Di ranah pengembangan aksesori gaming, inovasi ialah pedang bermata dua. Tanpanya, bidang ini tidak akan maju dan kita tak bisa menyaksikan terobosan-terobosan unik. Namun jika konsep sebuah perangkat terlalu radikal, kemungkinan besar konsumen jadi ragu buat mengadopsinya. Itu sebabnya beberapa produsen menggunakan pendekatan yang ‘lebih aman’ ketika meracik produk baru.
Boleh dibilang, arahan inilah yang diambil Corsair Components dalam mengembangkan mouse gaming Harpoon RGB Wireless. Harpoon RGB Wireless adalah versi nirkabel dari perangkat entry-level yang melakukan debutnya di kuartal terakhir 2016. Corsair tidak menerapkan banyak perubahan pada desain. Segala hal yang Anda sukai (dan tidak sukai) tentang Harpoon kembali muncul di sana. Dalam penggarapannya, produsen terlihat lebih memfokuskan perhatian pada faktor konektivitas.
Selama beberapa minggu ini, tepatnya dari sebelum 2018 berakhir, Corsair Indonesia mempersilakan saya untuk menjajal langsung periferal ini. Saya mengujinya dengan genre permainan berbeda serta menggunakannya sehari-hari buat bekerja. Dan terlepas dari simpelnya desain, dengan gembira saya katakan bahwa Harpoon RGB Wireless mampu menunaikan tugasnya secara optimal. Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah.
Rancangan
Dalam puluhan tahun menikmati game di PC, mouse berdesain ambidextrous merupakan pilihan pribadi saya. Saya tidak kidal, namun mouse jenis ini biasanya punya penampilan lebih sederhana. Saya memang sempat jatuh hati pada beberapa model ergonomis, tapi umumnya mereka dibanderol di harga permium. Berita baiknya. Harpoon mengubah sentimen saya soal hal ini.
Seperti yang saya singgung sebelumnya, Harpoon RGB Wireless punya desain yang identik seperti versi standar. Konstruksi mouse terbuat dari bahan plastik, memiliki dimensi 115×68,3×40,4mm. Permukaan tubuhnya bertekstur kasar buat meningkatkan daya cengkeram, dipadu lapisan karet berpola segitiga di sisi kanan dan kiri. Lapisan karet juga dapat ditemukan pada bagian scroll wheel.
Karena tubuhnya dirancang untuk pemakaian di tangan kanan, Harpoon RGB Wireless kurang pas buat user kidal. Kelengkapan tombolnya sendiri cukup standar. Mouse memiliki total enam tombol, termasuk tombol scroll wheel, dua thumb button dan switch DPI.
Begitu dikeluarkan dari bungkusnya, Harpoon RGB Wireless tersambung ke kabel berlapis sulaman kain sepanjang 1,8-meter. Kabel ini bisa dicabut dari mouse, terhubung via port microUSB. Saat kabel dilepas, bagian belahan di scroll wheel membuatnya jadi menyerupai Scimitar Pro RGB. Lalu selain ada sistem pencahayaan RGB di punggung, LED juga dimanfaatkan sebagai indikator switch DPI, sehingga kita dapat lebih mudah mengingat setting-nya.
Satu aspek yang harus dimaklumi dari mouse versi nirkabel ialah bobot yang cenderung lebih tinggi dibanding model wired karena menyimpan baterai. Menariknya, Corsair tetap berhasil memastikan berat Harpoon RGB Wireless berada di bawah 100g, cuma 14g lebih berat dari Harpoon RGB (85g). Silakan lihat sisi bawahnya, Anda akan menemukan tutup kompartemen kecil untuk menempatkan dongle USB dan switch mode koneksi.
Kualitas produk
Kepopuleran pencahayaan RGB membuat fitur ini diusung oleh banyak sekali gaming gear, termasuk varian ekonomis. Namun di beberapa model buatan tetangga, harga murah biasanya mengorbankan kualitas produk. Saya sempat membeli mouse gaming terjangkau dari brand ternama, dan menemukan betapa ringkihnya bagian samping sehingga tekanan di area itu menyebabkan thumb button jadi teregistrasi.
Kabar baiknya, fenomena ini tidak terjadi pada Harpoon RGB Wireless. Tiap-tiap bagian di mouse terasa keras dan kokoh, tidak ada area yang lunak, walau bobotnya tergolong ringan. Mungkin hal yang perlu kita perhatikan adalah kebersihan lapisan karetnya. Jari berminyak dapat mengikisnya, dan saya sudah melihat sendiri kerusakan parah akibat minyak pada lapisan karet di gaming gear.
Tiap tombol di Harpoon RGB Wireless mengandalkan switch Omron yang kabarnya dapat bekerja normal bahkan setelah ditekan sebanyak 50 juta kali. Sebagai perbandingan, switch Omron di Harpoon RGB standar punya daya tahan 20 juta kali klik.
Dengan sederhananya desain, ringannya bobot dan absennya bagian-bagian ornamental, saya tidak khawatir saat harus memasukkan mouse dalam tas atau menggunakannya dalam sesi gaming intensif (ketika ada peluang emosi mengambil alih akal sehat). Bagian-bagian detachable seperti tutup kompartemen dongle USB dan colokan kabel ke mouse juga tetap mantap dan menggigit walaupun saya cabut-pasang berkali-kali.
Software dan instalasi
Harpoon RGB Wireless bisa segera terbaca sistem begitu Anda menyambungkan kabelnya di port USB PC (minimal ber-Windows 7). Alternatifnya, kita tinggal mencolokkan dongle USB dan memindahkan switch ke mode nirkabel 2,4GHz atau mengoneksikannya via Bluetooth. Tapi tentu saja, agar mouse dapat bekerja optimal, pengguna disarankan untuk menginstal software iCUE (versi anyar dari Corsair Utility Engine) terlebih dulu.
Begitu iCUE terpasang, ia dapat segera membaca perangkat Corsair yang ada atau tersambung di PC. Setelah membuka software ini, Anda hanya tinggal mengklik icon mouse untuk mengakses beragam fungsi di sana. Kita bisa membuat profile baru, mengonfigurasi macro, mengutak-utik pencahayaan dan pola LED, mengustomisasi setting DPI serta mengubah kecepatan pointer.
Lewat iCUE, Corsair berhasil menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu pengembang software companion terbaik. Interface-nya sangat intuitif, tidak membingungkan dan tidak menyekat fungsi-fungsinya ke menu berbeda. Bahkan untuk mereka yang pertama kali menggunakannya, semua hal tersaji ringkas.
Aspek teknis dan pengalaman penggunaan
Jantung dari Harpoon RGB Wireless adalah sensor optik ‘gaming grade‘ PMW3325 persembahan PixArt, menyuguhkan DPI rating dari 100- sampai 10.000-dots per inch. Ketika bermain, saya jarang menggunakan setting DPI terlalu tinggi. Saat ulasan ini ditulis, saya merasa nyaman memakai 1.500DPI baik untuk bekerja maupun bermain. Namun kapabilitas ini memperlihatkan fleksibilitas dan kesiapan mouse menunjang beragam karakteristik pengguna.
Harpoon RGB Wireless memang diprioritaskan untuk menangani permainan-permainan first-person shooter. Dari pengalaman memakainya, mouse mampu membaca gerakan dengan tanggap, serta melacak secara akurat dan (yang terpenting) konsisten – dibantu oleh mouse feet berbahan polytetrafluoroethylene. Sensitivitas tinggi bisa bermanfaat jika Anda benar-benar membutuhkan responsitivitas, misalnya ketika melakukan serangan jarak dekat; sedangkan sensitivitas rendah sangat membantu meningkatkan akurasi, terutama saat memburu lawan berbekal senapan penembak jitu.
Permainan-permainan yang saya gunakan buat menguji Harpoon RGB Wireless meliputi Shadow of the Tomb Raider sebagai perwakilan dari genre action secara umum, game action-RPG Monster Hunter: World, dan Titanfall 2, shooter yang menuntut presisi dan responsivitas tinggi.
Saya sama sekali tidak menemui masalah dalam Shadow of the Tomb Raider dan Monster Hunter: World. Tapi berdasarkan pengalaman sebelumnya, senyaman-nyamannya mouse baru, saya tetap membutuhkan proses adaptasi ketika bermain game multiplayer kompetitif bertempo cepat. Mengejutkannya, Harpoon RGB Wireless terasa seperti perpanjangan tangan saya sendiri dari awal menikmati Titanfall 2.
Tidak ada bagian yang menonjol aneh atau bentuk-bentuk canggung. Saya adalah seorang pengguna mouse dengan kebiasaan menggenggam gaya cakar (claw grip). Postur ini – ditambah lagi mungilnya tangan saya – mengakibatkan jangkauan jari jadi lebih pendek. Meski demikian, saya bisa mencapai semua tombol di mouse tanpa kesulitan, terutama dua thumb button. Mengangkat mouse juga mudah, cukup berbekal jempol, jari manis dan kelingking.
Mungkin sedikit keluhan saya pada thumb button adalah, dua bagian di sana sulit dibedakan karena konturnya serupa. Akhirnya, saya enggan menaruh fungsi krusial game di thumb button depan karena sering tertukar dengan tombol di sebelahnya.
Mouse gaming ini menyediakan tiga mode penggunaan, yakni via kabel, nirkabel di frekuensi 2,4GHz ‘Slipstream’ menggunakan dongle, dan Bluetooth LE 4.2 (dengan latency 7,5-milidetik). Sebagian orang mungkin akan berargumen bahwa wired merupakan jenis koneksi terbaik buat gaming. Namun saya tidak menemui kendala ketika bermain terlepas dari mode yang sedang digunakan. Malah tanpa kabel, pemakaian mouse jadi lebih bebas dari keribetan.
Saat baterai terisi penuh, mode wireless Slipstream Wireless 2,4GHz siap menyajikan sesi gaming selama 30 jam. Durasi bisa meningkat jadi 40 jam di mode Bluetooth. Ingin lebih hemat? Aktifkan Power Saving Mode untuk mematikan segala LED dan mendongkrak daya tahan baterai hingga 60 jam. Mouse turut dilengkapi memori internal sehingga setting yang sudah Anda buat tidak akan hilang meski disambungkan ke unit PC berbeda.
Konklusi
Perlu kembali kita sadari bahwa di ranah gaming gear, tidak ada produk yang bisa menjadi solusi atas kebutuhan seluruh konsumen. Perangkat gaming ideal sangat bergantung dari kebiasaan, preferensi, dan modal pengguna. Walau begitu, saya tidak segan memasukkan Harpoon RGB Wireless ke daftar rekomendasi mouse gaming, khususnya bagi penggemar permainan action dan shooter yang menginginkan periferal ringkas, andal, serta ditunjang fitur-fitur gaming esensial.
Harpoon RGB Wireless memperlihatkan pada kita bahwa desain yang sederhana masih tetap bisa menawarkan fleksibilitas pemakaian. Di sana ada dua mode nirkabel, dan jika Anda masih belum yakin dengan performa koneksi wireless, mode wired setia menanti. Keleluasaan tersebut membuatnya bukan hanya dapat dimanfaatkan sebagai gaming gear, tapi juga perangkat bekerja: colok dongle di laptop, dan Anda tidak akan direpotkan lagi oleh kabel.
Tapi meski Harpoon RGB Wireless bisa jadi pertimbangan untuk mereka yang belum mempunyai mouse khusus gaming, saya pikir belum ada alasan kuat bagi pemilik Harpoon standar buat beralih ke varian nirkabel ini. Desain dan konstruksinya identik, dan mereka sama-sama didukung iCUE.
Aspek harganya sendiri mungkin dapat membuat calon konsumen jadi ragu membelinya. Ketika Harpoon RGB standar saat ini bisa Anda peroleh dengan mengeluarkan uang kisaran Rp 350 ribu, harga saudara nirkabelnya jauh lebih tinggi, dibanderol Rp 825 ribu.
Sparks
- Ergonomis dan nyaman
- Sangat ideal untuk menikmati game FPS dan action
- Instalasi mudah
- Memilih mode juga simpel
- Dukungan iCUE secara menyeluruh
Slacks
- Desainnya tidak pas digunakan oleh gamer kidal
- Segala hal yang (mungkin) Anda tidak sukai dari Harpoon RGB muncul lagi di sana
- Harganya jauh lebih mahal dari versi berkabel