17 dan 22 Agustus lalu ialah tanggal merah, jadi saya izin untuk bekerja dari rumah (secara remote) dalam seminggu. Pulang ke kampung halaman kali ini terasa spesial, karena saya ditemani kamera compact premium yang muat dalam saku yakni Sony RX100 VI.
Piknik keluarga ke dataran tinggi Dieng menjadi salah satu agenda saya, kesempatan yang bagus untuk menguji kehebatan kamera mungil ini. Penasaran bagaimana kepiawaiannya mengabadikan pesona dari daerah yang dijuluki ‘negeri di atas awan’ tersebut – inilah review Sony RX100 VI selengkapnya.
Desain Sony RX100 VI
Saking ringkasnya bentuk RX100 VI, saya hanya perlu membawa tas selempang kecil ini. Isinya antara lain kamera, tripod mini VCT-SGR1, smartphone, power bank, dan dompet. Bisa dibayangkan bukan bagaimana praktisnya? Saya bisa cukup leluasa bergerak dan memotret dengan bebas.
Namun karena RX100 VI tidak memiliki hand grip, saya mesti sangat berhati-hati dalam menggunakannya – takut selip. Solusinya, saya menggunakan tripod mini VCT-SGR1.
Aksesori ini dijual secara terpisah dan bisa disambungkan ke kamera dengan kabel microUSB. Dengan begitu, saya bisa mengambil gambar, merekam video, dan memanfaatkan fungsi zoom dengan lebih aman.
Dengan dimensi 58,1×101,6 cm dan ketebalan 42,8 cm, lebar dan tingginya jauh lebih ramping dibanding smartphone saat ini yang rata-rata punya layar 6 inci dalam rasio 18:9. Namun, RX100 VI jelas lebih tebal dan lensanya juga akan memanjang saat fungsi zoom digunakan.
Untuk desainnya, kurang lebih masih sama dengan para pendahulunya. Build quality-nya sangat bagus – material logam terasa solid di tangan. Meski begitu, RX100 VI tetap butuh perawatan ekstra. Satu lagi, meski muat di kantong – tapi jangan menyimpannya di sana. Kalau kamera tiba-tiba aktif di dalam saku, lensanya bisa tertahan dan tergesek.
Kontrol Kamera Sony RX100 VI
Sekarang mari lihat lebih dekat kontrol kamera yang dimiliki RX100 VI. Kita mulai dari sisi atas, di mana terdapat tombol power dan punya LED yang menyala hijau saat kamera aktif, serta menyala kuning saat charging.
Kemudian ada tombol shutter, yang dilengkapi slider untuk melakukan zoom out dan zoom in. Lanjut disampingnya, ada mode dial yang memungkin Anda beralih ke mode memotret dengan cepat seperti auto mode, program auto, aperture priority, shutter priority, manual exposure, memory recall, movie, high frame rate, sweep panorama, dan scene selection.
Lalu terdapat internal flash dan electronic viewfinder dengan mekanisme pop-up, ada tombol khusus untuk menggunakan – kita cukup menggesernya. Di RX100 VI, pop-up viewfinder-nya bisa langsung digunakan dan tak perlu ditarik keluar.
Ke sisi bawah, ada akses untuk memasang dan mencabut baterai, serta slot kartu memori. Lalu, ada lubang untuk menempatkan kamera ke tripod.
Ke sisi kanan, ditemui port microUSB dan HDMI, serta kait untuk tali kamera. Lalu, di sisi kiri, tombol geser untuk memunculkan viewfinder, kait untuk tali, dan area NFC.
Beralih ke bagian depan, ada layar sentuh 3 inci yang telah mendukung touch focus dan fungsi pinch serta zoom saat preview foto. Layarnya dapat dilipat 180 derajat ke atas dan 90 derajat ke bawah.
Lalu, di samping layar bisa ditemui tombol movie untuk merekam video, tombol menu pengaturan kamera, tombol Fn yang berisi 12 shortcut yang bisa disesuaikan, tombol playback, dan tombol delete. Serta, roda putar dan tombol enter.
Menu Setting Sony RX100 VI
Ada banyak sekali menu-menu di pengaturan kamera Sony RX100 VI dan untuk memaksimalkannya kita perlu mengeksplorasi fitur-fitur yang ditawarkan. Serta, memilih pengaturan penting yang sering Anda gunakan ke tab my menu setting.
Harus diakui, mungkin akan butuh waktu untuk membiasakan diri dengan kontrol kamera dan menu-menu yang ada. Namun begitu memahaminya, maka kita bisa lebih fleksibel dan fokus mendapatkan hasil foto terbaik.
Seperti kamera Sony lainnya, RX100 VI juga punya fitur auto ISO dan meski mendukung sampai 12.800. Untuk memastikan hasil foto memiliki noise yang rendah, kita bisa membatasi maksimal ISO yang digunakan.
Fitur dan Spesifikasi Sony RX100 VI
Sony RX100 VI menggunakan sensor CMOS tipe 1.0 resolusi 20,1-megapixel dengan prosesor gambar BIONZ X dan chip DRAM. Kombinasi tersebut membuatnya mampu menangkap fokus sangat cepat 0,03 detik dan sistem AF yang mencakup 315 titik.
Lensa ZEISS Vario-Sonnar T dengan rentang zoom panjang 24-200 mm f2.8-f4.5 sangat cocok sebagai teman travelling dengan jangkauan lensa dari wide ke tele. Lensa ini juga dilengkapi ring untuk mengatur aperture.
Sistem autofocus yang sangat cepat, kemampuan menjepret 24 foto per detik, sistem peredam getar 5 axis image stabilization, dan perekaman video 4K pada 30 fps atau 24 fps – menjadi keunggulan RX100 VI.
Pengalaman Menggunakan Sony RX100 VI
Saat piknik ke Dieng, jujur saya hanya mengandalkan auto mode saja. Saya tidak mau terlihat asyik sendiri, berusaha mengambil sample foto secapat mungkin, dan tetap fokus pada acara keluarga.
Meski begitu, saya sudah sangat puas dengan hasilnya. Kamera ini mampu mendeteksi objek dan scene dengan sangat baik. Tapi yang paling berkesan memang kecepatan autofocus-nya dan 5 axis image stabilization. Hasil foto di bawah ini sebagian diambil dari balik kaca mobil.
Lensa dengan rentang zoom panjang juga membuatnya menjadi kamera yang sangat fleksibel untuk mengakomodasi jenis-jenis fotografi. Ditambah sistem eye AF yang canggih, memungkinkan kita mengambil foto portrait dari jauh tanpa diketahui oleh objek.
Namun semakin panjang zoom yang digunakan, biayanya adalah aperture maksimum menjadi lebih kecil. Lalu, aperture kecil tersebut bisa mempengahui hasil foto di cahaya low light. Kalau untuk hasil foto di luar ruangan, rata-rata warna dan detailnya sudah sangat bagus.
Dalam beberapa acara peliputan di Jakarta, Sony RX100 VI menjadi teman kerja yang sangat bisa diandalkan. Saya bisa memotret objek di panggung dari jauh tanpa harus mendekat. Serta, sangat memudahkan saat membuat konten video.
Untuk foto-foto saja, kamera ini sanggup mengambil 240 bidikan sekali charge. Tapi, kalau sudah dipakai untuk video – baterainya bakal terkuras lebih cepat. Perlu setidaknya bawa satu baterai cadangan dan power bank.
Berikut beberapa bidikan dari kamera saku premium Sony RX100 VI:
Perekaman Video Sony RX100 VI
Dengan Sony RX100 VI, kita bisa merekam video resolusi tinggi dengan mudah. Kamera ini sanggup merekam video 4K pada 30 fps atau 24 fps dan video slow motion 1080p pada 120 fps.
Sayangnya, durasi rekaman video 4K-nya dibatasi hanya dalam waktu lima menit saja. Itu pun sudah membuat body terasa panas. Namun, dari pengalaman saya untuk merekam video 1080p dalam waktu 30 menit suhu body masih aman.
Ketiadaan port mic 3,5mm bisa dimaklumi mengingat bentuknya yang kecil. Solusi untuk meningkatkan audio juga mudah, cukup pakai recorder eksternal saja.
Verdict
Buat saya Sony RX100 VI adalah teman yang menyenangkan saat travelling dan rekan kerja yang dapat diandalkan. Satu kata yang paling tepat ialah ‘praktis’, sangat ideal untuk para creator video (misalnya YouTuber). Dengan sistem autofocus sangat cepat, zoom amat panjang, serta hasil foto dan video yang bagus.
Namun sebagai kamera saku premium, harga Sony RX100 VI memang tidak murah yakni Rp17 juta. Dengan kisaran harga yang sama, Anda juga bisa mendapatkan kamera mirrorless full frame Sony Alpha A7 II yang menyimpan potensi lebih besar.
Pilihan di tangan Anda, kalau mau praktis dan tak perlu berpikir beli lensa – Sony RX100 VI untuk Anda. Tapi, kalau sedikit direpotkan dan ingin berinvestasi lebih di lensa, lebih baik pilih body Sony Alpha A7 II.
Sparks
- Body terbilang sangat kecil tapi dengan kontrol cukup lengkap
- Autofocus sangat cepat
- Sistem peredam getaran 5 axis image stabilization juga sangat berguna
- Jangkauan lensanya sangat fleksibel
Slacks
- Tidak ada hand grip, kurang nyaman dipegang lama-lama
- Baterai cepat habis bila untuk merekam video
- Durasi perekaman video 4K dibatasi hanya 5 menit