Setelah beroperasi sekitar enam bulan di Indonesia, startup penyedia layanan e-learning gratis yang berpusat di London Quipper School menyatakan separuh dari satu juta penggunanya adalah siswa Indonesia. Tahun ini mereka menargetkan memiliki tiga juta pengguna dari Indonesia saja.
Menurut Public Relation Quipper Indonesia Petra Monica, Quipper memang sedang memfokuskan layanannya di Asia Tenggara. Layanan ini sebelumnya memperoleh suntikan pendanaan $5,8 juta dari sejumlah investor, yang digunakan untuk melebarkan sayap di berbagai negara Asia Tenggara, terutama Indonesia.
Keputusan ini membuahkan hasil. Saat ini Quipper punya satu juta siswa, setengah jutanya berasal dari Indonesia, diikuti oleh Filipina, Thailand, dan negara-negara lain.
Petra menyatakan, faktor utama tumbuhnya teknologi pendidikan seperti ini adalah tingginya kepedulian tiap negara terhadap dunia pendidikan. Ia berujar, “Dari pengalaman kami berinteraksi dengan guru dan siswa secara langsung, kami berhasil menyimpulkan beberapa faktor pendukung lain atas kesuksesan ini. Tidak hanya menyadari peran teknologi digital, namun kini para guru berdedikasi tinggi di Indonesia juga berpartisipasi langsung untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa dengan teknologi tersebut.”
Untuk layanan seperti Quipper School ini, peran guru maupun siswa sama-sama sangat penting. “Peran guru dalam proses belajar siswa sangatlah besar, terutama di sekolah. Sedangkan siswa selalu tertarik dengan hal-hal baru, terutama dengan teknologi terkini. Korelasi antara dukungan dari guru yang bertemu dengan rasa ingin tahu siswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi kedua belah pihak bersama Quipper School,” ungkap Petra.
Saat ini para pemangku pendidikan memang sudah semakin terbuka untuk memanfaatkan teknologi mobile dan internet sebagai salah satu alat penunjang pendidikan.
Meskipun Quipper School telah digunakan oleh lebih dari satu juta siswa, tetapi bukan berarti sudah bisa beroperasi tanpa kendala. Petra mengatakan, “Kendala untuk mendapatkan koneksi internet masih terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Mengingat antusiasme siswa dan guru yang cukup tinggi, biasanya hal ini diatasi dengan berbagi koneksi internet, saling meminjamkan perangkat, hingga mengerjakan tugas di warnet,”
“Kini, terdapat ratusan ribu siswa tersebar di Indonesia yang sedang asyik belajar menggunakan perangkat mereka masing-masing baik di sekolah maupun di luar sekolah,” tambahnya.
Sukses ini tidak membuat Quipper School berpuas diri. Dalam jangka pendek, ambisi mereka adalah mendapatkan lima juta pengguna dan target mereka untuk Indonesia sebanyak tiga juta.
“Kami berencana untuk menawarkan konten dan fitur premium, dengan konten dan fitur dasar yang ada saat ini tetap selamanya gratis. Quipper ingin membantu sekaligus memberi kemudahan untuk menjawab rasa ingin tahu siswa di seluruh dunia, terutama di Indonesia,” tutup Petra.