Platform pemesanan hotel online RedDoorz mengumumkan rencana perubahan strategi bisnisnya untuk menjadi perusahaan new-age hospitality terbesar di Asia Tenggara. Salah satunya strategi utama perusahaan adalah membangun merek hotel baru “Sans Hotel” yang bakal hadir pertama kali pada November ini.
Sans Hotel membidik pelancong dari generasi Z dan milenial dengan mengedepankan konsep akomodasi yang youthful, design-inspired, dan warmth dengan memadukan teknologi pintar dan harga terjangkau.
Apalagi, data BPS mencatat populasi usia produktif (15-64 tahun) diestimasi mencapai 179,1 juta orang pada 2020, 63,5 juta berasal dari kalangan milenial. Ini menjadikan milenial sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, termasuk sektor pariwisata.
Dihubungi DailySocial secara terpisah, VP Operations RedDoorz Adil Mubarak mengatakan bahwa rencana untuk menjadi platform multibrand sudah dipertimbangkan sejak lama, bahkan sebelum terjadi Covid-19. Ini merupakan visi baru perusahaan untuk menjadi ekosistem produk yang mendukung kebutuhan dari setiap merek.
“Saat ini, finansial kami berada dalam posisi baik, terutama dalam mengeksekusi perubahan strategi kami dan meluncurkan Sans Hotel. Sejak hari pertama, kami fokus untuk membangun bisnis dengan fundamental keuangan yang kuat karena memungkinkan kami berpikir konkret terhadap fase pertumbuhan berikutnya,” jelasnya.
Adil menyadari bahwa industri pariwisata dan hospitality terpukul hebat akibat pandemi, tak terkecuali bisnis RedDoorz yang terdampak sejak Maret 2020. Kendati demikian, ia memastikan bahwa pihaknya tetap memperhitungkan secara matang segala hal termasuk biaya yang akan dikeluarkan meski masuk ke lini bisnis baru di masa pandemi ini.
“Di kuartal ketiga ini, kami mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Hal inilah yang memastikan kami bisa keluar dari badai pandemi ini dan muncul dengan langkah yang tepat. Kami menantikan fase pemulihan,” tambah Adil.
RedDoorz mencatat, di sepanjang Maret-Oktober 2020 layanan pemesanan kamar di platformnya naik sebesar 80 persen, sedangkan layanan hunian meningkat hingga 50 persen. Mengutip laporan STR Hotel Database, RedDoorz menyebut pencapaian di periode tersebut terbilang di atas rata-rata dari total okupansi nasional yang hanya 36 persen.
Menurut Adil, RedDoorz kini sedang mempersiapkan beberapa properti yang akan menjadi Sans Hotel. Untuk tahap awal, RedDoorz menargetkan pembangunan lima Sans Hotel di area Jabodetabek hingga akhir 2020.
“Kami ingin meng-cater semua kebutuhan travel semua kalangan. Bukan berarti mitra-mitra hotel kami belum cukup, tetapi kehadiran Sans Hotel akan memberikan nuansa berbeda bagi pasar milenial dan gen Z,” tuturnya.
Pihaknya optimistis industri pariwisata dan hospitality segera pulih meski masih di situasi pandemi. Alasannya, laporan terbaru McKinsey terkait industri pariwisata menyebutkan bahwa ada tren permintaan laten untuk traveling seiring dengan larangan berlibur dihapus. Bahkan masyarakat diprediksi bakal melakukannya sebelum vaksin Covid-19 tersedia.
Selain itu, mengutip riset dari Blackbox dan Dynata, Adil mengungkapkan bahwa sebanyak 44 persen dari responden saat ini lebih memilih melakukan perjalanan domestik ketimbang internasional karena faktor kesehatan dan keamanan. Artinya, pariwisata domestik diperkirakan bakal semakin diminati.
Peluncuran Sans Hotel diharapkan dapat memperkuat strategi RedDoorz menjadi platform multibrand hospitality. Terutama setelah perusahaan meluncurkan layanan co-living KoolKost di awal 2020, platform ini ditargetkan dapat menjadi one-stop platform untuk memenuhi kebutuhan akomodasi.