Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk. Rachmat Kaimuddin resmi mengajukan pengunduran dirinya dari perusahaan pada 28 Desember 2021. Hal ini turut disampaikan dalam keterbukaan yang diterbitkan perusahaan hari ini (29/12). Turut disampaikan permohonan pengunduran diri akan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disampaikan selanjutnya Rachmat akan menerima tugas dari negara dan bekerja untuk pemerintah, meskipun tidak disebutkan detail penempatannya di mana.
Rachmat secara resmi masuk menjadi direktur Bukalapak efektif per 6 Januari 2020 menggantikan Achmad Zaky. Dalam kepemimpinannya, sejumlah pencapaian diraih perusahaan, termasuk keberhasilan IPO di Bursa Efek Indonesia. Sebelumnya, di awal tahun 2021 Bukalapak juga berhasil menutup putaran pendanaan seri G sebagai pengiring IPO dengan capaian 5,7 triliun Rupiah.
Salah satu strategi Rachmat, mendorong perusahaan untuk mencapai profitabilitas dan mengurangi metode bakar uang. Sejak akhir 2020 disampaikan, model bisnis yang dijalankan sudah “on-track” menuju profit. Kala itu Rachmat mengatakan bahwa pangsa pasar Bukalapak 50% datang dari transaksi di luar kota tier-1 dengan program kemitraan sebagai mesin penggerak utama.
Belum ada pengumuman CEO baru
Perusahaan belum mengumumkan tentang direktur baru yang akan menakhodai Bukalapak. Selain Rachmat, perusahaan memiliki 4 jajaran direktur meliputi Teddy Oetomo (President, CSO), Willix Halim (COO), dan Natalia Firmansyah (CFO).
Pada 23 Desember lalu, Bukalapak juga baru saja menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa menghasilkan sejumlah kesepakatan. Pertama, menyetujui pengunduran diri Lau Eng Boon karena sudah memasuki usia pensiun. Kedua, perubahan fokus pemanfaatan dana hasil IPO — 33% akan dijadikan modal kerja, 34% untuk mengembangkan 6 anak perusahaan yang dimiliki, sisanya akan digunakan untuk keperluan lainnya, termasuk kemungkinan menambah anak perusahaan baru.
Terkait kinerjanya, per Q3 2021 lalu Bukalapak melaporkan total pendapatan sebesar Rp1,34 triliun, yang dipicu oleh pertumbuhan signifikan dari pendapatan Mitra Bukalapak, meningkat 42% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Untuk mempertahankan growth, perusahaan juga masih merugi operasional sebesar Rp1,2 triliun, turun dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp1,4 triliun.
Siap ekspansi ke Filipina
Menurut laporan terbaru e-Conomy SEA, per tahun 2021 GMV yang dihasilkan dari bisnis e-commerce di Indonesia mencapai $53 miliar dan diproyeksikan meningkat hingga $104 miliar pada 2025 mendatang. Tentu ini potensi yang sangat besar dan harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Bukalapak yang memiliki core business di bidang tersebut.
Di tengah persaingan bisnis e-commerce yang sengit, Bukalapak lakukan diversifikasi bisnis. Termasuk dengan menguatkan program Mitra, layanan investasi BIB, layanan e-commerce B2B lewat BukaPengadaan, dan marketplace aset game lewat Five Jack.
Perusahaan juga tengah mengupayakan ekspansi regional. Salah satunya ditunjukkan dengan dibukanya lowongan untuk posisi Country Manager di Filipina. Kami sudah meminta keterangan ke perusahaan terkait hal ini, namun perusahaan belum mau berkomentar lantaran masih fokus terkait sukses kepemimpinan yang akan terjadi.