Dark
Light

[Review] Huawei MatePad 11: Tablet HarmonyOS 2.0 Pertama, Nyaman untuk Bekerja

8 mins read
January 19, 2022

Sebelum Pandemi COVID-19, sepertinya tidak banyak orang yang tertarik untuk menggunakan tablet. Namun, kegiatan work from home dan school from home membuat orang harus menggunakan aplikasi seperti Zoom dan Google Meet. Hal tersebut memang tidak terlalu nyaman saat menggunakan layar 6 inci yang terdapat pada sebuah smartphone. Oleh karena itu selain laptop yang memiliki bobot berat, orang juga mencari tablet yang memiliki ukuran lebih besar.

Tablet murah pada saat digunakan untuk kegiatan video conference mungkin tidak akan nyaman. Oleh karena itu, tentu saja dibutuhkan perangkat yang bertenaga agar bisa dipakai untuk berbagai kegiatan selain video conference, seperti bekerja dengan Office mau pun melalui browser. Untuk masalah ini, Huawei ternyata memiliki solusinya dengan mengeluarkan tablet terbaru mereka yang sudah menggunakan HarmonyOS. Tablet tersebut dinamakan Huawei MatePad 11.

HarmonyOS sendiri merupakan sebuah sistem operasi terbaru yang diciptakan oleh Huawei untuk menjalankan perangkat-perangkat mereka. Untuk smartphone dan tablet, sistem operasi ini sepertinya masih menggunakan sistem operasi Android sebagai basisnya. Hal tersebut dapat terlihat dari library yang digunakan serta penggunaan Android Runtime versi 2.1. Namun, Huawei sepertinya merombak kernel yang digunakan dengan berbasis Linux sehingga sedikit berbeda dengan Android.

Tentu saja dengan menggunakan HarmonyOS membuat tablet ini tidak memiliki toko aplikasi dari Google, yaitu Google Play. Tablet ini akan sangat tergantung dengan Huawei App Gallery serta Petal Search yang akan mencari aplikasi Android dari toko aplikasi pihak ketiga. Jadi, aplikasi dan game Android yang memerlukan Google Mobile System akan sulit berjalan pada tablet ini.

Tablet ini datang dengan kedua aksesorisnya, yaitu Smart Magnetic Keyboard serta Huawei M Pen. Dua aksesoris ini nantinya harus terhubung dengan koneksi bluetooth. Tablet ini juga dapat terhubung dengan laptop Huawei melalui PC Manager, sehingga bisa menjadi sebuah layar kedua. Semua hal ini tentu saja akan sangat membantu pekerjaan.

Tablet Huawei Matepad 11 yang saya dapatkan bisa dilihat pada tabel berikut

SoC Qualcomm Snapdragon 865
CPU 1 x 2.84 GHz Kryo 585 + 3 x 2.42 GHz Kryo 585 + 4 x 1.8 GHz Kryo 585
GPU Adreno 650
RAM 6 GB LPDDR4x
Internal 256 GB UFS 3.1
Layar 10.95 inci 2560×1600 IPS 120 Hz
Dimensi 253.8 x 165.3 x 7.3 mm
Bobot 485 gram
Baterai 7250 mAh 22,5 watt charger
Kamera 13 MP utama, 8 MP Selfie
OS HarmonyOS 2.0

Hasil dari CPU-Z serta Sensor Box dapat dilihat sebagai berikut:

Terus terang, untuk melakukan review kali ini saya sampai menggunakan 2 buah tablet. Hal tersebut dikarenakan pada saat pertama kali dikirim, tablet tersebut tidak bisa diinstalasikan beberapa aplikasi Android, termasuk aplikasi benchmarkFirmware yang ada juga menggunakan embel-embel log, yang membuatnya menjadi versi beta. Untungnya, tablet kedua yang dikirimkan merupakan versi retail.

Unboxing

Didalam paket penjualannya hanya akan ditemukan beberapa dokumen, charger, USB-C to audio 3.5 mm, microSD tray pin, dan kabel USB-C. Charger yang disertakan memiliki kemampuan untuk mengisi daya hingga 22,5 watt.

Desain

Untuk sebuah tablet dengan dimensi 11 inci, Huawei Matepad 11 terlihat cukup ramping. Badan dari tablet ini menggunakan bahan plastik polikarbonat keras dengan finishing matte. Untuk frame-nya, Huawei masih menggunakan bahan plastik yang memang terasa seperti metal. Warna yang saya dapatkan memiliki nama Matte Grey.

Layar Huawei Matepad 11 memiliki resolusi 2560×1600 pada layar dengan dimensi 10.95 inci. Panel yang digunakan adalah IPS yang memiliki 16 juta warna dengan refresh rate 120 Hz dan mendukung gamut warna DCI-P3. Sayangnya, tidak dijelaskan apakah layar ini sudah menggunakan teknologi dari Corning dengan Gorilla Glass atau dari Asahi dengan DragonTrail atau tidak.  Tentunya lapisan pelindung tambahan seperti tempered glass atau hydrogel sangat dianjurkan agar layar tersebut aman dari goresan.

Saat tablet dalam posisi landscape, terdapat kamera pada sisi atasnya. Pada bagian belakangnya, terdapat sebuah kamera serta LED flash yang cukup untuk menerangi saat kondisi cahaya menurun. Modul kamera ini sendiri cukup menonjol, sehingga pengguna diharapkan untuk lebih berhati-hati saat menaruh tablet ini di meja. Tentunya agar kamera tersebut terbebas dari goresan.

Saat ada dalam posisi landscape, tombol volume berada pada sisi atas beserta dengan konektor untuk stylus-nya. Pada bagian kiri akan ditemukan tombol power beserta dua speaker kiri. Untuk bagian kanannya dapat ditemukan dua speaker kanan beserta port USB-C untuk mengisi daya dan OTG. Bagian bawahnya akan ditemukan slot microSD serta tersedia sebuah konektor magnetis yang akan mengaktifkan Smart magnetic keyboard dari back case-nya.

Untuk menempelkan perangkat ke Huawei smart magnetic keyboard, tinggal melekatkan saja bagian belakang tablet ke case tersebut. Setelah tertempel belakangnya, giliran bagian bawah dari tablet ini untuk ditempelkan ke salah satu garis stand yang diinginkan. Nantinya keyboard pintar ini akan melakukan pairing otomatis dan pengguna tinggal mengklik tombol yang ada pada notifikasi di layar.

Huawei Matepad 11 sudah menggunakan sistem operasi HarmonyOS 2.0. Sistem operasi ini sendiri hampir tidak berbeda dengan Android, sehingga pengguna perangkat robot hijau tersebut seharusnya tidak akan bingung saat menggunakannya. Semua icon aplikasi akan muncul pada homescreen, karena secara default modenya tidak akan memiliki app drawer. Anda bisa menggantinya pada settings jika ingin menggunakan application drawer.

Oleh karena tidak ada Google Mobile Service, membuat perangkat ini tidak memiliki Google Play. Untuk mencari aplikasi, gunakan saja Huawei AppGallery atau Petal Search. Petal Search akan mencari aplikasi pada situs toko aplikasi pihak ketiga dan akan langsung melakukan instalasi walaupun tidak memiliki extension APK. Hal ini tentu sangat memudahkan pengguna untuk melakukan instalasi aplikasi Android..

Konektivitas

Huawei Matepad 11 yang dijual di Indonesia merupakan versi WiFi tanpa konektivitas seluler. Dengan Snapdragon 865, perangkat ini sudah mendukung WiFi 5 atau yang dikenal dengan 802.11 AC yang berjalan pada kanal 2,4 GHz dan 5 GHz. Untuk masalah sinyal WiFi, pengguna tidak perlu khawatir karena penangkapannya sangat baik.

Huawei Matepad 11 memiliki kemampuan untuk mendeteksi lokasi dengan menggunakan GPS, GLONASS, BeiDou, GALILEO, dan QZSS. Hal tersebut membuatnya nyaman untuk digunakan sebagai alat untuk mencari lokasi. Sayang memang, untuk menggunakan Google Map secara lengkap akan cukup sulit pada perangkat ini. Selain itu, Petal Maps juga tidak memiliki fitur selengkap Google Maps.

Kamera: Bisa diandalkan

Selama ini sebuah tablet memiliki kamera yang sepertinya kurang bisa diandalkan untuk pengambilan foto. Hal tersebut tentunya membuat kamera pada tablet cukup kurang berguna saat ingin mengambil foto. Untungnya, Huawei mengerti mengenai permasalahan ini dan membuat kamera yang ada pada perangkatnya ini bisa diandalkan. Hal tersebut berlaku untuk kamera depan mau pun belakangnya.

Pada sisi belakang, kamera yang ada memiliki resolusi 13 MP. Kamera yang satu ini dapat menangkap gambar dengan hasil yang bagus, bahkan bisa diandalkan untuk kebutuhan sehari-hari. Hasilnya cukup tajam, rendah noise, serta memiliki rentang warna yang cukup baik. Contoh hasilnya bisa dilihat pada gambar berikut ini

Pada bagian depannya, Huawei menanamkan kamera dengan resolusi 8 MP. Kamera depannya juga bisa menangkap gambar dengan cukup baik, asalkan kadar cahaya yang ada cukup. Saat didalam ruangan tingkat ketajamannya juga bakal menurun, namun hasilnya tetap masih cukup bagus untuk disimpan.

Pengujian

Huawei Matepad menggunakan chipset dari Qualcomm, yaitu Snapdragon 865. Chipset yang satu ini memang ditujukan untuk perangkat-perangkat premium pada tahun 2020-2021 yang lalu. Akan tetapi, saat ini kinerjanya juga masih sangat kencang untuk sebuah perangkat Android. Apalagi, Snapdragon 865 juga tergolong chipset yang cukup lengkap.

Pada chipset yang satu ini, Qualcomm menggunakan 3 cluster yang terdiri dari Kryo 585 Gold (berbasis Cortex A77) 2.84 GHz pada cluster Prime,  3 core Kryo 585 Gold berkecepatan 2.42 GHz serta 4 core Kryo 585 Silver (berbasis Cortex A55) dengan kecepatan 1.8 GHz. Qualcomm menggunakan GPU sendiri pada cip ini dengan Adreno 650. Perangkat ini juga menggunakan RAM LPDDR4X berkapasitas 6 GB dan memiliki ruang peyimpanan internal sebesar 256 GB.

Seperti biasa, saya menggunakan tablet ini dalam dua skenario, yaitu bermain serta bekerja. Game yang saya gunakan tentu saja ada pada Google Play. Skenario kedua adalah menggunakan tablet dengan aplikasi yang saya gunakan sehari-hari. Perangkat ini sendiri sudah saya gunakan sekitar 1,5 bulan.

Bermain

Saat menggunakan tablet yang satu ini, bermain mungkin adalah hal terakhir yang saya lakukan. Hal tersebut dikarenakan game-game yang sedang hype di platform Android akan cukup sulit dijalankan pada tablet yang satu ini. Tentunya hal tersebut sangat berkaitan dengan GMS yang absen. Saya pun harus melakukan instalasi dari toko aplikasi pihak ketiga yang sering kali sulit untuk diakses.

Oleh karena itu, saya hanya mencoba bermain Genshin Impact pada Huawei MatePad 11 ini. Untungnya, aplikasi GameBench untuk mengukur framerate bisa berjalan lancar pada HarmonyOS. Saya tidak memiliki masalah untuk menjalankan pengukuran framerate pada tablet ini.

Genshin Impact saya set pada profile highest dan memasang limit framerate pada 60 fps. Hasilnya, game ini dapat berjalan pada rata-rata 49 fps. Tablet ini juga tidak panas saat bermain Genshin Impact dalam beberapa jam. Namun, bobot dari tablet ini sepertinya kurang mendukung untuk bermain dalam jangka panjang karena membuat pergelangan tangat menjadi cukup pegal.

Berikut adalah hasil perhitungan framerate-nya

Bekerja dan Hiburan

Selama 1,5 bulan, perangkat yang satu ini memang sebagian besar saya uji dengan menggunakannya untuk bekerja. Ada beberapa artikel yang saya tulis dengan menggunakan tablet ini yang terpasang dengan smart keyboard-nya. Ternyata, tablet ini sangat cocok untuk menggantikan laptop yang sering dibawa kemana-mana. Mengerjakan beberapa artikel saat berada di cafe menjadi lebih mudah dan ringan.

M Pencil memang cukup jarang saya gunakan, karena menggambar memang bukanlah kegemaran saya. Namun, ada beberapa kali tablet ini digunakan oleh anak-anak untuk menggambar dan mereka bisa memakainya tanpa masalah. Stylus ini juga bisa digunakan untuk menggantikan mouse dan memiliki titik presisi yang lebih baik dibandingkan dengan sentuhan jari di layar. Akan tetapi, saya tetap lebih suka menggunakan mouse.

Tablet Huawei yang satu ini juga bisa digunakan untuk menjadi layar ke 2 dari sebuah laptop Huawei, dengan menggunakan fitur Multi Screen Collaboration. Dengan fitur tersebut, saya bisa melakukan copy data seperti file gambar dan video dengan cara drag-and-drop, sehingga tidak memerlukan aplikasi pihak ketiga yang penuh dengan setting.

Saat menggunakan tablet ini, ada beberapa aplikasi untuk pekerjaan yang memang tidak bisa digunakan. Hal tersebut seperti Slack dan beberapa aplikasi buatan Google seperti GMail, Drive, dan Calendar. Oleh karena saya belum percaya 100% dengan aplikasi GSpace, mau tidak mau saya harus menggunakan perangkat Android lainnya untuk mengakses aplikasi-aplikasi tersebut. Saya sangat berharap Huawei bisa bekerja sama dengan developer aplikasi yang membutuhkan GMS dan bisa dikonversikan ke HMS.

Beberapa aplikasi Google bisa saya akses langsung melalui halaman web dengan menggunakan browser Opera. Sementara untuk aplikasi yang tidak membutuhkan GMS, dapat berjalan dengan lancar pada Huawei Matepad 11. Menurut saya, tidak hadirnya GMS bukanlah sebuah kekurangan pada tablet yang satu ini. Namun, ada baiknya jika Huawei “ngebut” dalam menyediakan aplikasi-aplikasi penting untuk bekerja.

Untuk menonton video, perangkat ini memang dapat memancarkan warna yang cukup baik. Saat menggunakan Netflix, ternyata tablet yang dikirim kedua bisa menggunakan Netflix HD yang berarti mendukung Widevine L1. Tablet pertama yang dikirimkan tidak mendukung sertifikasi tersebut. Menonton film juga menjadi lebih nyaman berkat suara dari 4 speaker yang ada pada bagian belakangnya.

Benchmarking

Huawei Matepad 11 menggunakan Snapdragon 865 yang ditujukan untuk perangkat premium. Untuk mengetahui seberapa baik kinerjanya, saya menghadirkan Snapdragon 870 atau Snapdragon 865+, Snapdragon 855, serta Snapdragon 888.  Berikut adalah hasilnya

Uji baterai: 7250 mAh yang cukup panjang

Untuk menguji baterai dengan kapasitas 7250 mAh memang membutuhkan banyak waktu. Sayangnya, aplikasi yang ada saat ini tidak merepresentasikan pemakaian sehari-hari. Sebuah pengujian menunjukkan bahwa pemakaian tablet tidak didominasi untuk bermain game, namun untuk hiburan, bekerja, serta sosial media.

Saya mengambil patokan dengan menggunakan sebuah file MP4 yang memakai resolusi 1920 x 1080 yang diulang sampai baterai habis. Huawei Matepad 11 dapat bertahan hingga 11 jam 55 menit. Setelah habis, saya langsung mengisi kembali baterainya dengan menggunakan charger bawaan 22,5 watt. Hasilnya, baterai akan terisi penuh dalam waktu kurang dari 2 jam.

Verdict

Mencari sebuah perangkat yang bisa dibawa kemana-mana serta multifungsi memang membutuhkan pemilihan yang tepat. Apalagi, saat ini sedang terjadi pandemi sehingga kegiatan bekerja dan sekolah harus dilakukan di rumah. Namun untuk urusan bobot yang ringan serta kemampuan untuk diinstalasikan banyak aplikasi, sebuah tablet bisa menjadi solusi. Solusi dari Huawei dengan Matepad 11 bisa menjadi pilihan.

Dengan menggunakan Qualcomm Snapdragon 865, perangkat ini menjadi sebuah tablet yang responsif dan kencang. Terlebih, SoC tersebut bisa menjalankan berbagai macam game yang saat ini beredar untuk platform Android yang bisa dijalankan pada HarmonyOS. Walaupun begitu, akan banyak pengguna yang cukup bingung untuk mencari alternatif aplikasi karena absennya GMS. Namun, masalah tersebut masih bisa diatasi dengan menggunakan fungsi Petal Search.

Tablet ini juga memiliki kamera yang bisa diandalkan dalam mengambil gambar maupun diajak rapat dengan menggunakan video conference. Tablet ini juga sudah dilengkapi dengan GPS yang bisa dipakai untuk menunjukkan lokasi secara real time. Hal tersebut didukung dengan baterai yang cukup besar yang mampu digunakan hampir seharian. Jika baterai besar tersebut dirasa kurang, pengguna masih bisa menggunakan solusi power bank untuk mengisi baterainya.

Huawei menjual Matepad 11 dengan konfigurasi 6/256 GB dengan harga Rp. 8.299.000. Untuk Smart Keyboard dijual pada harga Rp. 1.500.000 dan M Pencil di harga Rp. 1.299.000. Untuk harga tabletnya sendiri terlihat lebih terjangkau dengan SoC yang kencang sehingga akan nyaman digunakan saat bekerja, belajar, menonton video, mendengarkan musik, bahkan bermain game.

Sparks

  • Kencang dengan Snapdragon 865
  • Layar 120 Hz yang bagus
  • memiliki 4 speaker stereo yang suaranya kencang
  • Jika 256 GB kurang, masih bisa ditambah dengan microSD
  • Huawei Smart Keyboard sangat nyaman digunakan
  • M Pencil yang cukup responsif
  • Kamera menghasilkan gambar yang cukup baik

Slacks

  • HMS masih perlu bekerja sama dengan banyak developer aplikasi
  • Terlalu banyak icon bloatware yang memenuhi layar
  • Masih menggunakan charger 22,5 watt
Previous Story

TECNO POVA Neo Hadir di Indonesia, Unggulkan Baterai 6.000 mAh Dengan 18W Flash Charge

Netflix-Games
Next Story

Pengalaman Bermain Game di Netflix, Seseru Apa?

Latest from Blog

Don't Miss

Review Kingston NV3

Kingston NV3, NVMe SSD Kencang, Bisa Buat Banyak Aktivitas Termasuk Ponsel

Kebutuhan akan ruang penyimpanan di era konten saat ini semakin

Tablet Tertipis dan Teringan Huawei, MatePad Pro 12.2 Sudah Tersedia di Indonesia

Inovasi Huawei di pasar tablet memang terus mencuri perhatian banyak