Dark
Light

[Review] ASUS Zenfone 8, Android Flagship Mini Yang Mudah Ditangani

5 mins read
February 14, 2022
Review-ASUS-Zenfone-8-38

Di bisnis smartphone, ASUS mengandalkan lini smartphone gaming ROG Phone yang perkasa untuk bermain game dan smartphone premium Zenfone untuk bertarung di segmen atas. Sejak Zenfone 6, ASUS mengadopsi mekanisme flip camera yang inovatif, satu set kamera menghadap ke belakang yang dapat berputar hingga 180 derajat ke depan dan itu berlanjut sampai ke Zenfone 8 Flip.

Namun ASUS merancang ulang Zenfone 8 original sebagai smartphone Android flagship paling compact dengan layar 5,9 inci tanpa mengorbankan aspek penting lainnya. Termasuk kualitas layar, kemampuan kamera, performa, maupun daya tahan baterai.

Di Indonesia, saingan Zenfone 8 bukanlah smartphone Android melainkan melawan Apple. Diotaki chipset Snapdragon 888 dan dibanderol mulai dari Rp8 juta, Zenfone 8 pun sanggup berhadapan langsung dengan iPhone 12 mini ataupun iPhone 13 mini.

Seberapa kecil Zenfone 8 dan seberapa nyaman digunakan dengan satu tangan? Simak review ASUS Zenfone 8 selengkapnya di bawah ini.

Seberapa Kecil Zenfone 8?

Untuk menggambarkan betapa mungilnya Zenfone 8, saya telah membandingkannya dengan beberapa smartphone kelas menengah keluaran 2021. Bisa Anda lihat, bentuknya lebih ramping, tingginya menyusut tetapi tetap langsing karena masih mempertahankan aspek rasio 20:9.

Hadir dengan layar 5,9 inci, Zenfone 8 adalah smartphone Android flagship paling kecil yang bisa Anda dapatkan di Indonesia karena para kompetitor di kelasnya mengusung layar lebih dari 6 inci. Tingginya 148 mm, lebar 68,6 mm, ketebalannya di angka 8,9 mm, dan beratnya 169 gram.

Dalam hal ukuran, Zenfone 8 lebih kecil dari Galaxy S21 5G yang berlayar 6,2 inci dengan dimensi 151,7×71,2×7,9 mm. Serta, hanya sedikit lebih besar dari iPhone 13 mini dengan layar 5,4 inci dan dimensi 131,5×64,2×7,7 mm. Seperti flagship Samsung dan Apple, bodi Zenfone 8 juga sudah mengantongi sertifikasi IP68.

Di genggaman tangan, build quality Zenfone 8 terasa amat premium dan solid. Bingkainya terbuat dari material aluminium, bagian muka diproteksi Gorilla Glass Victus dan bagian belakang berlapis Gorilla Glass 3 yang sedikit melengkung dengan lapisan matte yang tahan terhadap goresan.

Walau mungil, ASUS masih mempertahankan fitur jack audio 3,5 mm dengan Qualcomm Aqstic DAC yang disematkan di atas. Pengguna dapat menggunakan kembali headset kabel favorit pada Zenfone 8, perangkat ini juga memiliki speaker stereo.

Beralih ke bawah, bisa dijumpai port USB-C, SIM tray berbentuk hybrid, mikrofon, dan LED notifikasi. Sementara, tombol power dan volume-nya diletakkan di sisi kanan bodi. Tombol power-nya di cat warna biru yang tampak kontras, dengan fitur smart key Anda dapat menekan dua kali tombol power untuk akses cepat ke aplikasi tertentu.

Di pojok kiri atas, tersisip punch hole yang menampung kamera depan 12 MP. Sensor sidik jarinya terletak di bawah layar dengan jenis optical, posisinya lebih tinggi dari biasanya tetapi masih dalam kuasa ibu jari dan kinerja konsisten selama layar dan jari bersih.

Apakah Nyaman Digunakan Dengan Satu Tangan?

Kalau selama ini Anda mengidam-idamkan smartphone Android flagship berukuran mini dengan performa besar, maka Zenfone 8 mungkin memang tercipta untuk Anda. Dengan ukurannya, sangat praktis menyimpannya ke dalam kantong celana dan yang paling penting nyaman digunakan dengan satu tangan.

Berkat aspek rasio memanjang 20:9 membuatnya mudah ditangani dengan satu tangan, tetapi hanya sekitar 50% area layar yang bisa dicapai oleh ibu jari. ASUS mengatasinya dengan mode one-handed, cukup swipe area bezel bawah layar ke atas dan layar akan mengecil.

Jadi, Anda tetap dapat memegang Zenfone 8 dengan mantap tanpa perlu mengubah posisi tangan untuk mencapai area layar bagian atas yang beresiko membuat smartphone tergelincir. Karena layarnya tidak terlalu lebar, aktivitas mengetik dengan satu tangan juga terasa begitu mudah.

Pengaturan lanjutan mode one-handed bisa diakses di settings dan pilih advanced. Anda bisa menyesuaikan sensitivitas gesture, antara low, medium, atau high. Serta, bisa menyesuaikan ketinggian maksimum mode one-handed menjadi lebih dari setengah ukuran layar.

Layar 5,9 inci tidak benar-benar kecil, saya telah mencobanya untuk berbagai skenario penggunaan. Mulai dari browsing dan membaca artikel, nonton film, hingga bermain game – saya sama sekali tidak mengalami kesulitan.

Dalam hal kualitas layar, Zenfone 8 menggunakan panel AMOLED E4 buatan Samsung. Ditopang resolusi 2.400×1.080 piksel yang menyuguhkan kerapatan layar yang sangat tajam mencapai 445 ppi dengan kecerahan maksimum 800 nits di luar ruangan dan kecerahan puncak mencapai 1.100 nits.

Layarnya mendukung refresh rate adaptif 120Hz, response time 1ms, dan touch sampling rate 240Hz untuk pengalaman gaming kompetitif yang maksimal. ASUS menyediakan tiga mode refresh rate di pengaturan layar, 60Hz, 90Hz, 120Hz, dan auto yang terpilih secara default.

Opsi refresh rate juga tergantung pada system mode di pengaturan baterai, secara default Zenfone 8 menggunakan dynamic mode, pilih high performance mode jika Anda ingin semuanya berjalan pada 120Hz. Bila memilih refresh rate 60Hz, Anda bisa mengaktifkan fitur low brightness DC dimming yang akan mengurangi screen flicker (getaran layar) di kondisi minim cahaya.

Selain itu, layarnya juga sudah mengantongi HDR10+ dan termasuk Widevine L1 untuk menikmati konten film ataupun acara series dalam resolusi HD di Netflix dan Disney+ Hotstar misalnya. Serta, mendukung color gamut 112% DCI-P3 dan akurasi warna Delta-E < 1 untuk menangani kebutuhan kreatif yang menuntut akurasi warna tinggi.

Kamera Cukup Untuk Bikin Konten?

Total hanya ada tiga unit kamera yang melekat di tubuh Zenfone 8, satu di bagian depan dan dua lainnya berada di belakang. Meski jumlahnya sedikit, tetapi ketiganya mengandalkan sensor gambar buatan Sony dan dilengkapi sistem dual pixel PDAF.

Kamera utamanya 64 MP menggunakan sensor Sony IMX686 berukuran 1/1.7 inci dengan piksel 0,8µm dan filter quad-bayer RGGB. Secara default, Zenfone 8 dapat menghasilkan foto optimal 16 MP dengan piksel besar 1.6µm atau 64 MP dengan piksel 0,8µm.

Sensor ini dipasangkan dengan lensa 26mm, aperture f/1.8, serta dilengkapi sistem dual-pixel PDAF dan fitur optical image stabilization (OIS). Kombinasi tersebut menghadirkan kemampuan 2x lossless zoom, kamera akan memotret dalam resolusi penuh 64 MP, kemudian memotong bagian tengah 16 MP dan menyempurnakannya, hasilnya terbilang lumayan tajam di kondisi pencahayaan cukup.

Kamera yang kedua 12 MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 14mm yang mencakup bidang pandang 112 derajat, menggunakan sensor Sony IMX363 berukuran 1/2.55 inci dengan piksel 1,4µm. Berkat sistem dual pixel PDAF, kamera ultrawide ini dapat dimanfaatkan untuk pemotretan macro dengan jarak sekitar 4cm.

Untuk kamera depannya 12 MP menggunakan sensor Sony IMX663 1/2.93 inci dengan piksel 1.22µm dan lensa 28mm f/2.45. Sekali lagi, berkat fitur dual pixel PDAF Anda dapat merekam video bergaya vlog dengan hasil lebih baik dan mendukung hingga 4K 30fps.

Pembuatan konten video dengan Zenfone 8 terbilang mumpuni, kamera utamanya dapat merekam video mencapai 8K pada 24fps dan 4K pada 30fps atau 60fps dengan dukungan EIS untuk mode HyperSteady, audio zoom dengan tiga mikrofon, dan wind noise reduction.

Semua fasilitas tersebut dapat dimanfaat secara penuh, karena Zenfone 8 ASUS memiliki mode video pro yang menyediakan kontrol penuh. Termasuk ISO dari 25 hingga 3.200, exposure value (EV) dari -2 hingga +2, shutter speed dari 1/60 hingga 1/10.000, white balance dari 2.750K hingga 7.500K, dan manual focus.

Fitur video lainnya termasuk time-lapse, slow-motion 1080p hingga 240fps atau 4K 120fps, dan motion tracking pada 1080p 60fps atau 4K 60fps. Absennya kamera dengan lensa telephoto memang cukup disayangkan, dengan kemampuan 3x optical zoom seperti milik Zenfone 8 Flip, potensi pembuatan konten kreatif bisa lebih jauh.

Berikut beberapa hasil foto kamera Zenfone 8:

Performa Tanpa Kompromi

Tanpa kompromi dengan performa, Zenfone 8 ditenagai chipset flagship Qualcomm tahun 2021 yakni Snapdragon 888 5G (5nm) yang masih amat powerful untuk menunjang kebutuhan smartphone tahun ini.

SoC ini memiliki arsitektur tri-cluster octa-core yang sekitar 25% lebih cepat dari CPU Snapdragon 865. Terdiri dari 1x Kryo 680 2.84 GHz berbasis Cortex-X1, 3x Kryo 680 2.42 GHz berbasis Cortex-A78, dan 4x Kryo 680 1.80 GHz berbasis Cortex-A55, serta GPU Adreno 660 yang menawarkan peningkatan kinerja 35% dibandingkan Adreno 650 di dalam Snapdragon 865,

Ditopang RAM 8GB LPDDR5 dan penyimpanan internal UFS 3.1 128GB atau RAM 16GB dengan penyimpanan 256GB. Selama penggunaan beberapa minggu, performa smartphone Android 11 dengan ZenUI ini selalu terasa responsif, animasi dan interaksinya mulus, serta dapat mengimbangi penggunaan yang menuntut termasuk multitasking dan bermain game.

Meski ringkas, Zenfone 8 dilengkapi baterai yang cukup besar dengan kapasitas 4.000 mAh. Didukung pengisian cepat 30W, ASUS menjanjikan pengisian 60% dalam 25 menit, 80% dalam 38 menit, dan 100% dalam 80 menit.

Verdict

Saya pernah merasa cukup frustasi dengan ukuran smartphone yang lebih besar, tepatnya ketika masih WFO sehingga saya tetap bisa mengakses smartphone dengan mudah dalam perjalanan ketika bepergian. Namun saya telah menghabiskan banyak waktu me-review berbagai smartphone terbaru dengan layar besar dan telah terbiasa.

Ketika Zenfone 8 datang, saya tidak bisa menyembunyikan kesenangan yang timbul ketika pertama kali menggenggamnya. Ukuran Zenfone 8 membuatnya mudah ditangani dengan satu tangan, tetapi layar 5,9 inci tidak benar-benar kecil, berbagai skenario telah saya coba dan sama sekali tak menemui kesulitan.

Konsep Zenfone 8 kurang lebih mirip seperti iPhone versi mini dari Apple, ia adalah versi kecil dari Zenfone 8 Flip tanpa mengurangi performa. ASUS tetap mengandalkan Snapdragon 888, chipset flagship Qualcomm tahun 2021 yang kekuatannya tak perlu diragukan lagi bahkan untuk penggunaan di tahun 2022.

Zenfone 8 adalah jawaban dari ASUS untuk mereka yang selama ini mengidam-idamkan smartphone Android flagship berlayar kecil dengan performa besar. Nyaman digunakan dalam satu tangan dan mudah keluar masuk kantong.

Sparks

  • Bodi ringkas dan tangguh dengan sertifikasi IP68 dan Gorilla Glass Victus
  • Layar AMOLED 5,9 inci 120Hz
  • Chipset powerful Snapdragon 888
  • Sensor gambar Sony dan fitur kamera yang lengkap
  • Harga mulai Rp8 jutaan

Slacks

  • Tanpa kamera dengan lensa telephoto
  • Tidak mendukung pengisian nirkabel
Previous Story

Zynga Akuisisi Studio Spesialis Game Hyper-Casual, NanoTribe

Next Story

Total Pendapatan PUBG Mobile di Tahun 2021 Capai $1,18 Miliar

Latest from Blog

Don't Miss

Perbandingan Xiaomi 14T dan Xiaomi 14T Pro

Jangan Salah Pilih, Ini Perbandingan Xiaomi 14T dan Xiaomi 14T Pro Terbaru dengan Kamera Leica

Xiaomi Indonesia kembali mencuri perhatian para penggemar fotografi mobile dengan

Selain Fitur Video Jempolan, Fitur AI di Zenfone 11 Ultra Sudah Mendukung Bahasa Indonesia

ASUS Zenfone 11 Ultra punya fitur dan  teknologi kamera mutakhir