21 November 2022

by Lukman Azis

Review Infinix Zero Ultra, Unggulkan Sensor Gambar 200 MP dan 180W Thunder Charge

Fitur dan spesifikasi Infinix Zero Ultra terbilang mengesankan, tidak mengherankan jika harganya melambung mencapai Rp6.599.000

Jumlah megapiksel bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi kualitas gambar. Namun tren kamera smartphone masih menunjukkan bahwa angka besar pada sensor gambar masih dianggap menjual dan kerap dijadikan patokan bagus tidaknya sebuah smartphone.

Apple akhirnya menyematkan sensor kamera 48 MP pada iPhone Pro generasi terbaru. Di perangkat Android resolusinya lebih masif lagi, 64 MP dan kemudian 108 MP, bahkan sekarang di tangan saya ada Infinix Zero Ultra yang menjadi smartphone pertama dengan kamera utama 200 MP di Indonesia.

Apa sih manfaat dari kamera 200 MP, sekedar gimmick atau memang benaran bagus? Simak review Infinix Zero Ultra selengkapnya berikut ini.

Sensor Gambar Samsung ISOCELL HP1

Mari mulai dengan membahas spesifikasi kamera Infinix Zero Ultra. Ada tiga unit kamera belakang dengan kamera utama 200 MP, ditemani kamera sekunder 13 MP dengan lensa ultrawide yang dilengkapi aperture f/2.4 dan AF, kamera 2 MP sebagai depth sensor, dan kamera depannya 32 MP dilengkapi dual LED flash.

Kamera 200 MP tersebut adalah sensor gambar Samsung ISOCELL HP1, bisa dibilang merupakan salah satu sensor kamera smartphone paling besar saat ini dengan ukuran 1/1.22 inci dan ukuran per piksel 0,64 µm. Di atasnya lensa wide dengan aperture f/2.0, serta didukung optical image stabilization (OIS) dan Dual Pixel PDAF.

Mari berkenalan dulu dengan ISOCELL HP1, dirilis Samsung pada September 2021, meski resolusi sensor gambar ini sangat istimewa tetapi tidak banyak yang menggunakannya. Hanya segelintir saja, tercatat Motorola X30 Pro, Motorola Edge 30 Ultra, Xiaomi 12T Pro, dan yang terbaru Infinix Zero Ultra. Rumornya Samsung akan mengadopsi kamera 200 MP ke Galaxy S23 Ultra, tetapi kemungkinan pakai penerus sensor ISOCELL HP1.

Sekarang kita pergi ke aplikasi kamera pada mode AI Cam, yang secara otomatis dapat mengenali, mencoba mengidentifikasi adegan (scene), dan menyesuaikan parameter untuk menghasilkan kualitas foto yang optimal. Secara default, foto-foto yang ditangkap resolusinya cuma 12,5 MP, tetapi Infinix memberikan akses pintas di atas yang memungkinkan pengguna bisa dengan mudah beralih ke mode 200 MP.

Sensor ISOCELL HP1 ini menggunakan teknologi pixel-binning baru yang disebut ChameleonCell yang menggabungkan 16 piksel (4x4 piksel) menjadi satu piksel berukuran 2,56 µm. Besaran piksel ini mempengaruhi kemampuan kamera ketika memotret di tempat temaram, makin besar piksel maka mampu menyerap lebih banyak sehingga foto yang dihasilkan lebih terang dan minim noise.

Selain itu, sensor gambar ini juga memiliki mode 50 MP dengan menggabungkan cuma 4 piksel (2x2 piksel) dengan piksel efektif 1,28 µm. Ini digunakan saat hendak merekam video 8K, tetapi Infinix Zero Ultra tidak mendukung perekaman 8K dan tidak ada opsi untuk memotret dalam mode 50 MP.

Lantas kapan saat yang tepat untuk menggunakan mode 200 MP dan untuk apa? Idealnya pilih mode resolusi penuh di kondisi pencahayaan yang berlimpah. Pastikan pegang Infinix Zero Ultra dengan stabil, karena ada jeda sesaat menekan tombol rana. Bila perlu, gunakan tripod dan timer untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Jeda yang terjadi saat memotret dalam mode resolusi penuh, mungkin karena image signal processor (ISP) pada chipset MediaTek Dimensity 920 tidak dapat mengangkat resolusi 200 MP. Spesifikasi resmi Dimensity 920 tertulis Max Camera ISP adalah 20 MP + 20 MP, 108 MP, jika menggabungkan throughput ini berarti 148 MP pada kecepatan maksimum. Penggunaan chipset kelas menengah tersebut juga membuat Infinix Zero Ultra hanya dapat merekam video hingga 4K 30 fps atau 1080p hingga 60 fps.

Bagi penggemar fotografi, tentu banyak yang penasaran dengan sensor gambar 200 MP, tetapi ada satu fitur penting yang absen dan mungkin akan menjadi deal-breaker buat mereka. Pada mode Pro, tidak ada opsi untuk penyimpanan foto format Raw. Hasil foto yang belum diproses dan belum dikompresi ini menyimpan detail foto maksimal sehingga fleksibel untuk diedit.

Hasil foto 200 MP yang diambil Infinix Zero Ultra dalam format jpg saja ukurannya mencapai 80 MB dan jika ada format Raw mungkin satu foto ukurannya bisa ratusan MB. Keunggulan foto beresolusi besar antara lain memberikan fleksibilitas cropping secara ektrem dan memungkinkan mengatur ulang komposisi saat editing.

Makin banyak piksel sama dengan makin detail yang dihasilkan, dengan begitu foto bisa dicetak dalam ukuran besar. Namun seberapa sering Anda mencetak foto? Kebanyakan foto yang diambil dari smartphone diunggah ke media sosial, tetapi bahkan Instagram tidak dapat menampilkan foto resolusi 200 MP alias bakal dikompres.

Satu hal lagi, Anda bisa memotret sekarang dalam mode 200 MP untuk masa depan. Misalnya dokumentasi keluarga atau si kecil, dan genre yang kalian suka entah street photography, city scape, landscape, dan sebagainya. Anak tumbuh besar dan kota atau tempat yang pernah Anda kunjungi pasti berubah, foto dokumentasi Anda dalam 200 MP bisa Anda tunjukkan nanti di masa depan.

180W Thunder Charge 

Hal yang bikin heboh dari Infinix Zero Ultra bukan hanya kamera 200 MP, kecepatan pengisian dayanya juga mencengangkan. Di tubuhnya tertanam baterai 4.500 mAh, dengan fitur 180W thunder charge yang diklaim bisa ngecas penuh secepat kilat hanya dalam 12 menit. Cuma ukuran adapter charger-nya ini lumayan besar.

Berjalan di atas sistem operasi XOS 12 berbasis Android 12, Infinix Zero Ultra digerakkan chipset 5G kelas menengah MediaTek Dimensity 920. Disokong RAM 8 GB yang bisa diekspansi secara virtual hingga 5 GB dengan fitur MemFusion dan penyimpanan internalnya lega 256 GB.

Kombinasi spesifikasi tersebut memastikan bahwa kinerja Infinix Zero Ultra dapat diandalkan untuk menangani aktivitas harian. Termasuk menyelesaikan pekerjaan dengan multitasking, membuat konten kreatif, hingga bermain game.

Dimensity 920 sendiri dibuat pada proses fabrikasi 6 nm, CPU octa-core di dalamnya terdiri dari dual-core berbasis Cortex-A78 dengan kecepatan clock hingga 2,5 GHz dan hexa-core Cortex-A55 pada 2,0 GHz, serta GPU Mali-G68 MC4. Agak lebih condong ke efisiensi, tetapi cukup cepat untuk menangani pekerjaan produktivitas.

Di bawah ini hasil benchmark dari Infinix Zero Ultra:

  • Geekbench 5 single-core 741 poin
  • Geekbench 5 multi-core 2.135 poin
  • Geekbench 5 Compute 2.777 poin
  • 3DMark Wild Life 2.312 poin
  • 3DMark Wild Life Extreme 641 poin
  • PCMark Work 3.0 performance `13.963 poin

Desain Infinix Zero Ultra

Dijual seharga Rp6.599.000, Infinix Zero Ultra dibalut desain premium layaknya smartphone true flagship. Bagian muka terpampang waterfall display dengan punch hole dan bagian samping melengkung 71 derajat, desain layar lengkung ini sekarang sulit ditemukan di smartphone kelas menengah akibat tren bingkai datar tebal.

Unit review Infinix Zero Ultra yang singgah di meja kerja saya varian coslight silver dengan warna dasar putih. Ia dilengkapi pola garis Karman dengan tekstur 3D yang menyebar di penampang belakang kaca yang memantulkan cahaya. Build quality-nya juga terasa mewah ketika digenggam, bodinya lumayan berat di angka 213 gram.

Kamera belakangnya tersimpan dalam bidang persegi, ukuran modul kamera utama 200 MP terbilang besar dan cincin lensanya agak menonjol. Untuk mengurangi resiko lensa tergores, disarankan langsung pakai case bawaan yang ada dalam paket penjualan. Ada sedikit catatan nih, desain layar lengkungnya membuat case-nya cukup mudah dilepas, jadi pengguna perlu berhati-hati.

Untuk penempatan port dan tombolnya, di sebelah kanan bisa dijumpai tombol power dan volume. Di sisi atas terlihat ada speaker dan mikrofon sekunder, sedangkan SIM tray, mikrofon utama, port USB-C, dan speaker utama bisa ditemukan di bawah. Di sebelah kiri polos dan sensor sidik jari disematkan di bawah layar.

Waterfall Display 6,8 Inci

Layar 6,8 inci terbilang sangat lapang, bahkan sampai luber ke samping dengan lengkungan 71 derajat. Disokong panel AMOLED beresolusi FHD+ atau 1080x2400 piksel, Infinix Zero Ultra bakal memanjakan semua mata yang tertuju padanya.

Benar saja, pengalaman menonton video dalam mode layar penuh di YouTube terasa sangat menyenangkan, mending layar lengkung deh daripada bingkai datar. Layar tersebut dapat menampilkan konten HDR dengan format HDR10, HDR10+, dan HLG. Di pengaturan layar bisa dijumpai color screen untuk menyesuaikan tampilan lebih jauh.

Kebutuhan para gamer kompetitif macam MOBA dan battle royale pun terpenuhi berkat refresh rate 120 Hz dan touch sampling rate 360 Hz. Saya mengujinya dengan bermain game Mobile Legends: Bang Bang, Infinix Zero Ultra mendukung kualitas grafis dan frame rate di level tinggi.

Verdict Review Infinix Zero Ultra

Smartphone kelas menengah dengan elemen flagship, Infinix Zero Ultra membawa beberapa fitur premium yang sangat mencolok. Paling utama sensor gambar 200 MP untuk hasilkan foto resolusi tinggi untuk masa depan, meski hasil optimal tetap didapat pada resolusi 12,5 MP, setidaknya kita punya pilihan.

Pengalaman praktis juga diberikan lewat fitur premium 180W thunder charge. Bayangkan saja, saat baterai Infinix Zero Ultra habis, bisa diisi penuh cuma dalam 12 menit. Serta panel AMOLED 6,8 inci yang disebut waterfall display untuk pengalaman multimedia yang imersif.

Spesifikasi Infinix Zero Ultra terbilang mengesankan, tidak mengherankan jika harganya melambung mencapai Rp6.599.000. Tahun ini Infinix cukup getol menggelontorkan produk baru, mereka juga menaikkan permainan ke segmen yang lebih tinggi yakni tiga jutaan dengan Infinix Zero 5G dan Zero 20, dan enam jutaan dengan Zero Ultra yang menjadi smartphone paling mahal dari Infinix.

Sparks

  • Sensor gambar beresolusi tinggi 200 MP
  • Ngecas singkat dengan 180W thunder charge
  • Waterfall display 6,8 inci AMOLED 120 Hz yang imersif
  • Ditenagai MediaTek Dimensity 920 dengan memori lapang ( RAM 8 GB + 5 GB virtual dan penyimpanan 256 GB)

Slacks

  • Tanpa opsi penyimpanan foto dalam format Raw
  • Tanpa mode pro untuk video
  • Adapter charger ukurannya cukup besar