Leica merupakan salah satu brand paling tua di ranah fotografi. Produsen asal Jerman ini telah berkecimpung di bidang optik hampir 70 tahun lebih dulu dibanding brand-brand ‘klasik’ semisal Nikon dan Olympus. Meskipun kini mungkin penjualannya tak sebesar rival-rival-nya itu, ketika disebutkan, nama Leica langsung merepresentasikan pengalaman, mutu, serta kualitas.
Setelah 165 tahun didirikan dan tepat satu abad semenjak Oscar Banack menciptakan prototype Leica 35 milimeter pertama sebagai kamera compact untuk foto landscape, akhirnya Leica membuka outlet resmi di Jakarta kurang lebih satu minggu lalu – tanggal 19 November 2014. Kehadiran Leica Store di nusantara ialah kehormatan bagi fotografer Indonesia, karena perusahaan asal Jerman itu terkenal sangat pemilih dalam memperluas target pasar mereka.
Pada pertengahan hingga akhir abad ke-20, Leica sangat erat dengan tema street photography dan lingkungan perkotaan. Beberapa fotografer terkenal, seperti Henri Cartier-Bresson – bapak fotojurnalistik dunia – memilih Leica sebagai senjata andalan dan ‘ekstensi’ dari matanya. Sekarang ia adalah brand kamera paling eksklusif, dan hanya individu-individu tertentu saja yang menggunakannya.
Harga ialah salah satu faktor yang membuat Leica sangat berbeda. Bahkan model pocket bisa dibanderol lima hingga sepuluh kali harga merek lain. Dalam kunjungan singkat ke outlet Leica Store Indonesia, saya bertanya pada seorang representasi mereka, apa mungkin konsumen mau mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk membeli seri tersebut (model Leica X).
Info menarik: Project Beyond Samsung Ialah Kamera 3D Untuk Membuat Dunia Virtual Reality
Meski tergolong produk niche market, ia menjelaskan bahwa permintaan dan transaksi pembelian selalu ada. Itulah sebabnya mereka membuka toko resmi di Indonesia. Dan khalayak di kelas ini termasuk jenis konsumen yang setia pada brand. “Kualitasnya tidak perlu ditanya. Hasilnya bisa langsung Anda lihat sendiri,” begitu ujarnya. Awalnya saya skeptis, hingga ia memperlihatkan beberapa foto di desktop Mac.
Sayang sekali ia tak diperkenankan men-share foto-foto tersebut. Sederhananya, bahkan di setting-an standar tanpa kostumisasi, Leica X mampu menyajikan hasil fenomenal: foto bunga dengan efek bokeh pada daun-daun di background serta yang berada di depan objek; hingga detail foto macro, dimana saya bisa melihat jelas remahan-remahan putik di kelopak bunga, hingga pori-pori dan bulu di sekitar mata.
“Hampir semuanya belum diedit. Beberapa hanya disesuaikan tingkat saturasinya,” kata sang juru biaca Leica Store. Ketika mencoba mengambil foto logo Leica, saya baru sadar bunga anggrek di pojok ruangan adalah salah satu objek foto yang ia tampilkan tadi. Hal tersebut membuktikan, kamera entry-level-nya saja dapat menangani fotografi di ruang berpencahayaan buatan tanpa kesulitan.
Info menarik: Xiaomi Siap Bikin Kamera Mirip GoPro?
Beberapa tipe seperti Leica T, Leica M, dan Leica D ia perkenalkan pada saya. Harganya ditawarkan mulai Rp 20 jutaan sampai Rp 40 juta. Namun yang mengejutkan adalah fakta bahwa kamera analog high-end ternyata menuntut harga sangat tinggi – dan jenis ini masih terus mereka produksi. Bagian body saja dapat mencapai Rp 350 juta, belum termasuk lensa (ukuran fixed 24 milimeter dijajakan di Rp 150 jutaan).
Di dalam etalase kaca di tengah-tengah ruangan, Leica Store Indonesia memamerkan Edition 100 Leica M yang kabarnya hanya dibuat 500 unit di seluruh dunia. Ia dipersenjati sensor CMOS full-frame Leica Max 24-megapixel, menawarkan fitur Live View, video full-HD serta rangkaian teknologi focus. Semuanya dibungkus body logam berwarna perak dan desain klasik nan anggun khas Leica.
Selain kamera, di sana terdapat pula produk-produk optik lain semisal teropong binocular dan monocular, serta device penghitung jarak, Rangemaster. Jika penasaran dan ingin mendapatkan informasi lebih lengkap, silakan berkunjung ke Leica Store Indonesia yang berada di mall Plaza Indonesia lantai tiga.