Sepanjang tahun 2016 ini, kita menyaksikan geliat pertumbuhan dan pergerakan yang luar biasa dari bisnis startup teknologi di Indonesia. Pendanaan, akuisisi, draft regulasi, inovasi, hingga meledaknya pertumbuhan salah satu sektornya, yakni fintech. Namun, di tengah hingar bingar itu rupanya ada satu sektor yang menyimpan ‘kecantikannya’ sendiri dan masih belum banyak dilirik, yaitu bidang properti. Kami berkesempatan berbincang dengan Country General Manager Rumah123 Ignatius Untung terkait dengan potensi bisnis properti dan langkah apa yang akan diambil Rumah123 untuk 2017 nanti.
Bisnis teknologi di bidang properti belum mendapat lirikan dalam beberapa tahun belakangan ini bukan tanpa sebab. Sektor properti sendiri secara umum memang sedang dalam fase perlambabatan. Contohnya di sektor perkantoran.
Menurut pemberitaan Marketeers, penyerapan ruang kantor di kawasan Central Business District (CFD) dalam semester pertama hanya mencapai 29.000 m2, atau melorot 30 persen dari penyerapan sepanjang 2015 lalu. Hal yang sama terjadi di luar kawasan CFD yang mencapai 84.000 m2, atau hanya 65 persen dari yang dicapai tahun lalu.
Meski demikian, tidak sedikit pula yang optimis bahwa tahun depan akan menjadi siklus baru bagi bisnis properti. Alasannya sederhana, karena pembangunan infrastruktur di daerah urban yang semakin marak, insentif dan kebijakan pemerintah yang semakin probisnis, dan juga suksesnya program tax amnesty dinilai dapat menjadi pendorong dalam mempercepat pemulihan di sektor ini. Pendapat tak jauh berbeda pun datang dari Untung.
“Potensi startup teknologi bidang properti di tahun 2017 itu menarik sekali karena market properti yang mengalami perlambatan dari tahun 2014 sudah menunjukkan sinyal rebound di akhir 2016 ini. Perlambatan itu sendiri adalh siklus 8 tahunan yang selalu terjadi ketika market sudah over heat. Setelah dua tahun melambat, sudah saatnya untuk mulai berakselerasi lagi, lebih banyak transaksi, artinya volume bisnis yang makin besar,” ujar Untung.
Sayangnya, bisnis properti masih dianggap sebagai sesuatu yang serius sehingga kecantikan yang dimiliki pun seolah-olah menjadi tidak seksi lagi. Tidak seseksi ketika membicarakan makanan, mode, gawai, atau bahkan mobil. Apalagi bila melihat bisnis e-commerce dengan subjek mode, gawai, makanan, atau transportasi yang selalu didukung biaya promosi yang besar sehingga magnitude brand exposure pun lebih besar.
Untung menjelaskan, “Padahal, properti adalah salah satu dari sedikit bisnis yang situsnya sudah bisa dimonetisasi, bahkan [memiliki] belanja iklan yang jauh lebih kecil dari kategori lain. Market-nya pun challenging, penuh strategi. Tidak hanya online, tetapi juga offline karena properti masih termasuk high involvement product yang proses transaksinya masih harus melibatkan offline engagement.”
“Tidak heran raksasa e-commerce yang hebat di bidang marketplace sekalipun ternyata tidak bisa memimpin di pasar properti ketika masuk ke bisnis portal properti. Selain itu, salah satu pemain classified horizontal yang gelontoran uang promosinya bisa mencapai ratusan milyar per tahun pun sampai rela masuk ke bisnis ini yang masuk kategori classified vertical. Ini membuktikan bahwa bisnis portal properti amatlah seksi, menantang, dan menuntut kemampuan bisnis yang tinggi, bukan sekedar adu kuat budget pemasaran,” lanjutnya.
Langkah Rumah123 di tahun 2017
Dengan potensi yang masih terbuka lebar untuk digali, adalah hal yang wajar bila persaingan akan semakin ketat ke depannya. Untung juga menyebutkan bahwa tahun depan jumlah pendatang baru pemain bisnis teknologi di bidang properti akan semakin bertambah, terutama dari luar Indonesia. Pun begitu, Untung lebih senang menyambut mereka sebagai rekan untuk membesarkan pasar ketimbang sebagai pesaing.
Kalaupun ada ancaman, menurut Untung, pemain-pemain yang lebih kecil dulu yang akan merasakan dampaknya. Lain ceritanya dengan Rumah123 yang sudah menjadi bagian dari REA Group. Untung pun menegaskan bahwa pihaknya sudah IPO dan sebagai grup sudah memiliki positive cash flow.
“Kami punya financial back-up yang cukup untuk menghadapi persaingan. Kami [juga] merekrut talenta-talenta terbaik di industri. […] Secara teknologi, kami sudah melakukan banyak inovasi jauh lebih awal dari pemain lainnya, bukan hanya sebagai portal properti, tetapi juga e-commerce player secara keseluruhan. Contohnya, VR/AR, big data, machine learning, bot, dan lainnya,” ucap Untung.
Untung melanjutkan, “Di Indonesia sendiri, dalam hal revenue, kami punya 85% market share di kategori property developer dan 90% market share di kategori non–property [termasuk mortgage product]. Kami juga menerapkan mental inovasi, termasuk dengan menyelenggarakan 4X hack-day competition per tahunnya dan puluhan training per tahunnya. Sebagai bagian perusahaan media terbesar di dunia, News Corp, kami juga bisa memanfaatkan teknologi dan resource dari sister company kami.”
Rumah123 sendiri sudah sejak tiga tahun silam menawarkan bisnis mediasi KPR yang dijalankan sendiri dan diklaim Untung market share-nya mencapai 90% in term of revenue di kategori yang sama. Di tahun 2016 juga, Untung mengklaim telah memiliki lebih dari 520 ribu listing di portalnya, terbesar untuk portal berbayar. Sementara jumlah transaksi yang tercatat di website diperkirakan mencapai 700 triliun per tahunnya.
Di samping itu, menurut Untung pihaknya telah berhasil meng-capture lebih dari 1,5 juta dataset dari pencarian, listing, inquiry, hingga transaksi. Semua data tersebut nantinya diolah untuk meningkatkan personalisais dan relevansi yang lebih tepat untuk menjangkau audience yang lebih tepat.
Untung mengatakan, “Dari situ kami memiliki market leadership yang telak dalam hal revenue, karena kami bisa mendorong performance para pengiklan dengan lebih baik dibanding pesaing. Ketika pemain lain masih sibuk adu banyak traffic kami sudah berbicara mengenai relevansi yang artinya performa yang lebih baik.”
“Tahun 2017 diyakini sebagai tahun kebangkitan properti. Dari sisi bisnis, kami ingin setidaknya mempertahankan kepemimpinan kami di pasar dan ini hanya bisa dilakukan dengan inovasi produk yang fit market, strategi marketing yang tepat sasaran, dan sales mentality yang berorientasi pada helping instead of selling. Kami memastikan betul concern consumer dan customer kami menjadi prioritas dengan produk dan marketing ditempatkan sebagai tools untuk mencapainya, bukan sebaliknya yang menempatkan produk menjadi center dari segalanya,” tandasnya.