana para pemain dapat berburu suatu Pokémon spesial. Di bulan April ini misalnya, event tersebut jatuh pada tanggal 13 dengan durasi 3 jam, dari pukul 15:00 – 18:00.

Event rutin ini—yang disebut Community Day—memberikan peluang besar pada pemain untuk mendapatkan jurus-jurus tertentu serta berbagai imbalan menarik, namun dengan jangka waktu yang sangat terbatas. Oleh karena itu Community Day selalu jadi alasan bagi para penggemar Pokémon GO untuk berkumpul di mal, taman, atau tempat-tempat lainnya yang memiliki banyak Pokéstop dan berburu bersama.

Pokémon GO Community Day April 2019 | Sumber: Niantic

“Selain itu, setiap bulan juga kita ada tema PvP Battle yang baru dan akhirnya semua komunitas Pokémon GO mengadakan turnamen sendiri-sendiri atau beberapa komunitas bahkan mengadakan turnamen gabungan. Contohnya di Taman Suropati kemarin yang bisa didatangi sampai hampir 300 pemain Pokémon GO dan 66 peserta PvP Battle. Bahkan di salah satu mal pernah sampai total 600 lebih penonton,” cerita Wahyu.

Keunikan Pokémon GO yang merupakan game berbasis lokasi juga menjadi alasan mengapa game ini memiliki banyak komunitas regional. Biasanya komunitas Pokémon GO terbagi-bagi berdasarkan kotanya, jadi bila Anda menelusuri Facebook misalnya, Anda akan menemukan banyak grup komunitas seperti Pokémon GO Surabaya, Pokémon GO Bandung, Pokémon GO Jakarta, dan seterusnya.

Vivi Aryani, sponsor dari Club 40 Indonesia, memberikan piala kepada para pemenang | Sumber: Dokumentasi Pokémon GO Indonesia

Memang ada beberapa komunitas terpusat seperti PKMN-id yang menaungi segala hal seputar Pokémon, juga ada grup Pokémon GO Indonesia yang memiliki lebih dari 47.000 anggota. Tapi dalam kesehariannya komunitas-komunitas ini jarang saling berhubungan, dan tidak semuanya rajin mengadakan event. Barulah ketika muncul undangan dari Piala Presiden Esports, komunitas-komunitas regional ini bersatu-padu mendukung satu acara yang sama.

“Sebelumnya komunitas-komunitas Pokémon GO ini dibagi berdasarkan kota aja, Mas. Tapi dengan adanya event turnamen Pokémon GO tanggal 31 Maret di Istora Senayan itu, kita sepakat kerja sama semua komunitas Indonesia untuk jadi bentuk Pokémon GO Indonesia.” Wahyu juga menjelaskan bahwa para penggemar Pokémon GO di seluruh dunia sudah rutin mengadakan turnamen, dan mulai tanggal 16 April nanti, akan ada leaderboard global yang mencatat pencapaian seluruh pemain Pokémon GO secara terpusat.

Kompetisi untuk semua orang

“Dari sisi esports ini potensial banget,” ujar Wahyu, “Selain bisa dimainkan oleh anak-anak sampai yang tua, data komunitas se-Indonesia itu semuanya aktif, bahkan beberapa brand udah mulai mau support Pokémon GO. Harapannya sih Pokémon GO bisa hype lagi kayak dulu pertama kali rilis, bahkan lebih dari itu.”

Sesuai dengan pandangan bahwa para pemain Pokémon GO yang tersisa sekarang adalah penggemar-penggemar die-hard, ekosistem kompetitif Pokémon GO pun tumbuh berkat keuletan para fans berat di level akar rumput. Sejak fitur PvP dirilis pada akhir tahun 2018 kemarin, Niantic sebetulnya belum memberikan fasilitas untuk menggelar turnamen secara resmi. Tapi sekelompok penggemar antusias kemudian menciptakan sirkuit kompetisi sendiri, yang dikenal dengan sebutan Silph Arena.

Final turnamen Pokémon GO di Piala Presiden Esports 2019 | Sumber: Dokumentasi Pokémon GO Indonesia

Silph Arena digagas oleh The Silph Road, jaringan komunitas Pokémon GO internasional yang telah berdiri sejak tahun 2016. Tujuan pendirian The Silph Road pada awalnya adalah untuk saling berbagi riset, menciptakan alat pendukung, serta menyatukan komunitas Pokémon GO dari seluruh penjuru dunia. Setelah fitur PvP muncul, Silph Arena pun diluncurkan untuk menjadi wadah para penggemar untuk berkompetisi.

Hebatnya, walau Silph Arena ini merupakan sirkuit tak resmi, cara mereka beroperasi sudah sangat rapi. Mereka memiliki platform penyelenggaraan dan pencatatan turnamen sendiri, peta lokasi turnamen dunia, sistem Player Tier dan Rank, season kompetisi yang berubah setiap bulan, leaderboard global, hingga rencana untuk mengadakan turnamen besar Regional dan World Invitational. Tempest Cup yang diceritakan Wahyu di awal artikel ini pun merupakan bagian dari musim kompetisi dalam Silph Arena.

Musim kompetisi Silph Arena bulan April 2019 bernama Kingdom Cup | Sumber: Silph Arena

Tentu saja, karena Silph Arena merupakan ekosistem ciptaan pihak ketiga, para pemain Pokémon GO tidak wajib untuk mengikutinya. Tapi menarik sekali melihat dedikasi para penggemar untuk menumbuhkan esports Pokémon GO, bahkan jaringannya sudah menjangkau seluruh dunia tanpa ada campur tangan developernya. Season kompetisi yang digunakan oleh Silph Arena pun memiliki berbagai aturan khusus, sehingga memunculkan meta permainan baru yang seru.

“Pokémon GO bisa dimainin segala usia. Sebelum battle perlu banget atur strategi mau bawa Pokémon apa dan dikombinasikan dengan jurus dan Pokémon apalagi, gitu Mas,” kata Wahyu menjelaskan mengapa Pokémon GO menarik untuk dimainkan secara kompetitif. Pokémon GO juga memiliki mekanisme permainan yang jauh berbeda dari Pokémon VGC, jadi dua ekosistem ini bisa berjalan secara paralel dengan pangsa pasar berbeda.

Meski dengan segala keterbatasannya, turnamen eksibisi Piala Presiden Esports kemarin telah menunjukkan bahwa Pokémon GO di Indonesia punya komunitas yang subur dan siap untuk maju ke level permainan lebih serius. Wahyu sendiri berharap ke depannya Pokémon GO bisa ambil bagian dalam Piala Presiden Esports sebagai cabang kompetisi resmi.

“Kendalanya masih kurang dapet sorotan,” ujarnya, “Semoga aja nih abis event ini bisa dapet sorotan lebih.”