Awal kuartal kedua tahun 2021 diawali oleh Xiaomi dengan meluncurkan dua perangkat baru yang menggunakan sub-brand mereka. Kedua perangkat tersebut adalah Poco X3 Pro dan Poco F3. Kedua perangkat ini menggunakan SoC yang baru saja diluncurkan oleh Qualcomm pada tahun 2021 ini.
POCO X3 Pro merupakan smartphone pertama di dunia yang menggunakan Qualcomm Snapdragon 860 yang disebut sebagai chipset 4G terbaik tahun 2021 dengan baterai 5160 mAh yang mendukung pengisian cepat 33W. Hadir dengan layar 6,67” FHD+ DotDisplay yang mendukung refresh rate 120Hz dengan touch sampling rate 240Hz. Snapdragon 860 sendiri merupakan sebuah Snapdragon 855+ yang memiliki clock speed lebih tinggi.
“POCO X3 Pro adalah jawaban untuk smartphone gaming karena memiliki performa buas, tampilan tiada tanding, baterai tahan lama, serta pengalaman pakai yang sempurna. Inilah smartphone terbaik dengan performa buas untuk bermain game,” kata Product PR Lead POCO Indonesia, Andi Renreng.
Kamera utama Poco X3 NFC memiliki resolusi 48MP dengan sensor Sony IMX582. Kamera lainnya adalah kamera 8MP ultrawide, kamera macro 2MP, serta depth sensor 2MP. Di bagian depan, Xiaomi membenamkan kamera dengan resolusi 20MP.
Poco F3 merupakan penerus langsung dari Poco F1. Tanpa embel-embel Pro seperti pada F2 Pro, smartphone yang satu ini menggunakan cip Snapdragon 870. Snapdragon 870 merupakan turunan dari Snapdragon 865 yang memiliki prime core dengan clock 3,2 GHz yang saat ini merupakan paling tinggi.
Poco F3 menggunakan baterai berkapasitas 4520 mAh yang mendukung pengisian cepat 33W. Layar yang digunakan adalah AMOLED E4 dengan dimensi 6,67” FHD+ DotDisplay yang mendukung refresh rate 120Hz dengan touch sampling rate 360Hz.
Kamera yang ada pada Poco F3 mirip dengan konfigurasi X3 Pro. Kamera utamanya menggunakan resolusi 48MP dengan sensor Sony IMX582. Selanjutnya untuk ultrawide dengan resolusi 8 MP, kamera makro dengan 5 MP, dan selfie 20 MP.
Xiaomi menjual Poco X3 Pro pada harga Rp. 3.599.000 untuk varian 6/128 GB dan Rp. 4.099.000 untuk varian 8/256 GB. Untuk Poco F3, Xiaomi menjualnya pada harga Rp. 4.999.000 untuk varian 6/128 GB dan Rp. 5.499.000 untuk 8/256 GB. Poco X3 Pro akan tersedia pada tanggal 22 April 2021 sedangkan Poco F3 akan tersedia pada tanggal 28 April 2021.
Gacha?
Jika kita berbicara mengenai merek Xiaomi, pada beberapa grup komunitas di internet, sering kali banyak yang menyebut mengenai gacha. Gacha dalam sebuah permainan biasanya merujuk pada pengambilan atau pembelian sebuah barang yang diacak, sehingga item yang didapat bisa bagus atau bisa buruk. Saya pun menanyakan hal ini kepada Alvin Tse.
Menurut Alvin, istilah gacha muncul karena masalah build quality dan netizen memang suka bercanda. Ada beberapa hal yang membuat fenomena gacha muncul dan besar. Pertama adalah pengguna Xiaomi sangat aktif dan vokal secara online serta suka beropini. Produk Xiaomi juga menarik banyak orang yang suka membaca review, melakukan perbandingan spesifikasi, suka mem-flash ROM, serta aktif dalam sebuah komunitas.
Yang kedua adalah mereka yang suka menggunakan perangkat Xiaomi tidak berkomentar pada sosial media. Untuk pengguna yang terkena satu bug saja, langsung berteriak pada sosial media dan melakukan share statusnya. Hal ini juga membentuk sebuah opini tentang gacha tersebut.
Yang ketiga adalah pada saat berinternet ada istilah yang bernama enjoying the crowd, di mana jika ada satu keburukan, yang lain akan mengikutinya. Padahal, belum tentu yang mengikuti tersebut menggunakan perangkat Xiaomi. Beberapa mungkin mengungkit masalah yang dihadapi saat memiliki perangkat Xiaomi yang beredar beberapa tahun yang lalu.
Yang keempat adalah beberapa dari mereka juga merupakan promotor dari merek-merek lain. Alvin juga pernah melihat beberapa penjual mencetak sampul Redmi Note 8 dan menempelkannya pada kotak penjualan mereka. Ada juga penjual yang mengatakan bahwa mereka menjual perangkat Xiaomi dan saat pelanggan masuk ke toko mereka, sang penjual mengatakan produk Xiaomi habis dan menawarkan merek lainnya.
Dan berbicara mengenai kualitas produk, saat ini Xiaomi sudah melakukan dua hal. Yang pertama saat pengguna memiliki produk yang bermasalah dan datang ke pusat servis Xiaomi, datanya akan dilacak. Yang kedua adalah jika mereka melaporkan bug melalui aplikasi Service and Feedback, Xiaomi juga bisa melacak datanya. Kedua hal ini penting untuk dilakukan agar Xiaomi bisa melihat data tersebut, seberapa banyak yang bermasalah.
Data yang diterima oleh Xiaomi saat ini dari banyaknya penjualan mereka adalah tingkat kerusakan hanya 0,2 persen saja. Alvin juga menyadari bahwa tidak semua datang ke pusat servis atau pun menggunakan aplikasi Service and Feedback. Oleh karena itu, Xiaomi akan melakukan edukasi dengan menghadirkan lebih banyak pusat servis yang saat ini jumlahnya lebih dari 150 tempat. Dengan begitu, diharapkan akan banyak data yang terkumpul dan akan bisa diperbaiki dengan segera.
Alvin juga meneruskan bahwa tidak ada satu pun perangkat yang terbebas dari bug. Bahkan perangkat termahal pun juga memiliki beberapa bug. Kuncinya adalah memiliki mekanisme feedback yang cepat agar bisa memperbaikinya dengan cepat. Dan terakhir, Alvin meminta agar pengguna tidak percaya kepada hoax, yang sangat berkontribusi pada fenomena gacha.