Selama umat manusia masih membutuhkan hiburan untuk dahaga kehidupannya, suguhan segala konten hiburan jelas tak akan pernah mati. Tak terkecuali dari media internet yang kini semakin menjadi pilihan banyak orang untuk mengonsumsi segala jenis konten. Berbicara mengenai bisnis konten yang terus berkembang, salah satu startup media hiburan asal Singapura, Sauus kini telah hadir di Indonesia. Fokus konten yang disajikan, diklaim berdasarkan tren yang kini sedang hangat di media sosial dengan harapan bisa “melanjutkan” tren yang tengah viral di masyarakat, namun sayangnya Sauus masih terlihat belum begitu dikembangkan secara matang.
Mengapa saya katakan demikian? Dalam rilis resmi yang kami dapat, Sauus dideskripsikan sebagai situs yang memuat berbagai berita unik yang tengah ramai diperbincangkan di jejaring sosial, mulai dari tips, berita kocak, breaking news, gosip seputar selebritis, sampai berita kontroversial. Konsepnya sendiri cukup menarik, walau tak benar-benar baru. Tapi sayangnya konsep menarik tadi tak didukung oleh kemasan yang menarik pula.
Masih adanya rasa upaya melokalisasi konten yang sedikit “dipaksakan” dari audiens Singapura ke Indonesia yang mungkin berbeda selera – walau sesama negara tetangga. Bukannya saya tak memiliki selera humor, kesan menggelitik yang diharapkan ketika menjelajah Sauus tidak berhasil saya dapatkan, yang ada justru saya sempat terheran melihat tampilan Sauus yang kurang menarik dan dihiasi oleh banyak foto beresolusi rendah yang kurang sedap dipandang.
Aliran konten Sauus dikatakan berasal dari jagat media sosial. Seperti yang tertera dalam rilis pers, secara insiatif tim Sauus memantau perkembangan hashtag populer, video, dan bahkan posting apa saja yang dimuat di media sosial. Sumbernya bisa berasal dari berbagai jejaring sosial yang populer di Indonesia seperti media online, Facebook, Twitter, Path, Vine, YouTube, serta forum-forum lokal.
“Karena satu dan lain hal, mungkin tidak semua orang berkesempatan memantau tren di sosial media setiap harinya. Dalam hal ini pembaca cukup masuk ke Sauus.com dan dalam sekejap langsung bisa ‘konek’ dengan apa yang tengah terjadi di jejaring sosial”, ungkap Founder Sauus Indonesia, U-Zyn Chua yang dikutip dari sumber yang sama.
Lemahnya sistematis penyajian konten di Sauus juga menjadi perhatian saya. Sebagai media yang mencap diri sebagai social media buzz curator, konten yang disajikan Sauus ditampilkan secara acak tanpa pengklasifikasian tertentu. Singkatnya, konten tidak dirapihkan dan ditata dalam satu kanal yang memudahkan pengunjung untuk mencari jenis informasi apa yang ingin dikunjungi. Hal ini sayangnya membuat konten-konten yang “aneh” dan mungkin tidak cocok bagi pembaca di bawah umur ditampilkan begitu saja di halaman depan.
Selain hal tadi, Sauus juga semestinya tidak perlu repot-repot berupaya menjadi media yang dapat menyambung tren di media sosial. Konten yang ingin ditampilkan mestinya jangan diambil mentah-mentah dan di-publish begitu saja. Jika diselipkan dengan sudut pandang opini yang nyeleneh dan cerdas, tentu akan membuat Sauus lebih asik untuk dibaca dan bahkan bisa menjadi referensi obrolan di media sosial yang bahkan nantinya bisa menjadi konten yang viral di masyarakat.
Walau begitu, kehadiran Sauus di Indonesia tentu menambah satu lagi penyedia konten hiburan dengan gaya baru dan agak sedikit berkiblat dengan gaya konten dari BuzzFeed. Situs semacam Hipwee, Pulsk, dan MalesBanget.com mungkin bisa menjadi pesaing terdekat Sauus di industri media digital Indonesia.
[ilustrasi foto: Shutterstock]