Google belum lama ini mengundang sejumlah perusahaan startup dari India, Indonesia, dan Brazil ke kantor pusatnya di Mountain View, California dalam rangka mengikuti program bootcamp Google Launchpad Accelerator (GLA). Dari Indonesia ada delapan startup yang terpilih, salah satunya adalah layanan marketplace jasa Seekmi. Kami berkesempatan berbincang dengan CEO Seekmi Nayoko Wicaksono tentang pengalamannya selama mengikuti bootcamp GLA dan juga menggali lebih jauh apa yang menjadi fokus Seekmi di tahun ini.
Seekmi dan Google Launchpad Accelerator
Bootcamp GLA gelombang pertama yang mengundang sejumlah startup berbasis teknologi dari India, Indonesia, dan Brazil telah berakhir. Dari Indonesia, ada delapan startup yang terpilih untuk mengikuti program ini dan Seekmi adalah satu di antaranya. Sebelumnya, kami juga telah berbincang dengan pihak Kurio dan Jojonomic terkait pengalamannya mengikuti bootcamp GLA yang berlangsung selama dua minggu di kantor pusat Google.
GLA sendiri menawarkan peluang funding non-ekuitas sebesar $50.000 dan akses khusus dalam menggunakan produk premium dari Google. Selain itu, setelah fase bootcamp yang berlangsung selama dua minggu, masih ada mentoring dan monitoring selama enam bulan ke depan.
Nayoko menceritakan bahwa awal mula ia tertarik untuk mengikuti program ini adalah ketika ia ditunjuk menjadi mentor dalam Launchpad Week Jakarta yang digelar empat bulan silam. Seekmi sendiri berangkat mengikuti program bootcamp GLA ini dengan tiga orang anggotanya.
“Kami di sana dua minggu, [kerjanya] dimulai dari jam delapan pagi sampai jam delapan malam. […] Kegiatannya lumayan intense, jadi setiap hari itu ada workshop pagi-pagi untuk sharing knowledge dan lainnya. Setelah itu, kick off mentorship, one-on-one. Mentornya ganti-ganti. Ini bagus, karena kami bisa dapat banyak insight baru. […] Setiap hari kami juga di-track terus, ada improvement apa saja yang ditunjukkan,” cerita Nayoko.
[Baca juga: Pengalaman Mereka Mengikuti Google Launchpad Accelerator Bootcamp]
Dari sekian banyak mentor yang ditemui, Nayoko banyak memetik pelajaran dari mentor asal India dan Israel terkait dengan pengembangan engineering. Sedangkan dari sisi bisnis, Nayoko menyebutkan bahwa ia banyak mendapat masukan terkait dengan product market fit.
Nayoko mengatakan, “Di Indonesia itu sekarang [salah satu] problem-nya adalah engineering. Bagaimana develop skillset untuk [pengembangan] software atau [kemampuan] programing lebih tinggi lagi. […] Saya banyak bertanya kepada mereka [mentor] mengenai pelatihan apa saja yang diperlukan untuk [pengembangan skill ] tim engineering, project management-nya seperti apa, dan apakah ada support dari Google terkait engineering. Ternyata, mereka [siap] provide itu.”
“In term of business, [masukan] lebih ke arah product market fit. […] Waktu kami ke sana, sampai di bulan Januari itu, kami masih lebih fokus ke supplier. Menambahkan jumlah dan meningkatkan kualitas mereka. Sekarang kami lebih masuk ke demand, mulai menaikkan pesanan. […] Kami itu baru mulai menganalisa habit pengguna bulan November dan setelah melihat hasilnya, kami bertanya pada mentor. Bagaimana menurut [pandangan] mereka, arah pengembangan harus ke mana. […] Sekarang, situs kami sudah berbeda dari yang dulu, look-nya, feel-nya juga,” lanjutnya.
Yang menarik dari perjalanan Seekmi adalah ketika mereka dapat bertemu dengan Sander Daniels, sosok di balik Thumbtack yang merupakan salah satu marketplace jasa terkemuka di Amerika. Selain itu Nayoko juga menyempatkan diri untuk bertemu Kevin Hale dan Justin Kan dari Y Combinator untuk bertukar pikiran.
“Ini diluar acara GLA, kami memang menyempatkan diri untuk bertemu Sander Daniels [untuk bertukar pikiran]. Mereka [Thumbtack] bercerita bahwa di awal itu mereka fokus dengan kualitas vendor. Di Indonesia, itu juga penting karena jasa servis [online] di Indonesia itu masih early. Kami seperti Tokopedia di jaman dulu. E-commerce kan sudah mulai matang, nah jasa servis itu berikutnya. [Urutan] Ekonominya kan, Material, Jasa, dan Experience. Kita sekarang ada di stage jasa,” ujarnya.
Nayoko menambahkan, “Kami juga bertanya rencana Thumbtack ke depannya apa, dan Sander bilang dia akan lebih fokus ke recording behavior orang-orang [pengguna] dan bagaimana caranya agar servis vendor dapat memberikan penawaran lebih akurat lagi dari data-data dia. […] Jadi kami ke depannya juga jalannya akan ke sana, mengimplementasikan big data.”
Seekmi dan fokus operasional di tahun 2016
Rencana jangka panjang Seekmi adalah dapat mengimplementasikan teknologi big data. Namun untuk jangka pendek, dalam waktu dekat ini Seekmi berencana untuk meluncurkan aplikasi mobile yang dapat berjalan pada perangkat Android dan iOS. Melalui aplikasi tersebut, pengguna dijanjikan untuk dapat melakukan transaksi lebih cepat dan mudah.
Nayoko mengungkapkan, “Ekspektasi kami, dalam minggu tengah Maret ini ada launching untuk aplikasi mobile. […] Android dahulu baru setelahnya iOS.”
[Baca juga: Seekmi Siap Menangkan Persaingan Jasa Marketplace dengan “Matchmaking Engine”]
“Kelebihan [aplikasi] ini adalah pengguna jadi bisa lebih cepat transaksi [untuk mencapai kata sepakat dalam mencari jasa]. Jadi sekarang ini masalahnya adalah komunikasi masih lebih banyak terjadi lewat telepon, nah kami mau ini bisa dilakukan lewat chatting, agar respond time-nya lebih cepat. […] Ada juga fitur location based,” jelas Nayoko lebih jauh.
Nayoko menekankan bahwa tahun ini fokus utama Seekmi adalah pengembangan aplikasi mobile agar bisa diterima luas di masyarakat. Namun, pengembangan situs juga tidak akan dilupakan. Selain itu, Nayoko juga mengungkap bahwa kini Seekmi sedang berupaya untuk mencari talenta-talenta berbakat untuk mengembangkan timnya.
Operasional Seekmi sendiri saat ini baru menjangkau wilayah Jabodetabek dan Bandung. Untuk user yang bergabung, Nayoko mengklaim bahwa sekarang ada sekitar 4000-5000 pengguna yang bergabung dalam platform Seekmi.