Salah satu hal atau kita bisa sebutnya ambisi dalam teknologi adalah membuat sebuah perangkat yang powerfull dalam bentuk yang kecil.
Entah itu memasukkan sistem komputasi dalam genggaman, menambahkan kemampuan kamera dan komunikasi di jam tangan atau ‘menjejalkan’ spesifikasi tinggi dalam komputer personal mobile alias laptop. Untuk yang ketiga ini, ASUS ROG Flow X13 sepertinya bisa disematkan sebagai salah satu ambisi pabrikan dalam menghadirkan perangkat powerfull sebagai bisa.
ASUS ROG Flow X13 merupakan laptop convertible alias 2 in 1 yang sejatinya adalah laptop namun bisa diubah menjadi tablet. Dalam prakteknya, pengguna bisa menggunakan dalam 4 mode, laptop, stand mode, tent mode dan tablet. Laptop layar ini adalah layar sentuh jadi kita bisa menggunakan jari untuk bernavigasi atau pen untuk menggambar misalnya. Yang membuat menarik salah satunya adalah disematkannya prosesor powerfull untuk perangkat laptop.
Di artikel ini akan kita bahas tentang ASUS ROG Flow X13 yang telah dilengkapi prosesor Ryzen™ 9 5980HS dan grafis NVIDIA® GeForce® GTX 1650.
Overall
Sebelum membahas beberapa bagian secara spesifik, saya akan bahas dulu pengalaman secara general untuk laptop ini. Kalau ditempatkan sebagai laptop gaming (karena nama ROG), perangkat ini mungkin jadi salah satu laptop gaming yang keren yang pernah saya coba. Pengalaman penggunaannya bisa disejajarkan dengan laptop premium untuk produktivitas semacam seri Dell XPS atau HP yang seri Spectre. Namun dengan kelebihan, ini adalah laptop di segmen gaming.
Beberapa pengalaman seru yang saya dapatkan dari laptop ini antara lain adalah display-nya yang unggul untuk menikmati konten, keyboard yang cukuop nyaman, desain yang sangat menarik dari pilihan bahan elemen desain seperti logo ROG atau rugged feeling di area palm rest.
Sebagai perangkat yang masuk ke seri ROG tetapi convertible memang agak mengernyitkan dahi. Namun ROG Flow ini X13 ini sejatinya memiliki perangkat pelengkap yaitu mobile GPU terpisah (sayang unit yang saya coba tidak menyertakan ini) – XG Mobile eGPU sampai dengan GeForce RTX 3080. Jadi jika keraguan muncul karena laptop gaming tapi convertible, maka GPU terpisah ini adalah yang membuatnya menjadi lebih powerfull.
Batasan antar kegunaan laptop gaming pun kini memang telah melebar. Ada banyak rekan saya dari industri kreatif (non gamers) yang kini lebih memilih laptop gaming sebagai sarana kerja mereka karena bisa diandalkan dari sisi performa. Biasaya standar benchmark gaming dipakai sebagai yang paling mentok kanan, jadi kalau bisa maksimal untuk gaming, akan bisa digunakan secara aman untuk pekerjaan grafis atau editing video. Meski tidak selalu demikian, tapi mindset ini sudah cukup menempel di pengguna.
Oleh karenanya ROG Flow X13 menjadi menarik karena dia convertible, perangkat ini bisa sekaligus menyasar berbagai segmen; gaming, creative user (karena layar sentuh jadi bisa digunakan dengan stylus/pen), bahkan pengguna yang ingin menikmati konten saja (leisure) tetapi dengan spesifikasi laptop premium.
Desain
Sebagai permulaan untuk membahas lebih dalam lagi perangkat ini mari kita mulai dengan desain.
Pengalaman saya berinteraksi dengan perangkat ini menjadi salah satu pengalaman dengan laptop yang cukup berkesan. Meski dalam waktu singkat, laptop ini membawa kesan tersendiri. Tampilannya sedikit banyak khas ROG minus RGB, dengan image kokoh, industrial dan minimalis.
Menggunakan ROG Flow X13 ini selalu mengingatkan saya pada laptop premium yang Spectre dan XPS dari Dell, seperti yang saya jelaskan di atas. Feel premiumnya sangat dapat dan bagi Anda yang suka dengan tampilan desain misterius, minimalis dan totally black color. Laptop ini sangat bisa jadi pilihan. Bahkan lampu backlit keyboard pun ikutan minimalis, hanya satu warna tanpa RGB, padahal ini laptop gaming.
Meski laptop ukuran kecil ini memang terasa ringan, namun pilihan materialnya memberikan kesan kokoh. Termasuk ketiga dipakai bermain game, rasanya seperti ajeg di meja tempat saya bermain.
Dari sisi layar memang kecil hanya 13.4 inci saja, untuk gaming bisa jadi ini terlalu kecil, namun desain hampir bezel-less membuatnya serasi dengan desain body. Ukuran kecil juga terbayar dengan kualitas layar yang sampai 4K atau WQUXGA (3840 x 2400) 16:10.
Bagian trackpad juga bagi saya cukup untuk laptop. Beberapa reviewer ada yang mengeluhkan ukurannya namun jika diperbandingkan dengan ukuran keseluruhan bagi saya sudah cukup, selain itu trackpad juga bisa digunakan dengan tanpa masalah. Trackpad yang tidak terlalu besar justru menyisakan palm rest yang cukup luas, terutama ketika mengetik atau bermain game.
Salah satu kekurangan dari sisi desain bagi saya adalah penempatan port. Karena ukurannya yang kecil, tentu saja jumlah port akan jadi permasalahan dasar karena sedikit. Namun letaknya harusnya bisa didesain sedemikian rupa agar membuat nyaman. Salah satu keluhan adalah port USB type A yang terletak di bagian kanan (biasanya digunakan untuk external hard drive, external hub atau mouse). Karena port di laptop ini terbatas maka tentu saja akan menggunakan USB hub, dan ketika port-nya ada di kanan maka itu sedikit mengganggu penggunaan mouse. Terutama di area meja yang besarnya terbatas.
Untuk layar sentuh sendiri, saat mencobanya hampir tidak ada masalah, meski displaynya adalah mode glossy display. Mungkin ini dikarenakan layar sentuh jadi agak glossy. Salah satu persoalan ketika menggunakan ROG Flow X13 dengan mode tablet adalah beratnya yang cukup lumayan, lebih cocok diletakan di meja. Atau jika ingin menonton, gunaka tent mode.
Jika harus disimpulkan tentang desain, ROG FLow X13 ini adalah produk yang sangat menarik untuk digunakan. Laptop gaming yang minimalis ini memang tidak untuk semua gamers, namun tren perangkat gaming yang minimalis non RGB juga sedang bermunculan. Apalagi seiring dengan tren pamer working desk di Instagram.
Dari sisi user experience juga kesan yang saya dapatkan cukup baik. Desain fisik bisa blending dengan penggunaan laptop sehingg menjadi kenyamanan yang menyeluruh. Untuk urusan keyboard, bisa jadi akan sesuai dengan selera, namun tipe Backlit Chiclet yang disematkan di laptop ini cocok untuk profil seperti saya (meski mungkin tidak cocok untuk pengguna lain). Untuk mengetik enak, tipis tapi tetap terasa feedback-nya, untuk gaming FPS juga saya tidak menemukan masalah.
Spesifikasi
Untuk spesifikasi laptop yang saja ujo coba, rangkuman data teknis di atas kertas ASUS ROG Flow X13 sebagai berikut:
Prosesor | AMD Ryzen™ 9 5980HS Processor 3.1 GHz (16M cache, up to 4.8GHz) |
Graphics | NVIDIA® GeForce® GTX 1650 With ROG Boost up to 1255MHz at 35W 4GB GDDR6 |
Memory/Storage | 16GB*2 LPDDR4X on board Max Capacity : 32GB1TB M.2 2230 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD |
Display | 13.4-inch WQUXGA (3840 x 2400) 16:10 glossy display sRGB: 116% Adobe: 86% DCI-P3: 85% Touch Screen Refresh Rate: 60Hz IPS-level Pantone Validated: Yes |
Port | 1x 3.5mm Combo Audio Jack 1x HDMI 2.0b 1x USB 3.2 Gen 2 Type-A 1x ROG XG Mobile Interface 2x Type C USB 3.2 Gen 2 with Power Delivery and Display Port |
Baterai/keyboard | 62WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion
Backlit Chiclet Keyboard |
Kamera/audio | 720P HD camera
Smart Amp Technology |
Dimensi/bobot | 29.9 x 22.2 x 1.58 ~ 1.58 cm (11.77″ x 8.74″ x 0.62″ ~ 0.62″)
1.30 Kg (2.87 lbs) |
Power supply | TYPE-C, 100W AC Adapter, Output: 20V DC, 5A, 100W, Input: 100~240V AC, 50/60Hz universal |
Spesifikasi di atas yang paling menarik tentu saja Prosesor AMD Ryzen™ 9 5980HS. Generasi paling baru Ryzen yang disematkan untuk perangkat PC mobile alias laptop. Kalau dari sisi grafis memang tidak terlalu istimewa, salah satunya bisa jadi dikarenakan sebenarnya laptop ini dipasangkan dengan dedicated GPU sendiri.
Pengalaman Penggunaan
Mari kita bahas inti artikel kali ini yaitu pengalaman penggunaan.
Untuk pengalaman terkait desain, sepertinya saya tidak perlu mengulang terlalu banyak karena sudah bisa dirasakan di bagian tentang desain di atas. Pengalaman penggunaan pertama yang akan saya bahas adalah penggunaanya untuk kegiatan sehari-hari.
Kegiatan sehari-hari di sini termasuk juga melakukan pekerjaan di rumah karena kantor saya menjalankan WFH. Jadi kegiatan sehari-hari termasuk menjelajah internet, juga hiburan dengan menonton Youtube dan mencoba merasakan beberapa mode yang tersedia di perangkat ini, termasuk pengalaman sentuh.
Display adalah yang pertama kali mencuri perhatian saya ketika menggunakan laptop ini. Mengetik, menonton konten atau menjelajah internet jadi terasa sebuah pengalaman yang cukup menyenangkan. Teks terasa sangat jelas dan menonton konten 2K sampai 4K akan sangat menyenangkan
Dukungan prosesor dan spesifikasi juga membantu untuk kelancaran dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari, berpindah antara hiburan dan kerjaan bisa dijalankan dengan mulus.
Dari sisi suara, laptop ini juga menurut saya memiliki nilai lebih. Sebagai perangkat gaming tentunya suara menjadi pelengkap yang nilainya harus di atas rata-rata. Dan sebagai produk laptop, speaker dari perangkat ini sudah memberikan pengalaman yang cukup baik. Audio yang dihasilkan mendapat dukungan dari Dolby Atmos.
Jujur, karena beratnya yang tidak ringan untuk mode tablet (meski cukup ringan sebagai laptop), saya agak jarang menggunakan laptop ini dengan mode tanpa meletakkannya di meja. Entah itu laptop mode atau tent mode rata-rata penggunaan selalu diletakan di alas tertentu. Hanya sedikit penggunaan dengan mode tablet tanpa diletakan di meja.
Untuk pengalaman layar sentuhnya, saya memang tidak mencobanya menggunakan stylus, hanya dengan sentuhan jari saja. Dari pengalaman singkat, tidak ada masalah yang saya temukan. Tap di layar laptop memang tidak terlalu digunakan karena trackpad dari laptop ini cukup bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan saat digunakan. Kecuali ketika mode tent, untuk berpindah tab atau scrolling web, maka sentuhan akan memudahkan untuk navigasi.
Beralih ke pengalaman gaming. Cerita pengalaman bermain game dengan perangkat ini akan saya gabungkan beberapa informasi spesifkasi dan hasil test menggunakan aplikasi uji perangkat.
Untuk game yang saya mainkan, karena waktu peminjaman perangkat serta ada kendala saat harus mengunduh game yang rata2 di atas 30 GB, saya hanya menggunakan dua game bergenre FPS, yaitu Valorant dan Super Mecha Champions (SMC). Yang pertama karena ramah dengan spesifikasi PC bawah dan menengah, dah yang kedua cukup menantang untuk PC karena grafis dan elemen-elemen yang ada di permainan.
Pengalaman bermain SMC atau Super Mecha Champions cukup menyenangkan, karena grafis bisa dinikmati dengan penuh. Saya coba dengan pengaturan mentok kanan untuk semua pengaturan dan untuk pengaturan FPSnya mentok di 60Hz (pengaturan tertinggi yang tersedia di game saat saya mainkan), kondisi laptop dicolokkan ke pengisi daya dan menggunakan pengaturan ROG lewat tools Armoury Crate dari ASUS di mode ‘turbo’. FPS yang bisa dicapai maksimal adalah 58. Namun pengalaman bermain hampir tanpa kendala, grafisnya menyenangkan dan detail tampilan di game juga baik.
Salah satu kekhawatiran adalah tentang suhu laptop. Kalau melihat data lewat Armoury Crate memang ‘hanya’ 83 derajat (sempat menyentuh 91 derajat). Namun kalau disentuh menggunakan jari, panasnya terasa cukup berlebihan, malah sampai tidak bisa disentuh lama karena panas. Tapi selama digunakan, meski panas tidak ada masalah berarti. Posisi laptop di letakan di meja dan tanpa ada objek di bagian belakang atau sisi yang menghalangi sirkulasi.
Beberapa reviewer menyarankan untuk mengubah mode jadi bukan mode laptop, misalnya tent mode, agar sirkulasi udara lebih baik dan laptop bisa lebih dingin. Tetapi karena pengujian ingin merasakan pengalaman game tanpa tambahan monitor jadi saya menggunakannya dengan mode laptop.
Dari sisi keyboard juga saya tidak menemukan masalah berarti saat bermain. Bisa jadi ini masalah selera, kebetulan selain mechanical keyboard, untuk laptop desain dan spesifikasi keyboard laptop seperti yang ada di ROG Flow X13 ini memang sesuai tipe saya.
Beralih ke Valorant, saya memainkan game ini dengan beberapa kondisi. Ketika awal bermain kondisi baterai habis dan plug ke listrik dan FPS hanya mentok di 88. Lalu ketika terisi 40%-an dan pengaturan sudah bisa dioptimasi lebih tinggi, bisa menembus paling tinggi fps 198 dengan pergerakan antara 58 – 198 fps. Saya mengunakan layar tambahan ketika mencoba game ini.
Pengalaman display maupun audio hampir tidak ada keluhan ketika memainkan game, untuk Valorant memang audio biasanya terkoneksi dengan headphone/earphone tetapi untuk yang SMC saya mencobanya menggunakan speaker bawaan, langkah kaki atau tembakan masi bisa terdengar arahnya dari mana meski memang tidak sedetail ketika menggunakan headphone atau earphone.
Untuk hasil test bisa dilihat di beberapa informasi di bawah ini:
Penutup
ROG Flow X13 adalah perangkat laptop yang cukup menarik. Terutama dari sisi penggunaan prosesornya serta build quality yang dihadirkan. Perpaduan dengan mobile eGPU juga jadi salah satu yang pembeda. Namun untuk urusan harga perangkat ini memang cukup premium, ditambah dengan eGPU jadinya akan lebih mahal lagi. Kurang lebih ditotal bisa mencapai 40 jutaan (tergantung versi mana yang dipilih). Apalagi ukuran layar laptop ini memang cukup kecil, jadi ada kemungkinan untuk para gamers akan menggunakan layar tambahan jika menggunakannya di rumah.
Agak aneh memang jadinya, ketika membahas laptop ini di media gaming tetapi pada akhirnya saya akan menyarankan laptop ini untuk penggunaan non-gaming (hiburan, desain atau bahkan buat pamer aja :D), yang membutuhkan prosesor laptop yang bisa diandalkan, build quality keren serta kemudahan fungsi karena convertible, serta sesekali bisa digunakan untuk bermain game.
Seperti yang saya sebut di awal tulisan, saya malah berpikir bahwa laptop ini bukan disandingkan dengan laptop gaming lain untuk perbandingan, tetapi malah dengan laptop bisnis premium yang spesifikasi tinggi dan fokus pada desain serta material yang premium seperti seri XPS dari Dell atau Spectre dari HP.
Galeri lengkap foto produk bisa dinikmati di sini: