5 February 2020

by Yudi Anggi

Riset: Atlet Esports Cenderung Memilih Jurusan Sains dan Iptek

Atlet esports dekat dengan ilmu komputer, ilmu pengetahuan, dan matematika.

Sebuah penelitian dilakukan oleh GYO Score melihat hubungan antara atlet esports dan pilihan jurusan kuliah mereka. GYO Score adalah platform analisis data esports dan gaming yang mendukung para gamers dan atlet esports. Laporan ini dikumpulkan dari 1156 pengguna platform GYO Score melalui survey rekrutmen untuk beasiswa. Dari 1029 atlet esports yang menjawab mengenai jurusan pilihan mereka, 52.6% memilih jurusan yang berhubungan dengan science, technology, engineering and mathematics (STEM). Jurusannya meliputi ilmu komputer, ilmu keperawatan, engineering, dan ilmu terapan.

Sumber: GYO Score

Shawn Smith selaku CEO dari Harena Data berkata, "selalu ada asumsi bahwa komunitas esports dan gaming dekat dengan komputer, ilmu pengetahuan dan matematika. Data ini semakin mendukung kebenaran dari asumsi tersebut."

Selanjutnya, 13.30% dari atlet esports memilih fakultas seni meliputi desain grafis, fashion design, dan art design. Menurut saya, dunia gaming memang sangat dekat dengan content creation dan cosplay. Anda bisa melihat banyaknya cosplayer yang mengikuti karakter game. Di DeviantArt juga banyak sekali ilustrator yang membuat art work mengenai karakter game. Atlet esports yang memilih bisnis dan keuangan juga tidak sedikit. 11.1% dari mereka memilih jurusan bisnis, finance, ekonomi dan akuntansi.

Survey juga menunjukan 13.20% atlet esports berencana untuk memilih jurusan yang berhubungan dengan esports dan gaming. Memang masih jarang Universitas yang menyediakan jurusan yang berkaitan dengan esports. Tetapi Harrisburg University sudah menyediakan jurusan tersebut. Program sarjana esports yang disediakan oleh Harrisburg University memang tidak berfokus pada atlet esports. Namun mereka mengajarkan tentang pekerjaan lain yang ada di industri esports seperti event manager, marketing manager, team manager atau pembuatan konten media. Dengan demikian, setelah para atlet esports memutuskan untuk pensiun, mereka masih bisa berada di industri esports juga.

Apabila dibandingkan dengan atlet olahraga seperti football dan bola basket, atlet esports memiliki pemilihan jurusan kuliah yang lebih bervariasi. Pada tahun 2016, Bleacher Report menemukan bahwa atlet football mahasiswa lebih memilih ilmu komunikasi dan ilmu sosial dibandingkan jurusan yang berhubungan dengan STEM. Ilmu komunikasi merupakan jurusan yang juga berfokus pada media. Jurusan ini akan membantu para atlet untuk memasuki karir di penyiaran pertandingan olahraga, public relations dan menjadi selebriti

Umur karir yang pendek, atlet esports harus bersiap untuk masa depan

Sumber: Twitter Akke

Rata-rata umur saat seorang atlet esports memutuskan untuk pensiun adalah 25 tahun. Sehingga rentang karir seorang atlet esports hanya 7-8 tahun lamanya. Belum lagi kemungkinan cedera bagi atlet esports seperti carpal tunnel, tenniselbow dan trigger finger cukup besar. Maka, seorang atlet esports harus mempersiapkan masa depannya setelah mereka pensiun.

Salah satu contoh mantan atlet esports yang akhirnya meneruskan karir sebagai professional adalah Joakim "Akke" Akterhall. Setelah mencetak prestasi sebagai juara The International 2013, Akke memutuskan untuk pensiun dari ranah kompetitif Dota 2 dan menjadi Software Developer. Ia menyelesaikan pendidikan di jurusan ilmu komputer dan, bersama kawan-kawannya, mendirikan Insert Coin yang menyediakan layanan Gamification as a service (GaaS)

Melihat Akke yang menyelesaikan pendidikan sebelum serius menekuni karir esports-nya, patut dicontoh oleh para calon atlet esports muda. Menyelesaikan kuliah dan membangun karir di esports secara bersamaan adalah jalan terbaik. Hal ini dipermudah juga dengan banyaknya universitas yang menyediakan jalur beasiswa untuk para gamer berprestasi dan munculnya liga mahasiswa. Sehingga ketika lulus kuliah, atlet esports dapat memilih apakah ia ingin melanjutkan karir esports-nya atau bekerja sebagai profesional.