6 October 2020

by Glenn Kaonang

Smart Hydroponic Technology Karya Siswa SMK Jadi Pemenang Gelaran Samsung Innovation Campus

Program sudah berlangsung sejak Januari 2020, dan ke depannya akan diadakan lagi di lebih banyak sekolah

Terus berkembangnya tren teknologi otomasi dan Internet of Things (IoT) merupakan indikator utama sedang berlangsungnya Revolusi Industri 4.0. Implikasinya sebenarnya sederhana saja: semakin banyak cabang industri yang bergantung pada pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dan itu pada akhirnya memicu kelahiran kategori pekerjaan baru yang belum pernah eksis sebelumnya.

Software developer atau data scientist mungkin adalah contoh dari sekian banyak profesi yang sedang meledak popularitasnya di era Revolusi Industri 4.0, dan kita tidak perlu terkejut melihat kurikulum pendidikan yang terus diperbarui dengan menyelipkan materi-materi seputar pengadopsian teknologi.

Selain upaya dari pihak sekolah, keikutsertaan dari pihak industri sendiri juga bakal sangat membantu mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi tren baru di dunia industri. Pemikiran seperti inilah yang pada akhirnya mendorong Samsung untuk mengadakan program Samsung Innovation Campus (SIC) di beberapa SMA dan SMK.

Mungkin sebagian besar dari kita tidak banyak yang tahu, akan tetapi program ini telah berjalan sejak bulan Januari kemarin, dan pandemi rupanya tidak mencegah pelaksanaan program sampai pada tahap finalnya. Pada kenyataannya, tahap akhirnya yang berbentuk lomba (SIC Project Competition) malah baru saja berakhir pada tanggal 5 Oktober kemarin.

Jadi dari bulan Januari, Samsung telah memberikan berbagai pelatihan di SMA dan SMK seputar coding dan programming. Materi yang diajarkan bervariasi dari bahasa pemrograman yang simpel seperti Scratch, sampai C yang kerap digunakan untuk mengembangkan video game. Bukan cuma itu, topik robotik pun juga ikut diajarkan, spesifiknya platform Arduino yang sangat fleksibel.

Materi yang Samsung berikan bukan cuma ditujukan untuk murid saja, tetapi juga para guru, dengan tujuan akhir supaya materinya dapat disinkronisasikan dengan kurikulum yang digunakan di masing-masing sekolah.

Usai menerima pembekalan selama sekitar enam bulan, peserta program di SMA dan SMK diberi waktu satu bulan untuk mengeksekusi idenya, mengaitkan teori dengan permasalahan aktual yang sedang dialami masyarakat di sekitarnya. Setelah melalui proses seleksi yang ketat, pada akhirnya terpilih empat finalis dari empat sekolah yang berbeda:

  • SMKN 1 Geger, Madiun dengan proyek Smart Hydroponic Technology (SAHYT)
  • SMK Al Huda, Kediri dengan proyek Sistem Pengairan Otomatis (Smart Irrigation System) Berbasis Arduino
  • Binus School Simprug dengan proyek 2D Platformers Arcade Game
  • Binus School Serpong dengan proyek Automatic Dispenser for Hand Sanitizer

Ada banyak kriteria penilaian yang dijadikan acuan oleh tim dewan juri yang terdiri dari DR. Ahmad Saufi selaku Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Risman Adnan selaku Direktur Manajemen R&D Samsung R&D Indonesia, dan Muhammad Ramli Rahim selaku Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia. Namun yang pasti, keempat finalis ini dipilih karena idenya bisa diaplikasikan dalam skala kecil ataupun besar.

Satu komentar juri yang paling menarik kalau menurut saya datang dari Muhammad Ramli, yang pada dasarnya berharap para finalis SIC Project Competition dapat meneruskan masing-masing proyeknya menjadi bisnis yang sah tanpa dibatasi oleh pihak sekolah. Saya pun langsung teringat kebiasaan jelek sekolah-sekolah zaman dulu yang kerap mengambil alih trofi lomba hanya dengan beralasan pemenangnya mengikuti kompetisi dengan membawa nama sekolah, bukan pribadi.

Keempat finalis ini tentu punya potensi untuk berevolusi menjadi startup ke depannya. Namun impian itu otomatis bakal pupus seumpama pihak sekolah mengambil alih lisensi atas proyeknya.

Pada akhirnya, yang berhasil memenangkan gelar juara adalah proyek Smart Hydroponic Technology (SAHYT) dari SMKN 1 Geger, Madiun. Tim dari sekolah ini pada dasarnya berhasil mengembangkan pompa air otomatis, sistem pupuk otomatis, dan sistem pengontrol suhu untuk tanaman hidroponik yang semuanya dapat dipantau serta dikendalikan lewat aplikasi mobile. Masing-masing anggota tim, lengkap bersama pembimbingnya, menerima hadiah berupa Samsung Galaxy A71.

Selain itu, terdapat pula juara favorit yang dipilih berdasarkan polling yang dilakukan oleh para undangan pada sesi penjurian, dan gelar tersebut jatuh pada Sistem Pengairan Otomatis Berbasis Arduino dari SMK Al Huda, Kediri. Semuanya berhak memperoleh hadiah berupa Samsung Galaxy A21s.

Dalam menyelenggarakan program perdana SIC ini, Samsung bekerja sama dengan Prestasi Junior Indonesia (PJI), anggota Junior Achievement Worldwide, salah satu organisasi nirlaba terbesar di dunia yang berfokus untuk membekali generasi muda mengenai pekerjaan dan kewirausahaan.

Program SIC ini merupakan program berkelanjutan, dan Samsung menargetkan untuk bermitra dengan lebih banyak lagi sekolah di Indonesia ke depannya. Di samping Indonesia, SIC juga diadakan di negara-negara lain seperti Thailand, Vietnam, Rusia, Chili dan Spanyol.