Huawei Mate 30 Pro adalah smartphone Android, namun tanpa Google Mobile Services. Artinya, tanpa aplikasi bawaan Google seperti YouTube, Chrome, Drive, Gmail, dan layanan Google lainnya – termasuk toko aplikasi Play Store.
Sebagai gantinya, Mate 30 Pro menggunakan Huawei Mobile Services dan menyediakan AppGallery sebagai toko aplikasinya. Namun, Anda tetap tidak akan menemukan aplikasi Google di sini dan tidak semua aplikasi di Play Store ada di AppGallery.
Saya ambil contoh aplikasi populer yang sering digunakan seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, Lightroom, Netflix, Spotify, bahkan Gojek dan Grab pun tidak tersedia di AppGallery. Termasuk game-game populer seperti Mobile Legends: Bang Bang, PUBG, dan Call of Duty Mobile.
Ya, kita mungkin bisa mengunduh file APK-nya di website APK mirror misalnya. Namun, kita harus menginstal ulang aplikasi saat ada update aplikasi. Perlu dicatat juga, tanpa Google Mobile Services sejumlah aplikasi mungkin tidak berjalan optimal, beroperasi dengan beberapa keterbatasan, bahkan tidak bisa bekerja sama sekali.
Solusi lain, pengguna Mate 30 Pro bisa mengganti Huawei Mobile Services menjadi Google Mobile Services. Metodenya agak merepotkan bagi sebagian orang, serta mungkin ada resiko keamanan dan tersusup malware.
Kurang lebih itu yang harus kalian dipahami sebelum memutuskan untuk membeli Huawei Mate 30 Pro, konsekuensi berat tanpa dukungan Google. Desain cantik dengan layar melengkung, chipset yang super powerful, dan kemampuan kamera dengan label Leica menjadi beberapa daya tarik smartphone ini. Berikut review Huawei Mate 30 Pro selengkapnya.
Desain
Ada beberapa hal yang menonjol pada desain Huawei Mate 30 Pro, mulai dari layar yang melengkung, ukuran notch-nya, dan rakitan kamera belakangnya. Ya, layarnya tumpah ke samping 88 derajat sehingga saat smartphone diletakkan secara datar bezel samping tidak terlihat.
Layar dengan sisi lengkung ini membentang 6,53 inci, menggunakan panel OLED beresolusi 1176×2400 piksel (409 ppi) dalam rasio 18.5:9. Serta, mengemas DCI-P3 dan tampilan HDR10. Tak lupa, ada sensor NFC di body Mate 30 Pro.
Hanya menyisakan satu tombol power di sisi kanan dan Anda tidak akan menemukan tombol volume. Untuk menyesuaikan level suara, kita bisa mengetuk dua kali di atas tombol power dan mengusap ke atas ke bawah yang berlaku di sisi kiri juga. Selain untuk menyesuaikan volume, layar lengkung ini tidak aktif sehingga tak perlu takut kepencet saat memegang smartphone.
Menuju notch, area ini menampilkan kamera depan 32MP dengan aperture f/2.0, kamera TOF 3D yang digunakan untuk efek bokeh dan face recognitian, sensor proximity dan ambient light. Tak ada earpiece, suara dihantarkan lewat getaran di layar. Smartphone ini hanya punya satu speaker yang berada di sisi bawah bersama port USB Type-C, mikrofon, dan SIM Tray.
Unit yang saya review merupakan varian dual SIM dengan dua slot yang bersifat hybrid. Di mana slot kedua bisa dimanfaatkan untuk menyisipakan nano memori card. Lalu, di sisi atas terdapat mikrofon sekunder dan infra merah. Frame-nya sendiri terbuat dari alumunium, serta bagian depan belakang diproteksi oleh Gorilla Glass 6 dan body-nya tahan air dengan sertifikasi IP68.
Beralih ke belakang, rakitan triple-camera belakangnya (empat bila kamera ToF 3D dihitung) sangat mencolok dengan bingkai bulat yang menonjol. Tak jauh dari kamera, ada dual-LED flash, light temperature sensor, dan label Leica dengan keterangan lensa VARIO-SUMMILUX-H 1:1.6-2.4/18-80 ASPH. Unit yang saya review berwarna space silver, opsi lain tersedia dalam warna classic black, emerald green, dan cosmic purple.
Layar dan Antarmuka
Huawei Mate 30 Pro masih merupakan smartphone Android dan berjalan di atas Android 10 dengan antarmuka EMUI 10. Namun tanpa dukungan Google Mobile Services, jadi jangan kaget bila Anda tak menjumpai satu pun aplikasi atau layanan Google termasuk Play Store, serta tidak bisa menginstal aplikasi dan game populer.
Secara default, antarmuka EMUI 10 bergaya home screen satu lapis dengan Huawei Assistant di sisi paling kiri dan mengadopsi sistem navigasi berbasis gesture. Misalnya usap sisi kanan atau kiri bagian bawah ke tengah untuk fungsi back, usap dari bawah ke atas sisi bawah untuk ke home screen, serta usap setengah dan tahan dari bawah ke atas sisi bawah untuk menampilkan task switcher.
Layar dengan sisi melengkung Mate 30 Pro menggunakan panel OLED berukuran 6.53 inci dengan resolusi 1176×2400 piksel dalam aspek rasio 18.4:9 yang menyuguhkan tingkat kerapatan 409ppi. Di pengaturan layar, terdapat menu Color & Eye Comfort yang berisi opsi natural tone, color mode & temperature, dan eye comfort termasuk di dalamnya fitur flicker reduction.
Untuk sistem keamanan, smartphone ini dilengkapi optical under-display fingerprint scanner. Selain untuk unlock device, bisa juga dimenfaatkan untuk mengunci file manager dan aplikasi. Terdapat juga metode face unlock dengan kamera ToF yang menggunakan 3D scanner yang jauh lebih aman dibanding sekedar mengandalkan kamera depan.
Kamera dengan Label Leica
Membawa label Leica dan ranking tinggi di DXOMark, kemampuan foto dan video memang menjadi daya tarik utama Huawei Mate 30 Pro. Smartphone ini mengusung konfigurasi triple camera dan pada mode foto Pro, di mana hasil jepretannya bisa disimpan dalam format Raw.
Menurut saya, dukungan Raw ini sangat penting untuk memaksimalkan potensi setup kamera yang ditawarkan oleh Mate 30 Pro. Kamera utamanya 40MP Quad Bayer 27mm dengan filter RYYB dan dilengkapi OIS. Sensornya berukuran 1/1.7″ dengan aperture f/1.6.
Kamera kedua juga 40MP Quad Bayer dengan lensa ultra-wide 18mm dan yang menarik ialah ukuran sensor gambarnya terbilang terbesar di kelas smartphone yakni 1.54″ dengan aperture f/1.8. Secara default, hasil bidikannya berada di resolusi 10MP pada aspek rasio 4:3 dan tersedia juga opsi 40MP 4:3 di pengaturan kamera.
Kamera yang ketiga 8MP dengan lensa telephoto 80mm dengan OIS dan aperture f/2.4 yang menyuguhkan fasilitas 3x optical zoom dan hingga 30x digital zoom. Serta, kamera ekstra 3D ToF untuk efek bokeh dan meningkatkan autofocus-nya.
Untuk antarmuka aplikasi kameranya cukup fungsional dan saat memotret dalam posisi landscape, ada tombol rana ekstra di sisi atas sebelah kiri. Pada mode foto, sisi kiri terdapat akses ke pengaturan kamera, picture style, pengaturan flash, Master AI yang mampu mengenali dan mengatur ulang pengaturan kamera hingga 1.500 scene, serta scan shopping.
Picture style atau efek yang tersedia adalah Leica standard, Leica vivid, Leica smooth, sentimental, impact, ND, valencia, blue, halo, nostalgia, dan dawn. Slider untuk beralih focal length dari wide sampai 30x zoom digital ada di sisi bawah.
Selain mode photo, mode utama lainnya dari yang paling kiri ada mode aperture, night, portrait, video, Pro, dan sisinya ada di ‘more‘. Ada mode monochrome, HDR, stickers, panorama, light painting, moving picture, dual-view, slow-mo, AR lens, time-lapse, dan documents.
Pada mode foto Pro, pengguna Mate 30 Pro diberi sistem kontrol manual layaknya kamera digital. Kita bisa mengatur white balance (2.800-10.000K), mode AF (AF-C, AF-S, dan MF), exposure compensation, shutter speed (1/4000 – 30s), ISO dari 50-6.400, dan metering focus.
Masih di mode Pro, picture style yang bisa digunakan hanya ada tiga yaitu Leica standard, Leica vivid, dan Leica smooth. Lalu, di sini kita bisa menggunakan fungsi zoom secara leluasa – focal length yang tersedia hanya 1x, wide, dan 3x opctical zoom.
Tengok ke pengaturan resolusi kamera, ada opsi untuk menyimpan di format Raw. Kenapa ini penting? Karena foto dalam format ini mengandung semua informasi yang ditangkap oleh kamera, tidak ada yang dikurangi untuk fleksibilitas editing.
Lalu, yang menggembirakan lagi adalah mode Pro juga tersedia di opsi perekam video. Kurang lebih sama, bedanya tidak ada opsi shutter speed dan kemampuan zoom bisa sampai 5x. Sementara, di mode video standar bisa menggunakan zoom sebanyak 10x, semua efek picture style bisa digunakan, termasuk mode beauty.
Kamera belakangnya ini sanggup merekam video hingga resolusi 4K pada 60fps dengan kamera utama dan ultra wide. Fitur video stabilization tetap aktif, meskipun tak ada opsi khusus untuk menyalakan dan mematikannya. Sedangkan, kamera depannya sebatas 1080p 30fps. Bagi yang suka bereksplorasi dengan fitur slow-mo, ada opsi 1080p pada 120fps, 240fps, hingga 960fps. Serta, 720p pada 1920fps atau 7680fps.
Satu lagi, Leica sendiri memang punya kamera yang hanya menggunakan sensor monochrome atau black & white dan masih digandrungi untuk menciptakan foto dengan nilai seni tinggi. Pada Mate 30 Pro, Huawei juga turut melengkapi mode foto monochrome-nya dengan sejumlah opsi dari mode normal, aperture, portrait, hingga mode Pro.
Berikut hasil foto dari Huawei Mate 30 Pro:
Hardware & Performa
Bertenaga chipset HiSilicon Kirin 990 yang dibuat pada proses fabrikasi 7nm, Huawei Mate 30 Pro adalah smartphone dengan performa super powerful yang ada di pasaran saat ini. Di dalam SoC tersebut terdapat CPU octa-core dengan tiga cluster, terdiri dari 2×2.86 GHz Cortex-A76, 2×2.09 GHz Cortex-A76, dan 4×1.86 GHz Cortex-A55.
Pengolahan grafisnya mengandalkan GPU Mali-G76 MP16 (16 core) pada kecepatan 600MHz. Lengkap dengan sepasang dedicated neural processing unit (NPU) untuk menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan kecerdasan buatan.
Lalu, didukung pula RAM 8GB dan penyimpanan UFS 3.0 dengan kapasitas 128GB atau 256GB. Bila kurang, ruang simpan masih bisa diperluas lewat penggunaan standar memori milik Huawei yang disebut nano memory. Tangki baterainya sebesar 4.500 mAh yang mendukung pengisian cepat Huawei SuperCharge dengan adapter bawaan 40W dan 27W wireless charging.
Verdict
Huawei Mate 30 Pro adalah smartphone Android flagship tanpa dukungan Google dan ekosistem Android. Jadi, terus terang smartphone ini kurang cocok dijadikan sebagai daily driver utama orang Indonesia. Kecuali kalau Anda suka tantangan atau dijadikan sebagai smartphone kedua.
Ya, sebetulnya ada cara untuk mengganti Huawei Mobile Services menjadi Google Mobile Services sehingga mendukung Play Store dan menginstal aplikasi atau game dengan mudah. Namun, sekali lagi prosesnya repot dan keamanannya pun dipertanyakan.
Lalu harus diakui, Huawei Mate 30 Pro adalah smartphone kamera sejati dan sudah dijelaskan di atas kebolehannya. Namun, kebanyakan smartphone flagship kompetitor juga mengedepankan kemampuan kamera juga. Sebagai penutup, balik lagi ke poin pertama – apa kalian siap tanpa Google?
Sparks
- Layar OLED dual-curved yang cantik
- Punya fingerprint reader under display optical dan 3D face recognition
- Body tahan air dengan sertifikasi IP68
- Smartphone kamera, bawa label Leica dan dukungan format Raw
- Rekaman 4K 60fps dengan video stabilization aktif
- Chipset Kirin 990 yang powerful
Slacks
- Smartphone Android 10, tapi tanpa Google Mobile Services
- Ketersediaan aplikasi dan game di AppGalerry sangat terbatas
- Rentan terjangkit malware bila menginstal APK aplikasi