Layanan streaming musik Ohdio mulai bisa diakses oleh kalangan terbatas. Sejumlah pengguna yang sebelumnya telah mendaftarkan emailnya mulai mendapatkan undangan untuk mencoba layanan beta ini. Inti layanan Ohdio adalah bagaimana pengguna bisa melakukan streaming musik secara online dengan kualitas baik dan legal. Sementara ini sifatnya gratis (tidak menutup kemungkinan tersedianya layanan premium berbayar di masa depan) dan pengguna bisa sepuasnya melakukan streaming terhadap lagu-lagu yang tersedia di database Ohdio. Karena merupakan layanan streaming, tidak tersedia opsi untuk membeli atau mengunduh lagu yang ada.
Berbeda dengan MelOn ataupun layanan musik sejenis, kita tidak perlu mengunduh software ataupun tools apapun untuk mendengarkan lagu melalui Ohdio. Semua lagu disimpan di cloud dan bisa langsung dimainkan di browser sesaat setelah kita memasukkannya ke dalam playlist. Yang penting kita sign up terlebih dahulu, yang bisa dibantu dengan mentautkan akun Ohdio dengan akun Facebook ataupun Twitter.
Musik yang tersedia adalah karya anak negeri sendiri yang memang lebih populer di Indonesia, ketimbang lagu-lagu artis mancanegara yang bisa dengan mudah kita peroleh streaming-nya. Ini merupakan niche yang ditargetkan oleh Ohdio. Untuk pengaksesan sendiri sementara ini Ohdio baru bisa diakses melalui browser desktop, yaitu Mozilla Firefox (minimal versi 12), Google Chrome (minimal versi 18), Safari (minimal versi 5) dan Opera (minimal versi 11). Sementara ini Ohdio belum bisa diakses menggunakan Internet Explorer ataupun secara mobile.
Bagaimana kesan saya saat mencoba Ohdio ini? Saya mencoba layanan ini menggunakan dua browser versi terbaru, Chrome 19 dan Firefox 13, di komputer yang sama. Di Chrome saya mengalami kesulitan untuk melakukan streaming. Semua lagu yang dimasukkan ke dalam playlist tak dapat dimainkan sama sekali. Di Firefox, semuanya berjalan lancar. Kebetulan saya menggunakan layanan Internet dengan bandwidth 3 Mbps, tapi saya harap dengan bandwidth yang lebih rendah layanan streaming tetap bisa berjalan.
Kualitas lagu yang dimainkan bisa dibilang sangat baik, seperti layaknya mendengar lagu melalui pemutar CD. Saya tidak tahu berapakah bitrate-nya, tapi saya rasa kualitasnya setara dengan MP3 ber-bitrate 320Kbps. Database-nya sendiri belum bisa dibilang lengkap. Lagu-lagu tahun 1990-an dan awal 2000 banyak mengisi database Ohdio, misalnya dari Dewa 19 dan KLa Project, sementara musik-musik terkini belum banyak berseliweran di Ohdio. Pilihan musik cukup terbatas karena saat ini Ohdio baru bekerja sama dengan 3 music label. Ohdio cukup cepat menampilkan hasil pencarian dan box menu pencarian juga diletakkan secara strategis.
Untuk menu sendiri, kita bisa melihat lagu apa saja yang sedang dimainkan di Ohdio dan lagu apa yang sedang Trending. Kita juga bisa menyimpan playlist lagu-lagu yang disuka untuk kemudian dimainkan kembali, dengan metode penambahan dan penghapusan yang mudah. Lagu-lagu yang sedang didengarkan pun bisa di-share ke jejaring sosial. Tersedia Featured Playlist dari Ohdio untuk membantu kita mencari playlist yang sesuai dengan selera atau mood kita saat itu.
Secara keseluruhan, saya merasa cukup nyaman dan mudah menggunakan layanan ini. Karena masih bersifat beta, tentu saja masih ada kekurangan di sana sini yang bakal terus diperbaiki oleh pengembang Ohdio. Pengguna yang menemukan bug saat mencoba Ohdio ini bisa langsung menginformasikannya via email ke halo[at]ohd.io.
Dengan skema investasi yang baru diperoleh dari East Ventures, saya berharap Ohdio bakal bekerja sama dengan lebih banyak music label untuk menambah lagu-lagu di database-nya. Saya tunggu saat ketika Ohdio mengklaim dirinya sebagai layanan musik online (secara legal) dengan jumlah lagu terbanyak di Indonesia.