Research in Motion (RIM) sampai sekarang telah mencapai kesuksesan dengan pemasaran BlackBerry di Indonesia. Seperti dikutip dari AFP yang dipublikasi oleh The Australians, hingga tahun 2011, ada sekitar 5 juta pelanggan layanan BlackBerry (BIS dan BES) yang tercatat di negeri ini. Mereka memproyeksikan bahwa jumlahnya akan menjadi hampir dua kali lipat di tahun 2015, menjadi 9.7 juta pelanggan. Secara kasar, proyeksi kenaikannya mencapai hampir 20% per tahun.
Jumlah itu tentunya masih belum menyamai jumlah pelanggan BlackBerry di kawasan Amerika Serikat yang mencapai 16.5 juta pelanggan (dan mengindikasikan tanda-tanda penurunan), tapi tetap menunjukkan pentingnya Indonesia bagi bisnis RIM. Managing Director RIM untuk Asia, Gregory Wade, menegaskan bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat penting dan mereka meyakini bahwa tidak ada yang mencintai Indonesia lebih besar ketimbang RIM.
Indonesia merupakan satu dari banyak pasar baru RIM di negara-negara dunia ketiga. Kehilangan momentum di negara-negara maju, kecuali di Inggris di mana platform ini masih populer di kalangan anak muda, RIM mendominasi di sejumlah negara Asia, Amerika Latin, dan Afrika. Pilihan produk yang terjangkau dengan pilihan antara $200-300 dan BlackBerry Messenger yang menjawab kebutuhan messaging membuatnya masih bertahan.
Dengan semakin bervariasinya ponsel Android, terutama di kelas mid-to-low end, ponsel BlackBerry nampaknya makin terdesak. Menurut beberapa sumber, untuk Indonesia sendiri meskipun BlackBerry masih mendominasi segmen smartphone, namun kecepatan pertumbuhannya sudah kalah dengan platform Android. Apakah Android nantinya bakal bisa menyaingi BlackBerry di Indonesia? Buat saya ini bakal bergantung tentang killer feature atau killer app yang bisa mendorong pengguna BlackBerry (ataupun Symbian) untuk beralih.
Tantangan
Di tahun 2012 ini RIM akan mengalami tantangan baru. Pihaknya mengkonfirmasi bahwa platform BB 10 yang berbasis QNX ternyata baru bisa diproduksi di akhir tahun. Bisa dibayangkan bila dalam setahun ini RIM tidak mampu menghasilkan perkembangan yang signifikan, pasarnya pasti akan semakin habis tergerus oleh platform iOS dan Android. Apalagi tahun ini Nokia dan Microsoft juga akan berusaha menggebrak dengan Windows Phone-nya. Jangan lupa bahwa RIM juga masih perlu menghadapi tuntutan sejumlah negara yang menginginkan semakin terbukanya sistem terenkripsi BlackBerry bagi kepentingan pemerintahan.
Ini merupakan red alert bagi jajaran manajemen RIM yang nampaknya telat menyadarinya. Langkah pemotongan gaji CEO RIM menjadi $1 per tahun dan penggantian Chairman of the Board bisa menjadi hal sia-sia jika tidak ada langkah brilian yang diambil. Dalam setahun terakhir nilai saham RIM telah tergerus hingga 75%. Tidak sulit untuk menghabisinya di tahun 2012 jika tidak ada sentimen positif yang mengikuti. Saya justru takut jika tidak ada perkembangan berarti, RIM bakalan tinggal nama di tahun 2015. Siapkah RIM berubah demi mengakomodasi perkembangan jaman dan mencapai tujuan-tujuannya?