Smartphone flagship adalah representasi sebuah brand, dan dalam berkompetisi, di kelas inilah para produsen mencantumkan segala macam teknologi mutakhir serta bereksperimen dengan fitur-fitur unik. Namun meski punya pengguna setianya sendiri, smartphone high-end belum bisa dijamah oleh sebagian besar konsumen. Dan sejujurnya, saya merupakan bagian dari kalangan ini.
Itulah alasannya mengapa saya sangat mengapresiasi merek-merek yang berupaya merevolusi smartphone-entry level. Beberapa dari mereka mencoba menawarkan kualitas dan kapabilitas handset premium di harga terjangkau. Dan jauh sebelum nama-nama populer memperkenalkan sub-brand-nya, waktu itu pilihan terbaik konsumen ialah brand yang mengkhususkan diri pada penyediaan smartphone terjangkau, misalnya seperti Asus dan Xiaomi.
Di segmen itu, seri Redmi Note dianggap sebagai pionir. Sejak dulu, varian ini selalu membuat sensasi lewat penawaran performa dan harga yang begitu fantastis. Ditakar dari spesifikasi, seharusnya produk dibanderol di harga lebih mahal. Namun situasi ini selalu menimbulkan pertanyaan: apa yang dikorbankan oleh produsen demi menekan Redmi Note semurah mungkin? Hal inilah yang ingin coba saya ulik.
Presentasi
Presentasi produk adalah aspek yang telah lama jadi perhatian utama Xiaomi, terlepas dari mahal-murahnya harga perangkat yang mereka patok. Bertahun-tahun silam, saya ingat bagaimana vice president (saat itu) Hugo Barra mengungkapkan betapa telitinya perusahaan dalam melakukan pengecekan mutu, misalnya menggunakan tetesan air buat memastikan body terpotong mulus. Saya tidak tahu apakah prosedur tersebut tetap diterapkan hari ini, namun penyajian Redmi Note 7 sama sekali tidak mengecewakan.
Redmi Note 7 adalah smartphone berlayar 6,3-inci yang dibekali fitur fotografi sensasional. Ia memanfaatkan setup dual camera dan salah satunya dilengkapi sensor ’48Mp’. Unit review ini mempunyai tubuh berwarna neon pink/lavender dengan gradasi ungu ke merah rose di sisi belakang. Penggunaan gradasi warna belakangan memang populer, biasanya diaplikasikan pada produk-produk kelas menengah hingga premium.
Sejumlah aspek diusung secara tradisional, namun elemen desain lainnya boleh dikatakan sudah memenuhi standar modern. Smartphone telah memanfaatkan notch ‘dot drop‘ untuk memaksimalkan rasio layar ke tubuh – tercatat mencapai 81,4 persen. Dari pengamatan saya, konstruksi body-nya tersusun dari logam dan plastik, dipadu lapisan kaca di punggung. Ada lis plastik hitam menyambungkan area tubuh dan display, lalu sensor sidik jari diposisikan strategis sehingga mudah digapai telunjuk.
Tubuh glossy, lapisan kaca, serta warna mentereng memang membuat Redmi Note 7 tampil mewah (dan sedikit feminin untuk selera saya), namun pendekatan ini memang punya efek samping. Hanya butuh waktu sebentar baginya untuk mengumpulkan minyak dari tangan dan bekas sidik jari. Lalu kamera dengan megapixel begitu besar juga memiliki dampak negatif sendiri, yaitu modul yang menonjol.
Bagian modul kamera bahkan tetap menjendul ketika soft case dipasang (dibundel dalam paket penjualan). Baringkan perangkat di permukaan rata, dan ia tampak miring. Dan terlepas dari penggunaan notch dot drop dan tombol navigasi utama yang diintegrasikan di layar, bingkai tetap terlihat tebal – dan adanya area ‘dagu’ menonjolkan kesan tersebut.
Kualitas
Kabar baiknya, saya tidak menemui kompromi pada aspek kualitas produk. Dalam pemakaian selama beberapa minggu, semua bagian Redmi Note 7 bekerja semestinya: tiap tombol fisik terasa konsisten, dan tak ada distorsi pada layar LCD ketika body ditekan dari samping atau belakang. Potongan tubuhnya dibentuk secara presisi, tidak ada gap yang mengkhawatirkan. Mereka yang kurang familier dengan merek Xiaomi mungkin akan kaget, tingginya mutu ini dapat diperoleh di harga sangat terjangkau.
Redmi Note 7 dibekali layar IPS kapasitif beresolusi 1080x2340p dengan rasio 19,5:9 dan bagian ujung membundar, yang kemudian dilapisi oleh Corning Gorilla Glass 5. Kualitas panel sentuh ini cukup baik di kelasnya, mampu menghasilkan output yang tajam, cerah (tingkat keterangan maksimal kira-kira di 560-lux) dan mampu menyajikan warna secara merata. Lebih teliti lagi, saya menemukan adanya area gelap di bagian pojok layar dekat notch – baru benar-benar terlihat jika display menampilkan warna putih.
Hardware & kinerja
Selain desain mewah dan angka raksasa yang mengindikasikan besarnya sensor kamera, komposisi hardware merupakan salah satu nilai jual utama Redmi Note 7. Di sana Xiaomi mencantumkan system-on-chip Qualcomm Snapdragon 660 berisi prosesor octa-core (Kryo 260 4×2,2GHz plus Kryo 260 4×1,8GHz) dan GPU Adreno 512. Unit review ini menyimpan RAM sebesar 4GB dan memori internal 64GB. Teorinya, susunan komponen tersebut sudah lebih dari cukup buat menjalankan mayoritas aplikasi, termasuk game-game populer.
Dalam uji coba benchmark, Redmi Note 7 memperlihatkan skor yang cukup menjanjikan: 139186 di AnTuTu, 6147 di PCMark Work 2.0, dan masing-masing 1990 serta 1276 di 3DMark Sling Shot dan Sling Shot Extreme. Namun tentu saja angka-angka tersebut tidak merepresentasikan kinerja device di dunia nyata. Untuk mengetahui secara lebih pasti, smartphone saya tes pula dengan dua permainan yang mewakilkan genre berbeda: Asphalt 9 Legends dan PUBG Mobile.
Asphalt 9 Legends berjalan lancar di setting grafis default, namun mutu visualnya memang kurang tajam dan pinggir objek tampak bergerigi. Lewat menu, kita bisa memilih opsi grafis yang lebih baik. Dan cukup mengejutkannya, hal tersebut hampir tidak berdampak pada frame rate. Saya juga tidak merasakan adanya stuttering atau penurunan FPS secara signifikan ketika permainan menampilkan banyak objek bersamaan. Sedikit kendala yang saya sempat saya rasakan adalah, game ini beberapa kali crash.
Di PUBG Mobile, permainan segera merekomendasikan pilihan grafis medium sebelum dimulai. Kualitas visualnya memang jauh dari versi PC/console, dengan tekstur karakter dan objek yang kurang halus plus fenomena objects popping in secara tiba-tiba, tapi setidaknya ia tersuguh mulus tanpa kendala. (Pengujian Redmi Note 7 via PUBG Mobile mengingatkan kembali mengapa saya kurang suka bermain game di perangkat bergerak – layarnya sempit dan kendalinya kurang intuitif.)
Perlu diketahui bahwa mengakses game 3D akan meningkatkan temperatur perangkat dalam waktu cukup singkat. Kabar baiknya, suhu tidak melewati batasan kewajaran.
Redmi Note 7 memanfaatkan baterai Li-Po 4000mAh sebagai sumber tenaganya. Dalam proses pengisian ulang, smartphone ditunjang oleh teknologi Qualcomm Quick Charge 4. Namun uniknya, produk dibundel bersama charger standar.
MIUI
Redmi Note 7 mengusung sistem operasi mobile Android 9.0 Pie dengan overlay MIUI 10. Versi terbaru antarmuka buatan Xiaomi itu kabarnya didesain untuk memaksimalkan pengalaman pemakaian smartphone ‘berlayar penuh’. Ia mampu membaca lebih banyak gerakan jari, dirancang agar segala notifikasi dan detail informasi lebih terekspos, serta memastikan aplikasi-aplikasi yang diinstal dapat meluncur lebih cepat.
Bagi saya, bagian terbaik dari MIUI terletak pada sederhananya interface serta pengelolaan aplikasi yang begitu intuitif. Semua app ditempatkan di satu lapis menu tanpa ada app tray sekunder, dan Anda yang tak menyukai kehadiran shortcut tidak perlu repot membuangnya dari menu utama. Untuk menyatukan sejumlah app di satu folder, kita hanya tinggal melakukan drag and drop icon. Memindahkan icon aplikasi ke halaman berikutnya juga sangat mudah karena kita tinggal menekannya, lalu men-swipe page dengan jari lain.
Tetapi satu hal menarik akan Anda temui begitu membuka sejumlah folder ataupun aplikasi bawaan Xiaomi. Silakan tap folder ‘More apps’ dan Anda akan segera melihat ‘promoted apps‘ di area bawah. Lalu coba masuk atau gunakan File Explorer, Cleaner atau Music. Kemungkinan besar Anda akan disodorkan iklan secara acak (saya disuguhkan Tokopedia dan Black Desert Online) ketika Redmi Note 7 tersambung ke internet. Kehadiran iklan memang bukan masalah besar, tapi mungkin menyebalkan buat sebagian orang.
Mungkin ini merupakan salah satu kompensasi yang harus kita terima dengan membayarkan uang begitu kecilnya untuk sebuah smartphone berspesifikasi cukup tinggi.
Fotografi
Saya tidak menyangka mengukur kapabilitas kamera Redmi Note 7 menjadi hal yang menantang. Di sesi hands-on, rekan saya Lukman sempat menyampaikan bahwa smartphone ini dibekali sensor Samsung ISOCELL Slim GM1 48Mp, tetapi akan secara otomatis menghasilkan resolusi 12Mp (3000x4000p) di mode auto atau ketika AI diaktifkan. Xiaomi menjelaskan, teknologi ‘Super Pixel 4-in-1’ bertugas menggabungkan empat pixel untuk meningkatkan sensitivitas cahaya.
Untuk memperoleh hasil jepretan berukuran 48-megapixel, yang perlu Anda lakukan ialah men-switch mode ke Pro (manual), lalu tap icon 48Mp di bagian atas. Beberapa fitur lain juga bersembunyi di mode berbeda – misalnya efek kedalaman (bokeh) yang terdapat di opsi Portrait. Seperti klaim Xiaomi, megapixel maksimal memang efektif untuk menyerap cahaya sebanyak-banyaknya. Foto-foto yang saya ambil beberapa menit sebelum matahari terbenam tetap bisa menunjukkan detail meski saat itu ruangan hanya diterangi satu lampu LED.
Namun terlepas dari apakah Redmi Note 7 betul-betul ditopang sensor 48-megapixel sejati atau interpolasi, mutu gambar tetap bergantung pada asupan cahaya. Kamera baru bekerja optimal di bawah sinar matahari. Jika kurang, hasil jepretan yang muram dan kelabu sulit dihindari. Pengambilan foto di tempat temaram mengekspos begitu banyak grain khususnya di zona gelap atau gradasi, dan sejujurnya, kualitasnya tidak begitu berbeda seperti foto 12Mp. Ukuran gambar lebih besar hanya memberikan ruang untuk men-zoom lebih jauh, tapi tidak terlalu efektif dalam menyembunyikan noise.
Di sana memang tersedia pilihan mode fotografi malam, namun tak ada teknologi rahasia yang membuat foto jadi terlihat istimewa. Saat tombol shutter ditekan, smartphone butuh waktu beberapa saat untuk memproses gambar serta meminta kita agar tidak bergerak. Lalu berdasarkan pengalaman saya, diaktifkannya AI di mode auto juga tidak begitu mendongkrak kualitas, malah menciptakan efek berbayang pada objek bergerak: bukannya blur, jari malah terlihat lebih banyak.
Mode bokeh-nya sendiri terbilang memuaskan, bekerja menggunakan algoritma serta bantuan sensor sekunder 5-megapixel. Ketika dinyalakan, Redmi Note 7 akan mengingatkan kita untuk berdiri sekitar dua meter dari objek. Kombinasi antara kamera dan software cukup baik dalam memisahkan individu-individu yang jadi target foto dan latar belakang, walaupun kadang pemotongannya kurang akurat di area berwarna gelap.
Untuk kebutuhan swafoto, Redmi Note 7 mengandalkan kamera depan 13Mp f/2.2, 1.25µm plus flash LED. Karakteristiknya mirip seperti kamera depan smartphone dengan rentang harga Rp 2-3 jutaan, yang sekali lagi kualitasnya bersandar pada intensitas cahaya. MIUI 10 memberikan kita keleluasaan buat menggunakan efek beautify serta bermain-main untuk membuat pipi lebih tirus atau membesarkan ukuran mata.
Di ranah videografi, kamera utama smartphone mampu merekam video full-HD hingga 120fps, dan disertai fitur-fitur seperti time lapse dan slow motion. Lalu via kamera depan, Anda dipersilakan untuk membuat video beresolusi 1080p di 30fps. Lewat pengujian di siang hari di dalam rumah, saya masih bisa melihat jelas noise di area-area gelap.
Sampel foto kamera utama bisa Anda lihat di bawah:
Verdict
Pengalaman panjang Xiaomi meramu smartphone entry-level membuat mereka mengetahui hal-hal apa saja yang bisa mencuri perhatian ‘konsumen peduli budget‘. Di momen pengungkapan Redmi Note 7, banyak jurnalis lokal terkejut melihat rasio harga dengan hardware. Tetapi tentu, pengujian langsung memperlihatkan adanya sejumlah aspek di smartphone yang belum mencapai ekspektasi – terutama di sisi imaging serta branding ’48Mp AI Dual Camera’.
Namun saya tak bilang bahwa performa fotografi Redmi Note 7 tidak baik. Sebaliknya, ia boleh jadi merupakan satu dari sedikit smartphone dengan fitur kamera terunik yang bisa Anda miliki di bawah harga Rp 2 juta. Saya rasa cukup sulit bagi merek lain buat mencapai rekor ini. Dan kita juga perlu mengapresiasi besarnya perhatian Xiaomi terhadap spesifikasi, desain serta kualitas produksi – dan produsen dapat melakukan semua itu tanpa mengambil jalan pintas.
Xiaomi Redmi Note 7 sudah bisa Anda beli secara resmi di Indonesia. Produk dijual seharga Rp 2 juta kurang seribu rupiah.
Sparks
- Hardware mumpuni, dijajakan di harga ekonomis
- Desain menarik dengan warna tubuh gradasi
- Kualitas produk memuaskan
- Penuh dengan fitur dan kelengkapan ala smartphone high-end
- UI yang intuitif
Slacks
- Performa kamera tidak sebaik ekspektasi
- MIUI 10 penuh dengan iklan
- Tak ada NFC
- Charger sepertinya belum mendukung quick charging, Anda harus membeli aksesori third-party