Rakuten dalam laporan keuangan tahun buku 2015 mengumumkan transformasi bisnis e-commerce dengan wujud Vision 2020. Selain target pencapaian finansial lima tahun mendatang, mereka melakukan fokus ulang terhadap bisnis yang dimiliki, dengan menutup layanan di pasar yang mereka tidak menjadi pemimpin di kawasan Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Rakuten tetap memiliki kantor regional di Singapura sembari mencari cara lain untuk bertumbuh di pasar Asia Tenggara.
Penutupan Rakuten Belanja Online (RBO), yang berdiri sejak tahun 2011, tidaklah mengejutkan. Selain konflik internal dengan partnernya, raksasa media MNC Group, yang berujung perpisahan bisnis, secara bisnis mereka tidak mampu bersaing di kawasan Asia Tenggara melawan Lazada dan layanan lokal lainnya.
Dibanding Rocket Internet, yang belakangan hadir, RBO bisa dibilang kurang memahami pasar lokal dan terlalu banyak berpegang pada prinsip-prinsip negeri asalnya. Meskipun banyak modifikasi telah dilakukan seiring perjalanan bisnisnya di sini, RBO tetap tak mampu menyandingkan namanya sejajar dengan Lazada, Tokopedia, atau Bukalapak.
Selain bisnis marketplace, Rakuten juga membuka Rakuten University di Indonesia yang memberikan program dukungan bagi usaha kecil dan menengah untuk bisa masuk ke ranah e-commerce.
Rakuten menyatakan akan fokus ke pasar domestik Jepang, Taiwan, kawasan Asia Timur, dan bisnisnya di Amerika Serikat melalui Ebates.
Kami masih menunggu konfirmasi apakah penutupan ini bersifat immediate effect atau ada waktu tenggangnya, terutama berkaitan dengan proses transaksi yang telah terjadi dan bagaimana mereka mengatur segala urusan yang masih tersisa dengan konsumen dan merchant.
Update: Kami mendapat konfirmasi penutupan RBO dilakukan per 1 Maret 2016