Situs pembanding harga kini menjadi bagian pendukung layanan e-commerce untuk menarik terjadinya transaksi. Meskipun demikian, sejatinya membeli barang itu bukan hanya diukur dari parameter tingkat harga. Ada faktor lainnya. Hal inilah yang menjadi fokus Priceza, layanan pembanding harga yang berbasis di Thailand, dalam menghadirkan setiap fiturnya agar tetap menjadi situs komparasi harga terdepan.
“Beli barang online, bukan hanya dilihat dari termurah saja. Ada banyak faktor lain. Makanya dalam Priceza kami fokus pada fitur pendukung apa saja yang bisa dimaksimalkan, beberapa yang sudah dihadirkan misalnya rekomendasi dari user, rating toko, artikel terkait, dan sebagainya,” terang Co-Founder & Country Head Priceza Indonesia Bayu Irawan kepada DailySocial.
Berkat fitur-fitur tersebut, pihaknya mengklaim berdasarkan performa, Priceza menempati posisi pertama dibandingkan pemain sejenis lainnya di Indonesia. Kendati, bila dilihat dari segi jumlah pengunjung unik sekitar 4,5 juta orang per bulan atau menempati posisi kedua per awal tahun lalu.
Berdasarkan pencapaiannya tersebut, tim Priceza percaya diri untuk terus meningkatkan performa bisnisnya tumbuh tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya. Meskipun demikian, Bayu tidak menjelaskan secara detail bagaimana pertumbuhan bisnisnya sejak Priceza pertama kali hadir di Indonesia pada 2013.
“Sepanjang tahun ini akan ada banyak kegiatan offline untuk komunitas dan brand demi meningkatkan engagement.”
Salah satu kegiatan offline yang baru saja diselenggarakan Priceza adalah Young Entrepreneur Competition 2018 untuk dukung mengenerasi muda dalam mewujudkan impiannya memulai bisnis. Perusahaan menggandeng berbagai universitas, seperti UGM, UI, UNJ, ITB, USU, Binus, dan UMN, untuk mengirimkan mahasiswa terbaiknya.
Dalam kompetisi ini, Priceza memberikan sejumlah hadiah uang tunai kepada tiga pemenang dengan kriteria bisnis yang sudah matang dan bisa diterapkan dalam dunia bisnis. Total ide yang diterima Priceza mencapai 140 ide, kemudian dipilih 12 ide terbaik sebelum memutuskan tiga pemenang utama.
“Tema inovasi digital menjadi sangat tepat diangkat karena penetrasi pengguna internet di sektor e-commerce sangat besar. Kompetisi ini menjadi ajang bagi generasi muda untuk memunculkan ide bisnis baru dalam revolusi digital Indonesia.”
Potensi bisnis situs pembanding harga
Bayu menerangkan secara potensi bisnis, situs komparasi harga memiliki korelasi yang erat dengan perkembangan layanan e-commerce di Tanah Air. Semakin banyaknya layanan e-commerce disebut memiliki “dampak negatif” karena akan semakin banyak waktu dalam membandingkan harga yang disasar konsumen.
Ketika konsumen mengakses situs pembanding harga, mereka diharapkan akan lebih cepat memutuskan ke mana akan membeli barang yang diinginkannya.
Tak hanya bagi konsumen, situs komparasi harga juga bisa dimanfaatkan peritel offline dalam menentukan harga jual yang kompetitif untuk menarik konsumen.
“Misalnya, buat lihat harga minyak dan susu. Peritel offline bisa manfaatkan situs komparasi seperti kami untuk menentukan harga jual yang kompetitif.”
Secara global, Priceza pertama kali hadir di Thailand pada 2010 dan kini diklaim memiliki pengunjung unik 45 juta orang. Sekitar 25 juta orang di antaranya berasal dari Negeri Gajah Putih tersebut, disebut-sebut angka ini lebih tinggi dibandingkan pengguna mesin pencari Google.
Selain di Thailand dan Indonesia, Priceza juga sudah beroperasi di Singapura, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
Pengguna Priceza Indonesia didominasi oleh kaum laki-laki dengan persentase 64% dan sisanya 36% adalah perempuan. Kunjungan Priceza tertinggi berasal dari mobile (situs dan aplikasi) sekitar 70% dan sisanya dari desktop. Untuk monetisasinya, mayoritas pemasukan Priceza Indonesia berasal dari iklan berbasis cost per click (CPC).