28 November 2021

by Galih

Kompilasi Review Battlefield 2042: Comeback yang Terkendala Masalah Teknis

Saya merangkum sejumlah review dari beberapa media yang telah memainkan Battlefield 2042.

Menyebut nama Battlefield tentunya membawa ingatan para gamer untuk kembali ke medan perang masif dengan berbagai artileri dan kendaraan tempur serta medan perang yang penuh dengan kekacauan.

Tahun ini harusnya menjadi comeback bagi seri Battlefield yang sudah absen selama kurang lebih 3 tahun. Dan dengan mengusung kembali konsep modern dengan kemasan lebih masif, EA mempersiapkan Battlefield 2042 sebagai surat cinta bagi para fans yang sudah rindu untuk kembali bertempur.

Sayangnya, penantian yang cukup lama tersebut kelihatannya tidak memenuhi ekspektasi para fans. Apalagi bagi mereka para fans hardcore yang telah rela membeli versi “mahal” untuk dapat mengakses game-nya terlebih dahulu.

Mulai dari masalah teknis yang tidak juga terselesaikan bahkan setelah game-nya dirilis resmi, hingga ke perubahan gameplay yang tidak disambut dengan tangan terbuka oleh para fans. Peter Dragula dari SECTOR.sk bahkan menyebut bahwa masa depan dari seri Battlefield terlihat sangat-sangat buruk.

Tidak ada cerita, tidak masalah

Battlefield 2042 menjadi game pertama dari serinya yang akhirnya secara penuh meninggalkan story campaign yang sebelumnya selalu hadir sejak Battlefield 3. Namun keputusan tersebut sepertinya tidak mempengaruhi game-nya karena sejak awal campaign bukanlah kekuatan utama dari Battlefield.

David Martinez dari HobbyConsolas bahkan memuji keputusan Battlefield 2042 untuk menghilangkan campaign dan fokus pada hal terbaik yang mereka lakukan, yaitu mode multiplayer yang mendalam dan menyenangkan.

Lebih besar, lebih luas, lebih melelahkan

Image credit: EA

Absennya konten campaign dan single-player memberikan ruang gerak lebih sekaligus kewajiban untuk menyediakan konten online yang sebanding. Digital Trends menyebut bahwa Battlefield 2042 berhasil memenuhi harapan tersebut, dan bahkan melampauinya.

Salah satu peningkatan yang ditawarkan EA dan DICE pada Battlefield 2042 ini adalah pertempuran dengan skala yang lebih masif. 128 pemain yang terbagi dalam dua kelompok dan saling berperang di dalam map berukuran masif memang terlihat bagus secara konsep.

Namun nyatanya, hal tersebut berbanding terbalik dalam prakteknya. Stella Chung dari IGN bahkan menyebut game-nya malah membuat frustasi bahkan sejak di lobi karena banyaknya pemain yang ada di dalamnya. Banyak yang mengeluhkan bahwa selama permainan mereka hanya dihabiskan untuk berjalan dari titik kemunculan dan mati oleh sniper di perjalanan untuk menuju peperangan.

Mode sampingan yang malah mencuri perhatian

Selain pertempuran masif klasiknya, Battlefield 2042 juga memberikan dua mode baru untuk dicoba para pemain yaitu Hazard Zone dan Portal. Keduanya memang memberikan pengalaman baru bagi para pemain, meskipun bukan pengalaman yang benar-benar solid.

Hazard Zone merupakan mode yang membuat pemain bermain dalam squad melawan empat squad lain untuk mengumpulkan objektif berupa data drive yang tersebar di seluruh map. Sedangkan Portal merupakan mode yang memungkinkan pemain memainkan map-map dari game-game Battlefield sebelumnya dengan kualitas Battlefield 2042.

Kedua mode tambahan ini, terutama Portal disebut-sebut sebagai mode terbaik yang dimiliki oleh game ini. Toby Berger dari Press Start Australia menyebut bahwa Hazard Zone merupakan mode yang menyenangkan, namun Battlefield Portal jelas mencuri perhatian dalam game ini.

Spesialis yang berujung tidak spesial

Image credit: EA

Fitur baru yang cukup banyak dipermasalahkan oleh para fans adalah hadirnya sistem Spesialist yang menggantikan sistem kelas yang sebelumnya selalu digunakan dalam seri Battlefield. Sistem kelas yang sebelumnya ada empat dengan kemampuan dan tugas spesifiknya masing-masing kini digantikan dengan 10 tipe spesialist dengan kemampuan khusus dan gadget uniknya.

Sayangnya, kemampuan-kemampuan baru dari para Specialist ini tidak mampu membawa perubahan yang berarti dalam permainannya seperti yang diungkapkan Josh West dari Gamesradar. Apalagi para Specialist ini tidak memiliki tugas spesifik, sehingga tipe Specialist apapun yang digunakan tetap bisa diubah menjadi kelas yang diinginkan lewat modifikasi loadout dan senjata yang dapat dilakukan.

Pada akhirnya pilihan Specialist ini hanya sekadar skin karakter dengan secuil gadget unik yang memberikan pengalaman berbeda bagi para pemain. Phil Hornshaw dari Gamespot bahkan menyebut beberapa Specialist dalam game-nya terasa tidak berguna.

Pencarian identitas baru yang tidak diperlukan

Selain skala permainan yang diperbesar, EA dan DICE juga memberikan perubahan pada sistem permainannya. Mulai dari tampilan antarmuka dan sistem loadout yang membingungkan para pemain, hingga ke sistem kelas pemain yang telah dibahas sebelumnya.

Secara garis beras, DICE seperti ingin mencari identitas baru untuk Battlefield 2042. Namun sayangnya usaha untuk memasukkan elemen-elemen modern yang diambil dari game-game shooter lainnya tersebut malah mengacaukan pengalaman bermainnya secara keseluruhan.

Chris Jarrard dari Shacknews bahkan mengutarakan Battlefield 2042 membutuhkan lebih banyak waktu dalam pengembangannya untuk mematangkan apa yang membuat seri Battlefield dicintai ketimbang menjadi game yang berusaha untuk memiliki banyak hal untuk beragam pemain namun terasa setengah jadi.

Kualitas grafis yang harus dikorbankan

Selama bertahun-tahun EA berhasil membuat Battlefield sebagai salah satu tolak ukur perkembangan grafis untuk game-game shooter. Namun sayangnya hal tersebut harus absen pada Battlefield 2042. Dengan menitikberatkan game-nya pada performa teknis untuk menampung 128 pemain dalam map yang jauh lebih luas, grafis yang dihadirkan tidak mengalami lompatan inovasi dan bahkan mundur di beberapa aspek dari game sebelumnya.

YouTuber ">Nick930 memberikan perbandingan detail mengenai perbandingan grafis antara Battlefield 2042 dengan Battlefield V. Ternyata di luar dukungan tekstur yang lebih tajam, hampir semua aspek dalam Battlefield 2042 lebih inferior dari sebelumnya.

Aspek-aspek grafis yang memberikan sensasi next-gen seperti efek pencahayaan, ledakan, refleksi hingga beragam efek dirasa kurang maksimal. Namun memang pengorbanan tersebut dilakukan agar Battlefield 2042 dapat mendapatkan stabilitas performa yang dibutuhkan.

Masih butuh banyak penyempurnaan

Image Credit: EA

Game-game yang dirilis pada tahun 2021 ini kebanyakan memiliki masalah utama pada game yang tidak optimal dan Battlefield menjadi salah satunya. Sejak perilisan early-access-nya, Battlefield 2042 menderita beragam masalah. Mulai dari game yang sering crash, susahnya untuk tersambung ke server game hingga bug, dan glitch yang kerap terjadi di dalam game-nya.

Alex dari GameInformer bahkan mengatakan bahwa beragam bug yang ia alami meskipun minor menghilangkan kesenangan yang ia miliki saat bermain. Hal ini bahkan membuat para pemain early-access berbondong-bondong melakukan refund untuk game-nya bahkan sebelum Battlefield 2042 dirilis secara resmi pada 19 November lalu.

DICE memang tidak tinggal diam dan terus berusaha memperbaiki berbagai masalah yang ada dengan mengeluarkan patch perbaikan secara berkala. Hingga artikel ini dibuat, game ini dikabarkan akan mendapatkan perbaikan besar-besaran dalam beberapa minggu.

Penutup

Image Credit: EA

Anthony Shelton dari GamingTrend menyebut bahwa Battlefield 2042 merupakan game yang ambisius namun tidak dapat mencapai ambisinya. Usaha EA dan DICE untuk memasukkan beragam hal baru ke dalam game-nya membuat Battlefield 2042 malah terasa sedang mengalami krisis identitas.

DICE memang masih memiliki banyak ruang dan waktu untuk membenahi Battlefield 2042 seperti yang diungkapkan Martin Robinson dari GameInformer. Apalagi melihat EA ingin membuat game ini memiliki umur panjang dengan membawanya sebagai game-as-service. Namun bagaimanapun juga, tidak semua pemain memiliki tingkat kesabaran yang sama bila masalah-masalah besar pada game ini tidak segera diperbaiki.