Di lini augmented reality, menemukan keseimbangan antara inovasi dan penerapan bukanlah hal mudah. Belum lama, Sony mencoba memberi jalan tengah berupa metode ‘attach‘ dimana device bisa mengubah kacamata biasa jadi headset AR. Tapi tentu agar periode uji coba berjalan mulus, dibutuhkan satu perangkat berstandar. Dan itulah tugas SmartEyeglass SED-E1.
Seperti program Explorer Google Glass, model ini sebenarnya dikhususkan bagi para developer. SmartEyeglass Developer Edition SED-E1 hadir untuk persiapan sebelum rancangan akhir perangkat AR dilepas ke khalayak umum, sekaligus berperan memfasilitasi pengembangan aplikasi. Menariknya, Sony menggunakan sistem input lebih tradisional jika dibanding dengan Google Glass.
Ada dua komponen penting di SmartEyeglass SED-E1. Pertama tentu adalah kacamata pintarnya. Ketika Google Glass berusaha agar device augmented reality mereka terlihat ‘normal’, Sony tidak segan-segan menyajikan desain bulky. Bentuknya tebal, menyerupai kacamata hitam. Ia merupakan rumah rangkaian hardware serta sensor pendukung, ditambah sistem display unik.
Di sana, Sony menambatkan sensor imaging CMOS 3-megapixel, accelerometer, gyroscope, kompas elektronik, serta sensor kecerahan. SED-E1 mempunyai lensa setebal 3mm dengan tingkat luminance 1000 cd/m2. Sony juga mengusung teknologi holographic waveguide untuk menyuguhkan informasi langsung ke jarak pandang pengguna. Kacamata itu sendiri hanya berbobot 77 gram.
Info menarik: Prototipe Sony SmartEyeglass Attach Jadikan Kacamata Apapun Sepintar Google Glass
Bagian kedua adalah unit controller terpisah. Buat sekarang, ia tersambung kabel ke kacamata dan Anda harus menambatkan atau memasukkannya ke kantong baju. Unit tersebut ialah sistem input SmartEyeglass SED-E1. Di sinilah Sony menempatkan baterai, speaker, microphone dan sensor sentuh. Tanpa perlu mengeluarkan smartphone, device bisa diperintahkan melalui suara atau menavigasi konten via sentuhan di sensornya: ada fungsi kamera hingga panduan arah.
Menurut Sony, SmartEyeglass membuka potensi untuk dimanfaatkan dalam beragam skenario. Contohnya, sebagai medium pemberi instruksi bagi para pekerja di pabrik, atau membantu membuat para petugas keamanan tetap siaga. Kegunaannya hanya dibatasi kreativitas developer, dan Sony juga telah menyiapkan SDK SmartEyeglass. Namun ia belum mampu bekerja mandiri, dan harus disambungkan ke handset.
Walau ditujukan buat developer, konsumen Jerman dan Inggris sudah boleh memesan SmartEyeglass SED-E1. Ia ditawarkan di kisaran harga US$ 840, dan segera tersedia pula di Amerika dan Jepang.
Sumber: SonyMobile.com.