Bagi operator telekomunikasi, akuisisi pelanggan baru bukan lagi menjadi prioritas utama. Karena kondisi pasar sudah mengalami masa jenuh dengan penetrasi layanan selular yang sudah melebihi populasi. Dengan minimnya peluang untuk mencari pelanggan baru dari kalangan manusia, operator telekomunikasi coba beralih mencari pelanggan baru dari segmen mesin. Inilah yang kemudian dikenal dengan solusi M2M (Machine To Machine). Jenis layanan ini beragam mulai dari vending machine, GPS tracking, CCTV monitoring, video surveillance, dan sebagainya.
Saat ini tiga operator besar sudah menyediakan layanan M2M. XL cukup agresif dengan menawarkan beraneka ragam produk berbasis M2M, antara lain: AMR (Automated Meter Reader) contohnya smart metering untuk PLN, Point of Sales (POS) contohnya EDC, Wireless ATM, Enterprise Mobile Solutions (EMS), aplikasi mobile untuk korporasi, X-Locate untuk mengawasi kendaraan dan pengiriman barang, Mob Xurveillance untuk pengawasan lokasi atau area tertentu melalui kamera, dan Personal Tracker yaitu alat pelacak untuk mengetahui keberadaan seseorang. Untuk kemudahan informasi, operator biru tersebut menyediakan laman khusus di m2m.xl.co.id.
Begitupun Telkomsel terus mengembangkan layanan M2M untuk pelanggan corporate-nya, seperti solusi mobile EDC dan ATM, Mobile Tracking, Fleet Management, dan Telemetary. Sedangkan Indosat layanan M2Mnya didominasi kalangan perbankan (ATM network), selain itu juga PLN (Smart Metering) serta beberapa perusahaan taksi dan otomotif (Fleet Monitoring).
Meski relatif baru, pelanggan yang bukan manusia tersebut jumlahnya sudah mulai banyak di Indonesia. Direktur Teknologi, Content & New Business XL Dian Siswarini mengatakan bahwa dari target sekitar 100 ribu pelanggan baru pada tahun 2012, hingga akhir tahun 2012 memiliki 104 ribu pelanggan yang artinya sedikit melebihi target yang telah ditetapkan. Bahkan Telkomsel, operator plat merah ini mengaku sudah punya 500 ribu pelanggan M2M. Sedangkan Indosat masih bersabar di angka 10 ribu.
Meski dibanding pelanggan manusia jumlahnya masih sedikit, potensinya terbilang besar. Dalam beberapa tahun ke depan, diyakini jumlah pelanggan M2M akan terus meningkat. Hal ini karena mesin-mesin yang bisa disisipi SIM card jumlahnya semakin banyak dan beragam. Mulai dari pendingin ruangan, kulkas, televisi, radio, motor, mobil, dan lainnya.
Karena itu juga, wajar jika XL berani memasang target lebih tinggi untuk tahun 2013, yakni menggaet 1 juta pelanggan. Sedangkan Telkomsel memaparkan bahwa dari target penambahan 17 juta pelanggan di 2013, sekitar 5%-7% di antaranya akan datang dari segmen M2M seiring terus diperkuatnya infrastruktur mobile broadband.
Besarnya potensi layanan M2M tersebut senada dengan hasil studi dari ABI Research. Seperti tertuang di laman webnya, Lembaga riset tersebut pada 25 Januari yang lalu merilis laporan bahwa berdasarkan data pengiriman tahun 2012, pendapatan dari modul selular tumbuh 21% dibanding tahun sebelumnya. ABI Research memprediksi peningkatan mencapai hampir 100 juta unit di tahun 2015.
Data-data yang ada menunjukkan kalau M2M memang sangat potensial, di saat pelanggan manusia sudah tersaturasi. Meski demikian, M2M masih belum dianggap sebagai bisnis inti. Mengutip dari Indotelko, Director and Chief Wholesale & Infrastruktur Officer Indosat Fadzri Sentosa mengatakan M2M masih dianggap sekadar aksesori untuk menopang pasar korporasi bagi operator telekomunikasi.
Menurutnya, layanan ini memang terus dikembangkan, tetapi kondisinya baru sebatas aksesori dan besar di media ketimbang realita di lapangan. Saya setuju dengan pernyataannya bahwa pasar masih membutuhkan edukasi dan operator pun harus bersabar memasarkan layanan ini. Sekaligus tentu saja, mempersiapkan produk yang sesuai kebutuhan pasar.