Dark
Light

Siap Diproduksi, Polestar Precept Adalah Mobil Elektrik Pertama Polestar yang Tidak Mewarisi DNA Volvo

2 mins read
September 29, 2020

Februari lalu, Polestar memperkenalkan sebuah mobil konsep yang sangat menarik bernama Precept. Saat diumumkan, Precept disebut bakal mendikte filosofi desain yang bakal Polestar terapkan pada mobil-mobil mereka ke depannya.

Namun ternyata sub-brand Volvo tersebut bohong. Bukannya menjadi indikator masa depan Polestar, Precept justru akan diproduksi secara massal. Respon publik yang sangat positif terhadap Precept rupanya berhasil mendorong Polestar untuk merealisasikan mobil elektrik yang sangat istimewa ini.

Ada beberapa alasan menurut saya yang membuat Polestar Precept spesial. Yang pertama, ia merupakan mobil perdana Polestar dengan desain yang orisinal, tidak seperti Polestar 1 ataupun Polestar 2 yang memakai mobil besutan Volvo sebagai basisnya. Boleh dibilang, Precept adalah titik balik yang menandai lepasnya Polestar dari warisan DNA Volvo.

Kebetulan Precept memang tidak kelewat canggih seperti mobil konsep pada umumnya, terutama beberapa yang bahkan tidak memiliki setir sama sekali. Kendati demikian, setidaknya ada satu elemen desain yang membuat Precept terkesan futuristis, bahkan jika dibandingkan dengan mobil-mobil elektrik yang saat ini sudah mengaspal sekalipun: absennya spion dan kaca belakang.

Ya, spion kiri, kanan, dan tengahnya sudah ditukar dengan kamera. Berhubung tidak punya spion tengah, Precept pada akhirnya juga tidak memerlukan kaca belakang. Alhasil, ruang kepala bagi penumpang di kabin belakangnya pun bisa terasa lebih lega walaupun atapnya melandai seperti mobil coupé.

Lebih lanjut soal kabin, Precept menawarkan interior yang tidak kalah istimewa dari eksteriornya. Istimewa karena interiornya sepenuhnya vegan, alias tidak ada satu pun material yang berasal dari seekor hewan. Lapisan yang membalut joknya misalnya, terbuat dari hasil daur ulang botol plastik yang umum dipakai oleh produsen air mineral, sedangkan karpetnya menggunakan bahan yang berasal dari jaring-jaring nelayan.

Yang menarik, penekanan pada tema sustainability ini tidak semata untuk menunjukkan kepedulian terhadap bumi saja, melainkan juga menawarkan manfaat dari segi fungsionalitas. Contohnya adalah serat komposit besutan Bcomp, material unik lain yang juga Polestar gunakan pada panel pintu maupun sisi belakang jok milik Precept, yang terbukti lebih kokoh ketimbang plastik meskipun ternyata bobotnya jauh lebih ringan.

Secara estetika, interior Precept memang langsung menggambarkan nuansa minimalis khas Skandinavia. Seperti halnya Polestar 2, Precept turut mengandalkan sistem infotainment berbasis Android yang Polestar garap sendiri langsung bersama Google, meski tentu dengan beberapa pembaruan.

Satu fitur yang paling saya suka adalah pemanfaatan proximity sensor pada layar 15,5 inci yang ada di tengah dashboard-nya. Jadi dalam kondisi normal, layar ini akan menampilkan informasi seminimal mungkin demi tidak menjadi pengalih perhatian bagi sang pengemudi. Lalu ketika pengemudi atau penumpang depan mendekatkan tangannya dan hendak menyentuh layar, secara otomatis tampilan layarnya akan berubah dan menyajikan informasi tambahan, termasuk halnya tombol-tombol ekstra yang berukuran besar demi semakin memudahkan pengoperasian.

Bentuk layar yang vertikal juga sudah dipikirkan agar pengguna dapat menampilkan dua aplikasi sekaligus dalam ukuran yang proporsional, semisal Spotify dan Google Maps. Panduan navigasi turn-by-turn pada Precept juga secara otomatis akan ditempatkan di panel instrumen di balik lingkar kemudi ketimbang di layar tengahnya.

Terakhir, Precept turut mengemas sebuah sistem eye tracking di dashboard-nya yang berguna untuk memantau kesiagaan pengemudinya. Jadi seandainya sistem mendeteksi pengemudi mulai kelelahan, secara perlahan sistem akan mengambil alih kendali, mulai dari memberikan peringatan sampai menurunkan kecepatan mobil dengan sendirinya.

Mengenai performa, sayangnya Polestar sejauh ini masih bungkam; wajar mengingat Precept masih berstatus konsep sampai beberapa hari lalu. Pun begitu, setidaknya kita bisa melihat jarak roda depan dan belakang yang cukup panjang pada Precept, yang berarti ia menyimpan ruang yang cukup luas untuk menyimpan baterai. Kalau memang harus menebak, saya cukup yakin Precept bakal lebih efisien lagi ketimbang Polestar 2 yang diklaim sanggup menempuh jarak 500 km dalam sekali pengisian baterai 78 kWh-nya.

Sejauh ini Polestar belum bilang kapan tepatnya Precept bakal mulai diproduksi. Kemungkinan besar versi finalnya juga tidak akan memakai nama Precept, melainkan nama berbasis angka seperti dua mobil Polestar yang sudah dijual sekarang.

Via: CNET.

PPRO Indonesia
Previous Story

Pemain Fintech Asal Inggris PPRO Masuk ke Indonesia Lewat Integrasi Ovo dan Doku

Next Story

[Hands-on] Samsung Galaxy Z Fold 2: Resmi Hadir di Indonesia untuk para Luxury Tech

Latest from Blog

Don't Miss

Hyundai IONIQ 5 BlueLink Resmi Meluncur di Indonesia

PT Hyundai Motors Indonesia meluncurkan IONIQ 5 yang dilengkapi dengan
Honda e:Technology

Honda Perkenalkan e:Technology, Solusi untuk Wujudkan Visi Eletrifikasi di Indonesia

Para produsen kendaraan bermotor perlahan mulai beralih ke arah kendaraan