Review Xiaomi TV Q1E 55: TV Android 10 QLED 4K DVB-T2 dengan Harga Terjangkau

Xiaomi menghadirkan sebuah TV layar lebar dengan teknologi QLED dan Resolusi 4K di harga yang lebih terjangkau

Xiaomi saat ini memang sangat serius dalam mengembangkan pasar di luar smartphone. Salah satunya adalah dengan mengeluarkan beberapa produk TV yang saat ini masih menjadi pilihan hiburan para konsumen di Indonesia. Dari sekian produk TV yang dimiliki oleh Xiaomi, ada 1 produk yang sudah menggunakan layar QLED (Quantum-dot Light Emitting Diode) yang saat ini masih cukup tinggi harganya. Produk tersebut memiliki nama Xiaomi TV Q1E 55.

TV yang satu ini pun juga sangat pas datang ke rumah saya untuk diuji pada masa pandemi COVID-19 masih membatasi kegiatan di luar rumah. Oleh karena perangkat ini sudah menggunakan teknologi QLED, tentunya bakal lebih baik kualitas gambarnya jika dibandingkan dengan IPS LED. Dan menjadi lebih baik lagi karena memiliki fitur Motion Estimation, Motion Compensation atau dikenal dengan MEMC. Dan TV ini juga sudah menggunakan sistem operasi Android TV 10, walaupun sayangnya saat ini versi 11 sudah beredar di pasaran.

Untuk TV yang satu ini, Xiaomi sudah memperkuat bingkainya. Hal tersebut terlihat dari bahan bingkainya yang terbuat dari bahan metal. Bahan plastik hanya digunakan untuk menjadi pelindung PCB saja yang menutupi hampir keseluruhan bagian belakang TV ini.

Spesifikasi dari Xiaomi TV Q1E 55 adalah sebagai berikut

SpesifikasiXiaomi TV Q1E 55 Inch
SoCMediatek 9611
CPU4 x Cortex A55 1,5 GHz
GPUMali G52 MC2
RAM2 GB
Internal32 GB
Layar55 inci VA QLED 4K 60Hz MEMC
Speaker2x15 watt
Dimensi1230,4 x 262 x 767 mm
Bobot14,6 kg
OSAndroid 10 dengan PatchWall 4.10

Untuk hasil pemindaian melalui aplikasi AIDA64 adalah sebagai berikut

Jika diperhatikan, nama kode dari Xiaomi TV Q1E 55 adalah Tarzan dengan model MiTV-MOOQ1. Kode ini sama dengan beberapa perangkat TV lainnya dari Xiaomi. Namun yang pasti, penggunaan tipe backlighting serta penyimpanan internalnya memang cukup berbeda. Namun bisa jadi, desain dalamnya sama antara satu dengan lainnya.

SoC yang digunakan adalah Mediatek 9611 yang memiliki nama lain m7632. Melihat dari informasi yang saya dapatkan, sepertinya SoC ini buatan MStar Semiconductor anak perusahaan dari Mediatek. Dan seperti biasa, tidak banyak informasi yang bisa didapatkan untuk SoC yang dibuat oleh MStar.

Desain

Memang saat dibuka dari paket penjualannya, Xiaomi TV Q1E 55 terlihat seperti sebuah TV premium. Hal tersebut bisa dilihat dari bingkainya yang tipis serta terbuat dari bahan metal. Dengan bingkai berwarna silver, tentu saja menjadi tidak bosan seperti kebanyakan TV pada umumnya. Selain itu, TV ini juga tergolong tipis sehingga memang terlihat bukan seperti TV murahan.

Sama seperti TV buatan Xiaomi lainnya, perangkat yang satu ini hanya memiliki sebuah tombol yang terletak pada bagian bawahnya. Tekan tombol ini agar TV dapat menyala untuk yang pertama kali. Setelah itu, tentu saja akan menggunakan remote yang nantinya di-pair melalui bluetooth. TV ini nantinya juga bisa dioperasikan dengan menggunakan fitur remote pada aplikasi Google TV di smartphone Android.

Perangkat TV ini sudah menggunakan RAM dengan kapasitas 2 GB. Penyimpanan internal pada TV ini juga sudah terpasang 32 GB sehingga terasa cukup luas. Jika masih kurang luas, tentu saja pengguna bisa menancapkan sebuah flash disk untuk menambah kapasitasnya. Gunakan flash disk USB 3 agar mendapatkan hasil dan kecepatan yang maksimal.

Desain remote-nya memang membuat nyaman dalam pemakaiannya. Hanya ada tombol daya, Google Assistant, direksional, OK, MI untuk menampilkan Patchwall, backhome untuk menampilkan launcher Android TV, Netflix, Amazon Prime, dan volume naik turun. Pada remote ini juga terdapat sebuah microphone yang melengkapi fungsi Google Assistant. Walaupun akan membuat fungsi perintah suara bisa diaktifkan, namun sensitivitas penerimaan suaranya masih kurang responsif.

Layar pada TV ini sudah menggunakan panel VA dengan backlighting QLED dengan resolusi hingga 4K serta mendukung teknologi seperti Dolby Vision, HDR10+, HDR10, dan HLG. Untuk suaranya, TV ini sudah mendukung teknologi Dolby Audio dan DTS-HD. Suara yang dihasilkan dari total 6 speaker yang diletakkan pada bagian bawah TV ini memang keras, setidaknya dari Mi TV 4 55 inci yang pernah saya uji. Menurut saja, dengan speaker tersebut maka tidak perlu lagi untuk membeli soundbar tambahan.

TV ini juga memiliki port untuk video, audio, serta kelengkapan lainnya di bagian belakangnya. Semua port tersebut dibagi menjadi dua tempat. Untuk tempat pertama, TV ini menyediakan 3 port HDMI dan 2 port USB 2.0. Selanjutnya pada tempat kedua, tersedia port RCA, Digital Audio, RJ45 atau LAN, dan antenna. TV ini juga sudah mendukung DVB-T2 (Digital Video Broadcasting - Second Generation Terrestrial) yang dipakai untuk TV Digital di Indonesia.

TV ini menggunakan dua launcher, yaitu Android TV dan PatchWall 4.1, dan dapat dipilih sesuai dengan selera masing-masing. Basis dari sistem operasinya sendiri adalah Android 10 Quinche Tart. Dengan menggunakan sistem operasi Android, tentu saja hadir pula toko aplikasi Google Play. Hal ini membuat TV ini bisa diinstalasikan beberapa aplikasi serta game.

TV ini juga memiliki fitur yang bernama MEMC (Motion Estimation, Motion Compensation). Teknologi ini berfungsi untuk membuat gerakan dilayar menjadi lebih mulus dengan menambahkan frame pada setiap gerakan. Dengan nama lain interpolasi video, fitur ini akan membuat sebuah video 24 fps terasa seperti 60 fps, yang dengan kata lain akan memiliki gerakan mulus. Namun, fitur ini nantinya akan membuat efek bernama "soap opera effect" yang akan terlihat menurunkan kualitas gambar dan gerakan pada kasus-kasus tertentu, seperti pada adegan cepat.

Pengalaman Menggunakan: Benar-benar TV Kelas Atas

Selalu ada yang pertama untuk semua orang, tidak terkecuali Xiaomi TV Q1E 55 ini. Ini adalah televisi pertama yang saya uji dengan menggunakan teknologi QLED, Android TV 10, DVB-T2, dan MEMC. Jadi, saya cukup terpukau pada saat TV ini dinyalakan untuk pertama kalinya. Kualitas gambarnya memang berbeda dengan panel VA LED dari Mi TV 4 55".

Ada beberapa peningkatan yang saya rasakan jika dibandingkan dengan TV 55 inci dari Xiaomi sebelumnya. Loading awal dari TV baru ini memang terasa lebih kencang. Dan setting awalnya lebih cepat lagi karena bisa melakukan pairing dengan smartphone sehingga tidak perlu lagi mengisi data email dan lainnya. Tidak sampai 5 menit, saya sudah bisa masuk ke homescreen.

Hal yang pertama saya lakukan setelah semuanya bekerja dengan baik adalah menancapkan antenna pada bagian belakang TV ini. Tentunya hal tersebut dikarenakan perangkat ini adalah sebuah TV, sehingga saluran TV pun harus dicari hingga tuntas. Dan ternyata, TV ini langsung mencari siaran digital yang ada di Indonesia dan menemukan banyak channel. Oleh karena jarang menonton TV, saya malah baru tahu bahwa ada sekitar 25 siaran TV berbeda di Jakarta.

Bagi mereka yang mungkin belum memiliki akses untuk antenna, tentu saja bisa mengandalkan WiFi. Aplikasi seperti Vidio bisa digunakan untuk menonton siaran TV, walaupun akan ada pemblokiran saluran pada saat ada acara khusus seperti siaran sepak bola. Selain itu ada beberapa aplikasi streaming video yang sudah ada pada TV ini seperti Netflix, Amazon Prime, dan Youtube. Bahkan pada remote-nya, Xiaomi memberikan tombol Netflix dan Amazon Prime agar mudah diakses.

Berbicara mengenai remote, ternyata masih sama desainnya dengan TV dari Xiaomi sebelumnya. Perbedaannya hanya warna dari tombol Netflix dan Amazon yang dibuat putih. Remote-nya juga masih memiliki kekurangan yang sama dengan TV Xiaomi sebelumnya, yaitu kurang responsifnya microphone untuk melakukan perintah suara.

Dengan menggunakan sistem operasi Android, tentu saja TV ini sudah memiliki Google Play. Untuk beberapa aplikasi yang belum terinstal dari pabriknya, kita bisa langsung mencari dan memasangnya dari Google Play. Salah satu contohnya adalah layanan yang sudah saya bayar untuk satu tahun, yaitu Disney+ Hotstar. Setelah memasang dan login, layanan ini langsung bisa digunakan tanpa halangan.

Selain aplikasi, game juga bisa diinstalasikan pada TV ini. Dengan penyimpanan internal yang tersisa sekitar 25 GB, membuat kita tak perlu lagi menggunakan USB untuk memperlebar kapasitasnya. Saya mencoba memainkan Asphalt 8 (sayangnya, Asphalt 9 tidak tersedia) dengan menggunakan Playstation 4 gamepad dan tidak ada masalah yang timbul.

Untuk beberapa aplikasi yang tidak tersedia di Google Play, tentu saja masih bisa saya pasang. Dengan melakukan sideload APK, beberapa aplikasi bisa langsung terpasang tanpa masalah. Saya berhasil memainkan beberapa game emulator pada TV ini dengan framerate penuh.

Sekarang saatnya untuk menonton video. Untuk hal ini, berlangganan Netflix dan Disney+ memang menjadi sangat berguna. Hal tersebut dikarenakan saya tidak akan kekurangan video 4K serta Dolby Vision yang bisa ditonton. Tentunya hal tersebut juga dibarengi dengan Dolby Audio (bukan Atmos) yang membuat suaranya lebih baik.

Dari informasi yang saya dapatkan, panel perangkat yang satu ini adalah VA (Vertical Alignment) dengan backlighting QLED. Perangkat ini memiliki 1,07 miliar warna serta DCI-P3 97% dan NTSC 100%, layarnya memang mampu menghasilkan tampilan yang sangat baik. Warna hitam yang ada pun juga tidak terlihat abu-abu seperti kebanyakan TV LED. Hal ini membuat saya cukup nyaman dalam menonton semua konten termasuk siaran TV.

Saat menonton video, saya menyalakan Motion Smoothness (MEMC). Hal ini membuat semua film yang saya tonton seperti memiliki framerate yang tinggi. Semua video yang saya tonton memang terasa mulus sehingga memang membuat mata menjadi lebih nyaman. Namun memang, hal tersebut hanya akan bagus pada film-film drama dan adegan-adegan yang tidak membutuhkan kecepatan tinggi.

Pada beberapa film action, sebaiknya MEMC dimatikan saja. MEMC hanya akan membuat gambar seperti bergetar karena adanya frame tambahan yang dimasukkan setiap kali seperti artifact. Hal ini memang cukup terlihat pada saat menonton film dengan adegan cepat. Hal ini juga yang membuat Tom Cruise meminta para penonton untuk mematikan motion smoothness saat menonton film yang diperankan olehnya.

Untuk urusan suara, ternyata TV yang satu ini memiliki speaker yang lebih lantang dibandingkan dengan Mi TV 4 55". Suara yang dihasilkan memang cukup keras dan cukup detail. Bas yang dihasilkan juga cukup menendang untuk ukuran sebuah TV. Dengan suara yang ada, sepertinya kebutuhan akan soundbar bisa dikesampingkan terlebih dahulu.

Satu hal yang cukup menarik adalah Xiaomi memberikan aplikasi TV Manager. Aplikasi ini sangat membantu apabila RAM TV ini sudah penuh dan perlu dikosongkan tanpa harus melakukan restart. Aplikasi ini juga bisa membuang sampah seperti cache dan lain sebagainya agar penyimpanan internalnya dapat kembali lega. Dan satu lagi, kita bisa melakukan instalasi APK melalui TV Manager sehingga sangat mudah melakukan sideloading.

Kinerja tanpa lag yang saya rasakan saat bernavigasi dengan TV ini memang terbantu berkat SoC Mediatak 9611. Dari informasi yang saya dapatkan, lagi-lagi MStar Semiconductor yang diakuisisi Mediatek lah yang memproduksi cip yang satu ini. Dengan 4 inti Cortex A55 berkecepatan 1,5 GHz dan GPU Mali G52 MC2 yang baru tentu saja membuatnya lebih kencang. Hal ini juga cukup membuktikan bahwa kinerjanya mampu menjalankan game yang ada di Play Store serta beberapa emulator seperti Playstation.

TV ini dijual dengan harga yang cukup terjangkau oleh Xiaomi. Dengan teknologi QLED dan dimensi 55 inci, harganya hanya Rp. 8.499.000 saja. Tentunya harga ini dibawah dari beberapa pesaingnya yang juga menjual TV dengan teknologi yang sama. Selain itu, sistem operasi Android TV 10 memang membuat TV ini memiliki fitur yang lengkap dibandingkan dengan perangkat dengan harga yang mirip di pasaran.

Verdict

Pada saat QLED diperkenalkan hingga saat ini, perangkat yang menggunakan teknologi tersebut masih memiliki harga yang tinggi. Memang, teknologi QLED membuat warna serta gambar pada layar menjadi lebih baik dari teknologi sebelumnya. Untuk menggabungkan antara kualitas dan harga yang lebih terjangkau, ternyata Xiaomi sudah punya solusinya. Solusi tersebut tertuang dalam televisi mereka yang bernama Xiaomi TV Q1E 55.

Televisi yang satu ini tentu saja memiliki fitur yang lengkap dari sisi hardware maupun software. Sistem operasi Android TV 10 memastikan bahwa perangkat ini memiliki aplikasi yang banyak serta fungsi yang lengkap. Selain itu, dari sisi hardware-nya juga mendukung seperti fitur MEMC, resolusi 4K, implementasi Dolby Vision dan Sound, dan lain sebagainya. Semua itu bisa diakses langsung melalui sebuah remote atau langsung dari smartphone.

Kinerja dari TV yang satu ini bisa dianggap cukup responsif. Hal tersebut dikarenakan penggunaan prosesor Cortex A55 serta GPU Mali G52. Saya sama sekali belum merasakan lag selama sebulan menggunakan perangkat ini. Saya juga bisa merasakan main game dengan nyaman pada TV ini.

Xiaomi menjual TV dengan teknologi QLED ini dengan harga yang terjangkau, yaitu Rp. 8.499.000. Harga ini termasuk murah karena masih banyak TV dengan teknologi sama yang dijual di atas 9 juta rupiah dan bahkan hingga belasan juta. Hal ini membuat konsumen yang menginginkan TV QLED namun memiliki dana yang pas-pasan bisa merasakan tampilan yang lebih bagus.

Sparks

  • Sistem operasi Android TV 10 dengan Google Play Store
  • Desain yang premium dengan bezel tipis dan bahan metal
  • Mendukung Dolby Vision dan Sound
  • Resolusi 4K dengan MEMC
  • Kinerja mumpuni untuk bermain game
  • Memiliki port yang cukup lengkap
  • Sudah mendukung DVB-T2 untuk siaran TV Digital

Slacks

  • Microphone dari remote masih kurang responsif dalam mengenali kata
  • Pengoperasian saluran TV sedikit membingungkan
  • Pemakaian listrik lebih besar dari generasi sebelumnya, 140 watt vs 180 watt