Layanan penyewaan mobil pribadi berbasis smartphone Uber minggu ini menawarkan kesempatan berkendara gratis bagi semua konsumennya di Jakarta selama seminggu hingga 11 Oktober mendatang. Gratis, meskipun katanya tidak ada makan siang yang gratis. Pengalaman saya menggunakannya tentu saja menyenangkan. Kapan lagi bisa naik mobil mewah berputar-putar kota Jakarta tanpa biaya.
Promosi gratis ini merupakan tindak lanjut pertanyaan Uber tentang wilayah mana saja yang menjadi favorit pengguna Uber untuk bepergian. Alih-alih menggratiskan untuk daerah tertentu, Uber memutuskan promosi yang lebih besar dengan membebaskan biaya berkendara seantero Jakarta. Tidak ada persyaratan khusus. Semua pemesanan melalui Uber selama seminggu ini akan digratiskan hingga biaya Rp 100 ribu (selebihnya dibayar oleh konsumen) dan sebanyak maksimal 10 kali per konsumen.
Tanggapan konsumen Uber sejauh ini, yang rata-rata tech savvy, adalah positif. Jika kita melihat reaksi di Twitter menggunakan hashtag #JKTFREEWEEK, akan kita temukan berbagai komentar bahagia para penggunanya.
Sebelum Uber, Easy Taxi yang didukung oleh Rocket Internet juga mengadakan promosi mirip (yang berakhir besok) untuk meningkatkan awareness terhadap layanannya. Berbeda dengan Uber yang bekerja sama dengan sejumlah perusahaan penyewaaan mobil, Easy Taxi mendukung armada taksi yang sudah ada dengan memodernisasi cara pemanggilan taksi melalui utilisasi aplikasi mobile.
Dengan jumlah armada yang terbatas, mobil-mobil Uber yang rata-rata mewah adalah hot item menjadi rebutan kalangan urban yang ingin bepergian dengan nyaman. Waktu tunggu untuk memperoleh Uber bisa menjadi lebih lama, terutama di jam kerja.
Sesungguhnya promosi seperti ini bisa menjadi tolak ukur jika Uber menjadi mainstream di Jakarta. Dengan semua orang berlomba-lomba menggunakan Uber, bagaimana mereka mengatasi masalah permintaan yang melebihi jumlah armada tersedia? Apakah mereka akan mengimplementasikan skema kenaikan biaya (surge pricing) dalam kondisi seperti ini?
Meskipun tarif reguler yang diberlakukan oleh Uber tidak semahal taksi premium, seperti Silver Bird atau Tiara Express, Uber memiliki skema kenaikan biaya khusus yang diberlakukan ketika permintaan konsumen melonjak. Kenaikan harga seperti ini bisa dianalogikan layaknya proses pelelangan. Mereka yang berani membayar mahal lah yang memperoleh layanan yang diinginkan.
Skema kenaikan tarif seperti ini tidak ada dalam kamus layanan transportasi umum yang diregulasi oleh Pemda DKI Jakarta. Terkait dengan proses compliance yang (seharusnya) sedang dilakukan terhadap Uber untuk memastikan soal legalitas usahanya di Indonesia, informasi yang lebih jelas harus disampaikan tentang proses surge pricing, kapan kondisi diperbolehkan, dan bagaimana penentuan kenaikan harganya.
Di satu sisi, sebagai konsumen saya menikmati kemudahan yang diberikan oleh Uber untuk memenuhi kebutuhan transportasi. Di sisi lain, saya mendukung kebijakan Pemda DKI Jakarta untuk memastikan legalitas dan urusan perpajakan bagi Uber. Kami berharap kedua belah pihak mengupayakan win-win solution bagi warga Jakarta yang menggunakannya.
Selamat menikmati jalan-jalan gratis dengan mobil mewah yang didukung oleh sistem pemesanan Uber!
[Ilustrasi foto: Shutterstock]