15 August 2019

by Lukman Azis

[Review] Canon EOS 200D II, Era Kamera DSRL Belum Berakhir

Tampang boleh terlihat jadul, tapi kualitas fotonya sangat solid

Lewat sistem EOS R (full frame) dan EOS M (APS-C), Canon tengah fokus menggarap lini kamera mirrorless mereka sambil terus merawat lini DSLR-nya. Transisi dari DSLR ke mirrorless ini memang diperlukan, sejalan dengan perkembangan teknologi.

Belum lama ini, Canon telah me-refresh lini DSLR entry-level mereka dengan EOS 200D mark II. DSLR dengan wujud ringkas nan ringan ini dibanderol dengan harga Rp10 juta di Indonesia.

Ya, pada rentang harga yang sama telah bertengger dengan kokoh kamera mirrorlessEOS M50. Di mana dimensinya lebih ringkas dan berpenampilan modern, lalu apa yang ditawarkan dari oleh EOS 200D II ini? Berikut review Canon EOS 200D II selengkapnya.

Desain Canon EOS 200D II

Tampang jadul dengan grip besar dan 'punuk' yang menonjol justru memberikan kesan yang mendalam bagi kalangan tertentu. Saya termasuk di dalamnya dan merasakan sensasi nostalgia, saya pun cenderung memotret menggunakan optical viewfinder daripada layar-nya.

EOS 200D II mengemas fitur Live View dengan layar sentuh mekanisme fully articulated, layarnya bisa ditarik keluar dan diputar 180 derajat menghadap ke depan. Lebih leluasa untuk menyusun komposisi dan sangat berguna saat nge-vlog.

Berat kamera ini 654 gram, dengan lensa kit EF-S 18-55mm f/4-5.6 IS STM. Aperture-nya tidak konstan, bukaan maksimalnya f/4 pada panjang fokal 18mm dan f/5.6 pada 55mm.

Untuk build quality-nya, EOS 200D II memilki body dari material yang hampir semua konstruksinya terbuat dari plastik. Harus diakui memang terasa kurang premium, tapi sisi baiknya bobotnya cukup ringan.

Unit yang saya review berwarna silver yang tampil cukup mencolok, dengan grip berwarna coklat. Grip-nya berlapis karet untuk mempererat cengkraman tangan.

Sistem Kontrol Canon EOS 200D II

Dibanding kamera mirrorless seperti EOS M50, desain EOS 200D II memang terkesan 'ketinggalan zaman'. Menurut saya, hal tersebut justru menjadi keunikan tersendiri.

Bentukan EOS 200D II dengan ukuran grip-nya yang besar membuatnya lebih nyaman dipakai untuk aktivitas memotret dalam durasi lama. Serta, aman bahkan bila memotret menggunakan satu tangan.

Kamera DSLR ini memiliki mode pengambilan foto dan video yang terpisah, bersama tuas untuk menonaktifkan kamera yang terletak pada sisi atas sebelah kanan. Hanya ada satu roda kontrol putar (dial), fungsinya untuk mengatur shutter speed. Namun dengan menekan kombinasi tombol Av, Anda dapat mengatur nilai aperture dengan roda tersebut.

Masih pada sisi atas sebelah kanan, terdapat juga tombol ISO dan DISP yang ukurannya kecil - saya telat menyadari keberadaan mereka. Pada punuk kamera, dihuni oleh hot shoe dan LED flash.

Pada sisi samping kamera dapat ditemui port mikrofon 3.5mm dan mini HDMI. Sayangnya, kamera ini tidak mendukung pengisian daya lewat USB. Jelas hal ini cukup merepotkan karena kita harus bawa-bawa adaptor charger khusus bawaannya.

Pengalaman Menggunakan Canon EOS 200D II

Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Kamera ini memiliki antarmuka layar sentuh yang simpel dan berbagai mode yang sangat mudah dimengerti. Sangat ideal buat belajar fotografi, Anda bisa mempelajari dari dasar-dasarnya. Terdapat juga mode Full Auto, di mana Anda hanya perlu fokus mengatur komposisi dan menekan tombol rana.

Setelah kamera dihidupkan, optical viewfinder adalah metode standar pemotretan pada EOS 200D II. Anda bisa beralih ke Live View dengan menekan tombol switch yang berada persis disamping kanan viewfinder.

Buat saya, memotret menggunakan optical viewfinder menyuguhkan experience 'real camera' dan juga memakan sedikit daya. Sebagai pembanding, EOS 200D II mampu bertahan hingga 1.070 jepretan per charge menggunakan jendela bidik optik dan hanya 300 jepretan menggunakan Live View.

Kedua pemotretan ini memiliki sistem autofocus yang berbeda. Optical viewfinder memiliki 9 titik yang bekerja sangat cepat, sementara Live View memiliki 3.975 titik fokus.

Kemampuan Foto Canon EOS 200D II

Canon EOS 200D II juga disebut EOS 250D di sejumlah negara, kamera ini mengusung sensor CMOS APS-C beresolusi 24,1MP dengan sistem autofocus Dual Pixel CMOS AF dan prosesor DIGIC 8 baru.

Prosesor DIGIC 8 merupakan pembaruan yang sangat penting di sini. Selain memastikan performa kamera berjalan lancar, ia juga berkontribusi besar atas fitur-fitur yang ditawarkan.

Sebut saja, Eye Detection AF di Live View, kemampuan memotret beruntun 5 fps, perekaman video 4K 25fps, dan battery life yang sangat mengesankan. Rentang ISO yang bisa digunakan cukup luas, dari 100 hingga 25.600 (dapat diperluas hingga 51.200) yang memungkinkan untuk memotret dalam berbagai kondisi pencahayaan.

Saya cukup terkesan dengan fleksibilitas lensa kit Canon EF-S 18-55mm f/4-5.6 IS STM, sudah mencukupi untuk berbagai kegiatan fotografi. Ukuran lensa ini cukup compact, dilengkapi tuas stabilizer dan focus mode. Dukungan image stabilization tentunya sangat berguna saat menggunakan shutter speed rendah untuk menekan nilai ISO agar hasilnya tetap tajam.

Hasil foto JPG-nya sangat mengesankan, ciri khas warna Canon terlihat menyenangkan dipandang. Untuk kualitas optimal, Anda bisa menyimpan foto dalam format Craw untuk fleksibel dalam editing tapi tetap hemat memori.

Untuk pertama kalinya, fitur seperti Creative Assist dan Smooth Skin terbenam dalam EOS DSLR guna membantu menghasilkan efek yang diinginkan. Berkat koneksi nirkabel, kita bisa mengakses hasil foto EOS 200D II dan mengirimkannya secara mudah ke smartphone.

Kamera ini sudah dilengkapi konektivitas Bluetooth dan WiFi, kita bisa menghubungkan kamera dan smartphone lewat aplikasi Canon Camera Connect. Bila perlu, kita bisa mengaturnya agar setiap bidikan langsung di-transfer ke smartphone.

Bagaimana dengan kemampuan perekam videonya? Lumayan, kamera ini mampu merekam video 4K pada 30fps dengan crop 1,7x dan 1080p hingga 60fps. Sudah mencukupi untuk keperluan pembuatan video di YouTube, meski tanpa dukungan picture profile.

Berikut hasil jepretan dari Canon EOS 200D II:

Verdict

Kita telah memasuki era kamera mirrorless, DSLR mulai ditinggalkan. Bukan hanya perkara soal dimensi yang lebih ringkas, tampilan lebih modern, tapi teknologi itu sendiri. Meski begitu, kalau bicara soal kualitas - kamera DSLR masih sangat solid.

Pada segmen entry-level, kamera DSLR mungkin akan sedikit kewalahan menghadapi kamera mirrorless. EOS 200D II sendiri harus berhadapan langsung dengan saudaranya EOS M50, belum lagi sejumlah kompetitor di kelasnya.

Menurut saya, kamera ini sangat ideal buat kalian yang memiliki minat untuk belajar fotografi. EOS 200D II mampu memberikan kualitas foto yang bagus dan lensa bawaannya mencakup banyak kebutuhan fotografi. Soal perekaman video, kualitas video 4K dan port mikrofon 3.5mm juga dimiliki meskipun tanpa dukungan picture profile.

Sparks

  • Prosesor DIGIC 8, kinerja cepat
  • Eye Detection AF di Live View
  • Perekaman video 4K 25fps
  • Layar sentuh dengan mekanisme fully articulated
  • Grip besar dan sistem kontrol mudah
  • Daya tahan baterai panjang menggunakan optical viewfinder
  • Konektivitas nirkabel

Slacks

  • Desain DSLR dengan Punuk besar yang terlihat jadul
  • Body dari material plastik, terasa kurang premium
  • Tidak ada pengisian USB