Ambisi Cyanogen untuk menjadikan CyanogenMod sebagai sistem operasi alternatif dari Android tampaknya terancam gagal total. Meski mendapatkan suntikan dana segar yang tidak sedikit, rencana besar tersebut tidak benar-benar dapat terlaksana.
Kabar ini mengemuka setelah perusahaan disebut-sebut telah merumahkan 30 orang dari total 136 orang tenaga kerja yang dimiliki, atau setara dengan 20% dari komposisi keseluruhan. Dan sebagian besar dari karyawan yang diberhentikan adalah mereka yang bekerja di bagian pengembangan piranti lunak open source, CyanogenMOD.
Kabar ini memang tak serta-merta mengonfirmasi bahwa CyanogenMod akan ditinggalkan, tetapi tanpa orang yang cukup dan berkompeten untuk bekerja, rasanya sangat sulit untuk melihat project tersebut berjalan dengan baik. Selain tim pengembang custom ROM, Cyanogen juga memangkas karyawan di bagian sistem dan QA di Palo Alto dan Seattle. Bahkan kantor di India dan Lisbon pun diyakini akan ditutup sepenuhnya.
Salah satu faktor yang menjadi penyebab kegagalan ini disebut-sebut dikarenakan Cyanogen kesulitan menggaet pabrikan smartphone yang bersedia bergabung bersama mereka. Tak mengejutkan, mengingat Cyanogen menawarkan sistem operasi alternatif, menanggalkan ketergantungan terhadap produk-produk Google seperti Gmail, Play Store dan YouTube. Bagi sebagian orang ide ini sangat brilian, setidaknya bagi Micromax yang sejak lama menjadi rekanan Cyanogen. Atau OnePlus yang pernah punya hubungan mesra dengannya. Tapi tampaknya bagi sebagian besar pabrikan, terutama pabrikan besar, langkah ini dinilai terlalu beresiko dan memakan waktu.
Re/code dalam lansiranya menyebutkan bahwa Cyanogen berencana mengubah fokusnya di bawah arahan Lior Tal yang direkrut untuk menjabat sebagai COO baru mereka. Lior Tal sebelumnya pernah menjabat posisi penting di Facebook sebelum memutuskan berlabuh ke Cyanogen. CEO Cyanogen, Kirk McMaster sendiri belum bersedia memberikan komentar terkait kabar ini.
Sumber berita AndroidPolice.