Sudah bukan rahasia kalau kesuksesan suatu proyek NFT cukup bergantung pada hype yang dibangunnya di media sosial. Dengan bekal sejumlah video teaser yang memikat serta cuitan yang misterius dan memicu rasa penasaran, tidak sedikit proyek NFT yang berhasil menggaet ratusan ribu follower dalam waktu yang relatif singkat.
Namun tentu saja, hype bukanlah penentu utama. Ada banyak faktor lain yang tak kalah krusial bagi keberhasilan suatu proyek NFT. Sering kali, terlalu bergantung pada hype saja malah berujung pada kegagalan. Kalau pun sempat sukses, biasanya itu cuma berlangsung sesaat saja.
Melihat perkembangan tren NFT selama dua tahun terakhir, kita bisa menemukan beberapa contoh proyek NFT populer yang ternyata terbukti hanya sebatas hype sesaat. Masing-masing proyek tentu punya kondisi yang cukup berbeda, namun yang pasti semuanya pantas menjadi pengingat bagi komunitas NFT bahwa exposure itu bukanlah segalanya.
Berikut 3 contoh proyek NFT populer yang cuma hype sesaat.
MekaVerse
Diluncurkan pada Oktober 2021, MekaVerse merupakan salah satu proyek PFP NFT yang paling diantisipasi kala itu. Tentu saja, periode tersebut bisa dibilang sebagai masa keemasan PFP NFT, dengan proyek-proyek seperti Bored Ape Yacht Club, Cool Cats, dan Pudgy Penguins baru dirilis beberapa bulan sebelumnya.
Singkat cerita, banyak orang yang berharap bisa untung besar dari proyek PFP NFT populer yang selanjutnya, dan MekaVerse adalah salah satu yang paling menarik perhatian mereka kala itu, terlebih dengan iming-iming allowlist bagi para pendukung paling setianya.
Peluncuran MekaVerse pada awalnya berlangsung mulus. Kurang dari 24 jam pasca fase minting, volume perdagangan MekaVerse dilaporkan telah berhasil menembus angka $60 juta. Bahkan sebelum wujud asli NFT-nya diungkap, floor price MekaVerse sudah berada di kisaran 8 ETH, kurang lebih sekitar $25.000 pada saat itu. Sayang itu semua tidak bertahan lama.
Tidak lama setelah peluncurannya, jagat Twitter diramaikan dengan diskusi bahwa MekaVerse sarat akan kecurangan. Dengan memanfaatkan data dari OpenSea, Etherscan, dan sejumlah sumber lain, dapat disimpulkan bahwa ternyata anggota tim MekaVerse berhasil membeli sebagian aset yang paling langka dari total suplai sebanyak 8.888 bahkan sebelum fase reveal-nya dimulai. Sesuatu yang mustahil terjadi tanpa adanya manipulasi metadata.
Belum berhenti sampai di situ saja, fase reveal MekaVerse juga sempat tertunda akibat kendala teknis. Dan ketika wujud asli NFT-nya diungkap, respons publik pun terpolarisasi. Banyak yang menyesalkan bagaimana sejumlah NFT terlihat luar biasa mirip satu dengan yang lain, dengan perbedaan hanya pada warna di satu area kecil saja.
Under the definition of “lazy” we can find a photo of two “different ” #MekaVerse side by side. Great sculpting, poor combination choices. pic.twitter.com/BurcHseW8C
— JOSEKI (@JosekiNFT) October 15, 2021
Sejak itu floor price MekaVerse terus merosot, dan saat artikel ini ditulis, Anda hanya perlu sekitar 0,22 ETH untuk bisa mendapatkan NFT-nya.
HAPE PRIME
Secara garis besar, kisah HAPE PRIME cukup mirip dengan MekaVerse. Awalnya menggunakan nama Hapebeast, proyek ini menerapkan strategi yang serupa dalam membangun hype. Follower dan anggota server Discord-nya pun juga sangat antusias, bahkan rela menciptakan fan art dan konten musik yang mengesankan demi semakin memperkuat reputasi HAPE PRIME sebagai sebuah brand.
Fase minting HAPE PRIME berlangsung pada Januari 2022 dengan harga 0,2 ETH, dan tanpa harus terkejut, total suplai 8.192 NFT-nya langsung terjual habis dalam sekejap. Floor price HAPE PRIME juga sempat mencuat drastis sampai ke angka 8,5 ETH. Namun lagi-lagi, semuanya berubah 180 derajat saat NFT-nya di-reveal.
Tanpa harus menunggu lama, sejumlah kolektor langsung menyadari bahwa kualitas aset yang didapatkannya tidak sebanding dengan yang sebelumnya dijanjikan. Beberapa bahkan mengalami visual glitch cukup parah, dan refleks komunitas pun langsung membandingkan kasusnya dengan MekaVerse yang meluncur beberapa bulan sebelumnya.
wow my hape is so cool, love how the ears go through the hat! pic.twitter.com/6qkfMnlaZ2
— vopa (@0xvopa) February 4, 2022
Sejak memasuki tahun 2023, floor price HAPE PRIME belum pernah lebih dari 0,4 ETH. Sebagai perbandingan, proyek NFT populer Azuki yang dirilis di saat yang hampir bersamaan dengan HAPE PRIME saat ini memiliki floor price di atas 13 ETH. Padahal, di hari-hari kejayaan HAPE PRIME, floor price Azuki hanya berkisar 2 ETH saja.
Pixelmon
Belum sampai sebulan setelah HAPE PRIME dirilis, dunia NFT sudah digegerkan oleh proyek game NFT menjanjikan bernama Pixelmon. Bahkan di saat belum ada banyak informasi mengenai pengembangan game-nya, hype Pixelmon sudah di atas langit. Alhasil, total 8.079 NFT Pixelmon terjual habis dalam waktu satu jam sejak di-mint. Lebih mencengangkan lagi, mint price-nya dipatok di angka 3 ETH, atau setara $8.000 kala itu.
Yang menjadi masalah adalah, para kolektor Pixelmon sama sekali tidak punya gambaran bagaimana karakter NFT-nya bakal hadir di game. Dan ketika bocoran screenshot game Pixelmon beredar, hampir semua kolektor langsung terkejut setengah mati, sebab tampilan karakter-karakternya bahkan lebih jelek daripada gambaran anak kecil — jauh dari janji pengalaman gaming AAA yang dikoar-koarkan.
So @Pixelmon raised over $70m at 3 ETH per mint just for them to reveal like this. I think it’s fair to say all the buyers were rugged.
Stop supporting cash grab NFT projects. pic.twitter.com/8VShQxNlgl
— ZachXBT (@zachxbt) February 26, 2022
Dihadapkan dengan situasi seperti itu, sebagian besar kolektor Pixelmon langsung menganggap dirinya sebagai korban kasus rug pull. Namun yang terjadi teknisnya tidak seperti itu, sebab pencipta proyeknya tidak langsung lari begitu saja sembari membawa puluhan juta dolar, dan berjanji untuk menyelesaikan isu ini.
Pada akhirnya, pengembangan proyek Pixelmon dialihkan ke sebuah studio Web3 bernama LiquidX. Wujud NFT Pixelmon sendiri sudah jauh lebih baik daripada versi awalnya tadi. Sayang itu belum mampu mengembalikan Pixelmon ke kejayaannya, dan floor price-nya saat ini cuma berada di kisaran 0,28 ETH saja.
Penutup
Contoh lain proyek NFT yang berujung gagal tentu ada banyak, namun tiga tadi adalah yang paling bisa menggambarkan apa yang terjadi seandainya proyek NFT hanya sebatas mengandalkan hype sebagai resep utama keberhasilannya.
Sistem whitelist/allowlist juga terkadang bisa menjadi pedang bermata dua. Pasalnya, sering kali daftar allowlist ini dipenuhi orang-orang yang hanya ingin mencari keuntungan secara cepat alias flipping.
Dalam kasus HAPE PRIME, NFT influencer wale.swoosh bercerita bagaimana semua yang tergabung dalam allowlist mengatakan bahwa mereka tidak akan menjual aset NFT-nya. Namun hanya sehari berselang, hampir semuanya memutuskan untuk menjual ketika floor price-nya sedang berada di angka 9 ETH.
Singkat cerita, bukannya menggaet kolektor yang benar-benar antusias, sistem allowlist sering kali malah mengumpulkan para pejuang cuan. Dan ini biasanya menjadi pertanda bahwa hype suatu proyek NFT tidak akan bertahan lama.