Resso, aplikasi streaming musik besutan Bytedance yang merupakan induk TikTok, mengumumkan kehadirannya di Indonesia setelah beberapa bulan uji coba dalam versi beta. Peluncurannya hari ini (11/3), menyusul setelah Resso resmi bertandang ke India minggu lalu (6/3). Kedua negara ini memang sejak awal menjadi sasaran sebelum Resso digulirkan ke negara lainnya.
Country Manager Resso Indonesia Tricia Dizon menerangkan, Resso diciptakan untuk merevolusi cara mendengarkan musik yang diterjemahkan ke dalam tampilan dan fitur-fitur yang dihadirkan. Menurutnya, selama ini hubungan antara musik dan pendengar masih pasif.
Social sharing merupakan inti dari Resso yang diberikan ke pengguna. Hal ini dianggap selama ini absen di industri streaming. Aplikasi ini punya empat fitur utama, seperti Vibes, Comment, Lyric Quotes, Lyrics Effects, serta kemampuan user generated content.
Tampilan Resso dirancang memberikan interaksi langsung ke pengguna dan memudahkan mereka menemukan musik-musik baru. Ketika aplikasi dibuka, mereka dapat langsung menikmati format scroll tanpa batas yang akan memperkenalkan mereka kepada artis-artis baru dan mempermudah penggemar menemukan genre dan lagu yang disukai.
“Gen Z dan milenial merupakan inti dari fitur-fitur yang kami tawarkan, di mana musik dan jejaring sosial menjadi hal pokok dalam kesehariannya. Tujuan kami adalah untuk mendorong mereka dan penikmat musik lainnya untuk mengekspresikan diri melalui cara yang menarik dan interaktif,” terangnya, Rabu (11/3).
Head of Music Resso Indonesia Christo Putra menambahkan, perusahaan berusaha memperdalam kategori musik yang terbagi menjadi subgenre dan genre agar dapat memenuhi selera pendengar. Contohnya, subgenre dibagi ke dalam musik genre alternatif, eksperimental, fusion, post rock, indie rock.
Sedangkan subgenre terbagi ke dalam kategori yang lebih spesifik, seperti popgaze, bow pop, indie psynch pop, maupun ambient. Tidak disebutkan secara kuantitas katalog musik yang sudah masuk dalam database Resso.
Pihak Resso sendiri terus berupaya melengkapi katalog musik dengan menggaet label musik global, lokal, indie, pun agregator musik. Mereka sudah menggandeng sejumlah nama, seperti Sony Music Entertainment, Warner Music Group, Merlin and Beggars Group, T-Series, Saregama, Zee Music, YRF Music, Times Music, Tips, Venus, Shemaroo, dan label lokal seperti Musica, Aquarius, My Music, Trinity, dan Maheswara.
“Dengan menggaet banyak label musik, maka apapun musiknya bisa ditemukan di Resso. Jadi tidak terbatas untuk milenial atau gen Z saja, bahkan untuk anak pun bisa,” imbuh Christo.
Menurut laporan SensorTower yang dikutip dari TechCrunch, Resso diperkirakan telah diunduh hingga satu juta kali di App Store dan Google Play Store di India dan Indonesia. Angka itu terdiri dari 600 ribu unduhan di India dan 400 ribu unduhan di Indonesia.
Keseriusan Resso untuk pasar Indonesia dibuktikan dengan perekrutan tim lokal.
Persaingan aplikasi streaming musik
Kehadiran Resso membawa dinamika baru dalam peta persaingan aplikasi streaming musik. Ada empat petahana seperti Joox, Spotify, Apple Music, dan YouTube Music yang berupaya menggaet kolam yang sama dengan Resso.
Menurut data, terdapat 338,2 juta koneksi seluler di Indonesia. Sebanyak 84% di antaranya menggunakan jasa streaming musik setidaknya 1,5 jam setiap harinya. Dengan penetrasi smartphone, konsumsi internet, dan populasi generasi muda Indonesia yang bakal terus membesar, kesempatan untuk menggaet lebih banyak pengguna terbuka lebar.
Tricia menyebut pihaknya cukup optimistis dengan kekuatan fitur Resso yang dianggap merefleksikan pola konsumsi konten online di Indonesia. Generasi muda ini cenderung ekspreksif, kreatif, dan cenderung lebih sosial.
Untuk menjaring lebih banyak pengguna, Resso akan menggelar konser offline untuk menghubungkan musisi secara lebih personal dengan penggemarnya. Di samping itu, di dalam aplikasi Resso sendiri memungkinkan musisi untuk mengemas katalog musiknya secara lebih fresh supaya penggemar dapat berinteraksi dengan musik dan memperkenalkan karyanya ke pendengar baru.
“Kami akan pertimbangkan fitur-fitur lainnya dari para pengguna untuk pengembangan berikutnya, termasuk paket keluarga.”
Berbeda dengan sister company-nya, TikTok, yang menganut konsep aplikasi gratis, Resso menggunakan konsep freemium. Pendengar tetap dapat mendengarkan musik tapi dengan sejumlah limitasi fitur. Versi gratis diselingi dengan iklan dan kualitas stream hanya mencapai 128 kbps.
Sementara versi berbayarnya tanpa iklan dan kualitas stream meningkat sampai 256 kbps. Tersedia pula fitur pengunduhan, lagu dapat dimainkan dalam kondisi offline, dan unlimited skips. Harga yang dibanderol untuk sebesar Rp49 ribu per bulan untuk Android dan Rp59 ribu untuk iOS. Nominal harga ini kurang lebih mirip dengan aplikasi sejenisnya.
Tricia tidak merinci alasan di balik perbedaan harga tersebut. Ia menyebutkan keputusan ini tidak diambil dan berlaku untuk Resso saja, tapi juga pemain aplikasi berbayar lainnya.